Mohon tunggu...
Silahudin Din
Silahudin Din Mohon Tunggu... Dosen - Berbagi info, menuai setetes pengetahuan

Berbagi info, menuai setetes pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Secangkir Air Harapan Pilkada Gubernur DKI Jakarta

16 September 2012   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:24 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lanjut orang salah satu relawan itu dalam obrolannya, "inilah yang mungkin hilang selama ini, yaitu dalam kearifan lokal Betawi ada yang disebut "krek"." Jelasnya.


Penulis terus terang tidak tahu yang dimaksud dengan kata "krek" itu, namun mendengar substansi obrolan waktu itu, penulis menangkap maknanya kira-kira begini "menunjukkan pada kepedulian terhadap persoalan kearifan lokal betawi yang artinya, bahwa Jokowi diterima oleh masyakat Betawi juga".


Memang, kalau menyimak Pemilukada Gubernur DKI Jakarta ini, tampaknya yang satu sebagai incumbent Gubernur, jelas bagaiaman pasangan ini terpilih untuk kedua kalinya dengan terus menerus inten berkunjung ke simpul-simpul masyarakat di putaran kedua ini, dan sangat kontras dengan putaran pertama, incumbent ini relatif kurang sering turun ke bawah (entah karena terlalu PD menang sebagaimana hasil survey waktu itu).


Di pihak lain, pasangan Jokowi - Ahok, dengan kesederhanaannya kata orang, justru membawa simpatik warga terutama dengan program-program yang ditawarkan dalam pementingan warga masyarakat Jakarta. Bahkan yang acapkali geleng-geleng kepala "ko kenapa ya ada banyak warga dengan rela beli baju kotak-kotak. Dan ada apa di Jokowi," itulah salah satu kalimat dari salah seorang warga yang penulis temui ketika saat berada di Jakarta.


Di sini, ada kegalaun dan sekaligus kerinduan warga masyarakat DKI Jakarta terhadap pemimpin yang memang benar-benar marakyat dan sekaligus memberi pelayanan untuk kesejahteraan rakyat.


Lima tahun ke depan DKI Jakarta, setidaknya ditentukan oleh warganya nanti pada tanggal 20 September 2012 untuk memilih dan menentukan pemimpinnya.


Kembali kepada warga DKI Jakarta, apakah akan menentukan pilihannya kepada pemimpin yang memang memiliki "energi harapan" dengan secangkir air harapannya, atau tetap memilih pemimpin seperti kondisi saat ini Jakarta. Dalam bahasa lain, menentukan pilihan yang pro status quo, atau memilih pemimpin yang pro perubahan untuk kepentingan masyarakat DKI Jakarta.


Selamat menentukan pilihan dan damailah dengan keanekaragamannya.


Bandung, 16 September 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun