Mohon tunggu...
Kang Suhandi
Kang Suhandi Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di Bogor

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Anak Melakukan Kesalahan, Layakkah Orang Tua Memarahinya?

27 Maret 2019   17:55 Diperbarui: 27 Maret 2019   18:19 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah kondisi yang sering terjadi atau kita rasakan di saat menyaksikan kita anak kita melakukan kesalahan, baik sebagai orang tua ataupun guru. Mengapa hal ini terjadi? Karena kita menempatkan 'kesalahan' sebagai pusat perhatian kita, buka pada latar belakang kesalahan.

Sebagai manusia, kesalahan adalah hal yang wajar karena potensi itu selalu ada dalam diri manusia, termasuk orang tua dan guru sekalipun. Kesalahan seorang anak akan dipengaruhi oleh tingkat kepahaman anak tentang suatu hal, pengaruh lingkungan maupun kondisi kejiwaan yang sedang sedang tidak stabil. Lantas, apa yang harus kita lakukan (sebagai orang tua ataupun guru) jika mendapati anak melakukan kesalahan?

Pertama, cari latar belakang munculnya masalah tersebut. Ketidakpahaman terhadap suatu masalah, bisa menyebabkan anak melakukan kesalahan. Kenali lingkungan sekita anak, dengan siapa saja ia bergaul karena bisa jadi ada tarikan negatif terhadap sikap dan perilaku anak. Atau, bisa juga melihat layanan yang diberikan kepada anak, bisa jadi ada layanan atau sentukan yang kurang, sehingga anak sengaja melakukan kesalahan untuk mencari perhatian orangtua dan gurunya.

Kedua, fokus pada perbaikan dan penyembuhan. Jika anak melakukan kesalahan, maka kita harus membantu mereka keluar dari kesalahannya, bisa dilakukan sendiri oleh orang tua atau guru, atau melibatkan orang lain.

Ketiga, bersikap  rasional jangan emosiaonal. Emosi yang meledak-ledak dari orangtua atau guru justru akan semakin menjauhkan anak dari jangkauannya. Sehingga, 'marah' bukanlah solusi. Perlu bersabar dan bersikap tenang, agar mampu berpikir rasional dalam mencari solusi perbaikan dan membersamai anak kita keluar dari kesalahannya.

Keempat, jadikan kesalahan sebagai sarana pembelajaran bagi kita dan anak kita. Kesalahan dan kegagalan adalah pengalaman hidup yang berharga, untuk orang dewasa maupun anak-anak. Sebuah pepatah mengatakan "We learn from our mistakes". Belajar mengatasi perasaan negatif seperti malu, frustrasi, dan rasa bersalah, serta memikirkan solusi untuk memperbaiki kesalahan, adalah keterampilan yang penting agar kita bisa menjadi individu yang tangguh dan pantang menyerah. Dan layaknya keterampilan lain, hal ini tidak berkembang dengan sendirinya.

Kelima, menjadi orangtua dan guru yang pemaaf. Pemaaf bukan mengabaikan kesalahan. Sebaliknya, pemaaf adalah memberikan perhatian yang penuh dalam rangka melakukan perbaikan serta menemukan nilai positif dari kesalahan. Semoga kita semua menjadikan kesalahan sebagai sarana menggapai kebaikan, baik bagi anak maupun sebagai orangtua atau guru. (Wallahu A'lam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun