Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bala-Bala, Paling Dicari di Saat Takjil

24 April 2020   11:24 Diperbarui: 24 April 2020   11:43 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bala-bala merupakan salah satu makanan tradisional khas jawa barat. Sepintas bala-bala mirip dengan ote-ote di jawa timur. Keduanya sama-sama terbuat dari terigu dan irisan kubis sebagai bahan utamanya.

Yang unik, di jawa barat ote-ote itu disebut bakwan. Sedangkan di daerah jawa khususnya jawa timur bakwan itu nama sejenis bakso. Ini seperti cendol dan dawet. Cendol kalau di daerah jawa tengah dan jawa timur dikenal dengan sebutan dawet. Padahal di jawa barat dawet itu sejenis bubur.

Berbeda dengan ote-ote dimana terigu menjadi bahan yang paling dominan, sebaliknya pada bala-bala kubislah yang paling dominan. Selain kubis, bala-bala dilengkapi irisan wortel dan bawang daun. Perberdaan lain dengan ote-ote yang berbentuk bulat pipih dan tampak rapih karena dominannya terigu, bala-bala bentuknya tidak beraturan. Ini disebabkan terigu pada bala-bala sekedar untuk “mengikat” sayurannya (kubis, wortel, bawang daun) pada saat digoreng.

Bala-bala itu makanan kampung (tapi bukan kampungan ya). Dikatakan makanan kampung karena bala-bala memang menjadi kudapan sehari-hari masyarakat di kampung-kampung. Membuatnya sangat gampang, hampir semua bisa dengan mudah membuatnya. Kalaupun harus beli harganya sangat terjangkau (kisaran Rp 500 – Rp.2.000 pet biji). Ini yang membuat bala-bala menjadi makanan yang sangat familier bagi masyarakat yang tinggal di jawa barat. 

Bala-bala bahkan menjadi menu alternatif sarapan pagi pengganti nasi.
Ya bala-bala hangat merupakan sajian yang pas untuk menemani minum teh atau kopi di saat pagi hari. Karena itulah,  setiap warung kopi di pelosok kampung ataupun di perkotaan, hanpir dipastikan menyediakan bala-bala, baik yang menggoreng sendiri di warung itu maupun yang dikirim dari orang lain yang khusus membuatnya.

Itu kalau pagi. Beda lagi kalau sore hari. Di sore hari, bala-bala menjadi item utama yang dijual oleh pedagang goreng-gorengan yang bertebaran di pusat-pusat kuliner tradisional baik di kampung-kampung maupun di perkotaan. Selain bala-bala, pedagang goreng-gorengan menjual pula antara lain pisang goreng, gehu dan tenpe goreng. Bala-bala menjadi jualan utamanya sehingga umumnya menjadi “label” gerobak (roda) jualannya.

Saat bulan puasa seperti sekarang jni, bagi warga jawa barat, mau tidak mau bala-bala akan terlintas di pikiran hampir sebagian besar kaum muslimin yang berpuasa. Bala-bala menjadi makanan yang “wajib” ada pada saat takjil.

Takjil, sejatinya berarti menyegerakan berbuka puasa. Pada saat waktu buka puasa tiba umat islam yang berpuasa dianjurkan untuk segera “membatalkan” (berbuka) lebih dahulu sebelum melaksanakan sholat maghrib. 

Oleh karena itu bagi sebagian orang berbuka dengan makanan ringan menjadi pilihan. Sedangkan makan berat (makan nasi, misalnya) baru dilakukan setelah sholat maghrib atau bahkan setelah sholat taraweh. Oleh karena itulah orang sunda menyebutnya “ngabatalan”.

Istilah takjil sekarang mengalami  pergeseran arti menjadi semacam makanan pembuka dalam berbuka puasa. Sehingga jamak kira melihat tulisan di sebuah restoran “gratis takjil”, atau sebuah masjid membuat program dengan nama “menyediakan takjil”.

Nah saat-saat takjil inilah bala-bala menjadi makanan yang paling dicari, menjadi terasa tidak lengkap ketika tidak ada. Bala-bala seolah-olah menjadi  “main course” dalam acara takjil, meski makanan takjil hanya merupakan “makanan pembuka”. Lucu ya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun