Mohon tunggu...
Husni Magz
Husni Magz Mohon Tunggu... Guru - Guru, pembelajar dan seorang ayah

Seorang bibliofilia yang menemukan gairah lewat dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serangan Israel Menghancurkan Kisah Cinta Kami

22 November 2018   10:13 Diperbarui: 22 November 2018   10:39 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fadi dan Yara harus menghadapi banyak rintangan yang tidak sedikit untuk menggapai kebahagiaan mereka. Akan tetapi rencana pernikahan harus hancur seiring serangan Israel ke jalur gaza

Pada hari selasa itu warga gaza memberanikan diri keluar rumah setelah serangan Israel berhenti memborbardir dari udara. Dan disana mereka melihat pemandangan yang luar biasa diantara sisa puing yang berserakan di bangunan al-Rahma yang beberapa jam yang lalu telah terkena bom Israel.

Di ruangan --yang sepertinya bekas kamar tidur apartemen- tergantung gaun pengantin yang tertutup oleh kotoran dan debu-debu dan pecahan tembok bangunan. Ketika itu orang-orang hanya memandangnya dan sedikit diantara mereka yang tahu bahwa gaun itu membawa satu kisah cinta, tragedy, keteguhan dan kesabaran selama lima tahun lamanya.

Dia adalah Fadi al-Ghazali, seorang pemuda Palestina yang jatuh cinta pada seorang gadis Suriah bernama Yara al-Zoubi. Pada tahun 2013, Fadi berusia 22 tahun dan gadis yang dicintainya terpaut lebih muda satu tahun darinya. Gadis itu dari kota Khan Sheikhon dan mereka bertemu lewat facebook.

"Aku tahu dia adalah belahan jiwaku sejak pertama kali kami saling mengenal," itu yang dikatakan Fadi tentang Yara.

"Dia telah menyaksikan hal-hal yang tidak bisa dibayangkan oleh pikiran manusia karena perang yang melanda Suriah. Dan saya juga mengalami hal yang sama di Gaza. Saya mengalami perang pada tahun 2008, 2012, dan 2014. Jadi saya juga memahami bagaimana penderitaannya."

Meskipun harus menghadapi hambatan geografis dan politik, pasangan itu bertekad untuk saling bertemu dan mengikat hubungan mereka dalam pernikahan.

"Impian saya adalah bisa bertemu dan menikah dengan Yara. Betapa banyak orang mengejek saya dan menganggap hubungan ini mustahil. Kau bisa bayangkan saya di jalur gaza yang terkepung dan dia di Suriah yang dilanda perang. Itu tidak mungkin." Fadi menuturkan bagaimana orang-orang begitu pesimis melihat kisah cintanya.

Fadi menghabiskan lima tahun untuk bekerja lebih giat sebagai penjual manisan untuk biaya pernikahannya dengan Yara dan untuk membeli berbagai perlengkapan dan perabot rumah tangga.

Aljazeera
Aljazeera
Singkat cerita, Fadi melamar Yara dan keluarga Yara menghubungi Fadi dan mengatur pernikahan mereka. Segalanya sudah disiapkan dari mulai rumah, perabotan, gaun pengantin. Dan Fadi menunggu hari ulang tahunnya untuk menyambut hari bahagia.

Sementara itu, Yara akhirnya diberikan persetujuan oleh otoritas Mesir untuk memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah. Gaza telah berada dalam blockade menyedihkan selama 11 tahun lamanya dengan penduduk sebanyak dua juta jiwa. Blockade yang membatasi pergerakan orang Palestina di dalam dan diluar wilayahnya. Baik Israel ataupun Mesir sama-sama membatasi pergerakan masuk dan keluar bagi warga Gaza.

"Butuh keajaiban untuk membawa Yara dari suriah ke Gaza." Kenang Fadi. "Dan kami bisa melawan kemustahilan itu."

"Ketika Yara tiba di Rafah, saya begitu senang seakan-akan saya terbang saking senangnya. Dan orang-orang kagum dengan cerita kami sehingga mereka merayakan kedatangan Yara hingga ke rumah kami."

Keluarga Yara tidak dapat pergi ke Gaza untuk menyaksikan pernikahan karena pembatasan Israel dan Mesir tentang kebebasan bergerak di wilayah Palestina yang diduduki. Yara membawa gaun pengantin seharga $ 2.000 dari Suriah. Dan setelah itu mereka bersemangat menghabiskan beberapa hari berikutnya untuk berbelanja keperluan pernikahan mereka yang akan diadakan pada tanggal 18 November, hari ulang tahun Fadi yang ke-22.

"Semua yang kami butuhkan sudah siap; rumah kami, perabotan, gaun pengantin ... Kami hanya menunggu hari ulang tahun saya untuk menjadi pasangan paling beruntung yang pernah berjalan di muka bumi ini," katanya.

Pengantin perempuan itu tinggal di rumah ibu Fadi, sementara pengantin pria menunggu di rumah masa depan mereka karena mereka berdua sangat menantikan hari pernikahan mereka.

Namun, pada hari Senin, keluarga Fadi menerima panggilan sekitar tengah malam bahwa bangunan yang berdekatan dengan rumah mereka akan menjadi sasaran serangan udara Israel.

Israel Menghancurkan Impian Kami

Aljazeera
Aljazeera
Fadi dan keluarganya berlari mencari perlindungan ke rumah bibinya, ketika bangunan lima lantai al-Rahma, di samping rumah Fadi, dihancurkan oleh rudal yang ditembakkan dari langit. Mereka kembali keesokan harinya dan disanalah mereka menemukan rumah mereka sudah menjadi puing-puing.

"Yara sangat terkejut. Mimpi kami dihancurkan oleh serangan Israel yang menyerbu rumah kami dan menyebabkan kerusakan besar terhadapnya." Ujar Fadi dengan sisa kesedihan yang begitu kentara di wajahnya.

"Semua jendela rusak, perabotan kami dan beberapa dinding luar menjadi puing-puing, dan gaun pengantin itu robek."

"Semua uang yang saya simpan selama bertahun-tahun sekarang hilang," Fadi menambahkan bahwa kerusakan itu berjumlah lebih dari 5.000 Dinar Yordania ($ 7.000).

Menurut Fadi, Yara menghabiskan sepanjang malam dengan tangisan karena peristiwa tersebut. Yara mengatakan bahwa dia harus melarikan diri dari perang tapi ternyata di gaza harus menerima keadaan yang sama.

Tahun lalu, kampung halaman Yara, Khan Sheikhoun Suriah menjadi target serangan kimia yang merenggut nyawa sedikitnya 83 orang, sepertiga dari mereka anak-anak.

Ketika penduduk setempat mendengar cerita Yara dan melihat apa yang terjadi pada rumah dan pakaiannya, seluruh komunitas bersatu. Seorang perencana pernikahan, seorang pengusaha hotel, penjual bunga, fotografer, penjahit, dan lainnya menawarkan layanan mereka secara gratis.

Sekelompok filantropis memberi mereka hadiah untuk memastikan pernikahan mereka akan dilaksanakan tepat waktu.

Namun, dengan masa depan Gaza yang masih belum pasti dan kekerasan yang sering terjadi, pasangan itu masih memiliki rasa takut akan masa depan mereka.

Diterjemahkan dari laman Aljazeera oleh Husni Mubarok dengan pengubahan

Oleh Walid Mahmoud & Muhammad Shehada/ Aljazeera

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun