Mohon tunggu...
Kang Suhandi
Kang Suhandi Mohon Tunggu... Guru - Tinggal di Bogor

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Agar Tidak Ada Suporter Sepak Bola yang Tewas (Lagi), Semua Harus Berkontribusi

24 September 2018   23:07 Diperbarui: 26 September 2018   12:48 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian meninggalnya suporter The Jak (Persija Jakarta) bernama Haringga Sirilla yang dikeroyok oleh suporter Viking/Bobotoh (Persib Bandung) menambah catatan kelam kondisi persepakbolaan Indonesia. Sebagai seorang pendidik, permasalahan ini bukan masalah pembinaan sepak bola semata, melainkan permasalahan dan kegagalan pendidikan dan pembinaan generasi muda kita, khususnya dalam hal pembentukan karakter.

Kejadian ini tentu bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya pun pernah terjadi korban tewas akibat kerusuhan dan pengeroyokan antar suporter, baik dari kubu The Jak maupun Bobotoh. Artinya, mata rantai konflik antar pendukung kedua klub ini belum selesai, sehingga kejadian seperti ini berpotensi terulang di masa yang akan datang, jika penanganannya sama seperti yang sudah-sudah.

Dalam hal tewasnya Haringga, saya sempat melihat kondisi saat korban dipukuli dan dianiaya. Sungguh menyedihkan, di tengah kerumunan banyak orang, terdapat satu orang dengan kondisi tergeletak bertelanjang dada disiksa, dipukul, ditendang. Tanpa ada rasa iba di hati mereka. Bahkan, beberapa merekam kejadian tersebut seolah menjadi satu kebanggaan dan kemenangan.

Melihat kondisi ini saya merasa ada yang salah dalam pembentukan pribadi anak-anak muda kita saat ini. Yang menyedihkan lagi, data pelaku yang teridentifikasi berusia semaja, sebagaimana dirilis oleh pihak kepolisian. Sungguh menyedihkan dan mengkhawatirkan. Jika anak-anak, remaja dan pemuda kita bermental seperti ini, apa yang diharapkan untuk masa depan mereka?

Melalui tulisan ini, saya sebagai pendidik mencoba memberikan saran dan masukan kepada berbagai pihak agar kejadian ini tidak terulang di masa yang akan datang.

1. Penguatan Peran Keluarga

Anak-anak, remaja dan pemuda pecinta sepak bola pasti berasal dari keluarga. Ada ayah dan ibu di sisi mereka. Bagaimana anak beraikap, demikianlah ia dibentuk oleh orangtuanya. Dalam masalah ini, sudi kiranya para orangtua untuk lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya, khusunya pecinta sepak bola. Olahraga mustinya jadi ajang membentuk sportivitas dan kepedulian.

Seringnya menyaksikan kerumunan suporter sepak bola yang naik kendaraan ugal-ugalan bisa jadi karena tidak mendapatkan perhayian yang cukup dari orangtuanya. Ingat, jika anak sudah tak bisa diarahkan orangtuanya, bisa jadi ada masalah dalam diri orangtuanya. "Mari kita evaluasi diri".

2. Penguatan Pendidikan di Sekolah

Sekolah rumah kedua bagi anak. Guru, dalam hal ini memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Pendidik harus peka dengan masalah ini. Jangan sampai bibit-bibit sikap destruktif ada dalam diri anak didik kita. Maka, mari kita lakukan pembenahan pendidikan kita.

Secara konsep, pendidikan di tanah air ini sudah mulai ditata ke arah pembentukan karakter. Akan tetapi, implemetasi di lapangan masih belum optimal. Guru masih merasa terbebani dengan tugas-tugas yang bersifat administratif, sehingga waktu mendampingi anak didik belum juga optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun