Iklan Media dan Preferensi Masyarakat
Banyak riset yang memperlihatkan bahwa iklan di media massa tidak mempengaruhi preferensi atau pilihan warga dalam pemilu. Iklan hanya sekedar memperkuat pilihan yang sudah dicanangkan calon pemilih dalam hatinya. Mengikuti teori uses and gratification masyarakat cenderung memilih media atau berita yang akan memuaskan kebutuhan mereka. Mereka akan memilih media yang memiliki kesamaan dengan preferensi mereka. Mereka akan menghindari membaca atau memperhatikan iklan yang tidak sesuai dengan pilihan mereka.
Media Massa menangguk keuntungan dengan banyaknya iklan yang dipasang oleh tim sukses capres. Hanya saja mereka sedang bermain resiko. "Pikiran Rakyat berani menampilkan iklan Capres Jokowi-JK di halaman mukanya sehingga menggeser halaman satu ke bagian dalam tentu menangguk keuntungan besar dengan bayaran dari Capres tersebut. Namun, sejatinya "PR sedangkan bermain api. Pelanggan koran yang bukan pendukung Capres nomor urut 2 bisa saja menghentikan langganannya. Ini yang dulu pernah dialami oleh "Jawa Pos" yang menyisipkan iklan Golkar di pemilu masa Orde Baru. Kebijakan yang tidak dipikir panjang itu berbuntut berkurangnya pelanggan Jawa Pos selama beberapa bulan. Pembaca koran JP menghukumnya karena sikap redaksi yang berlebihan dalam meraih keuntungan politik.
Seberapa pun kuatnya  bombardir iklan capres, semuanya akan kembali kepada masyarakat. Merekalah yang berhak untuk memilih tanpa paksaan. Merekalah yang berdaulat untuk menentukan nasib bangsa ini, bukan media massa.
Baca juga :
Logika Terbalik Untuk Anies Baswedan dan Mahfudz MD
Diaspora Memilih di Los Angeles
Wisata Akademik dan Kemampuan Bahasa Inggris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H