Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dua Kunci Masuk Surga

18 Desember 2022   13:00 Diperbarui: 18 Desember 2022   13:21 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DUA KUNCI MASUK SURGA

Jum'at, 16 Desember 2022 saya mengantar isteri keluar rumah ke suatu tempat karena ada sesuatu yang harus diselesaikan sekaligus jalan-jalan cari makan di luar. Kita berangkat sekitar pukul 09.30 WITA, anak-anak juga ikut, karena anak-anak saya masih kecil-kecil, jadi kemanapun mereka tidak bisa ditinggal. Di setiap perjalanan seperti biasa kami bercanda, ngobrol, menyanyi dan menghibur anak-anak supaya betah di kendaraan. Jika haus berhenti beli minuman, jika lapar berhenti beli makanan. 

Belum sampai tujuan, lihat jam di kendaraan sudah pukul 12.05 WITA, melihat masjid-masjid sudah dipenuhi jamaah. Akhirnya sayapun berhenti di sebuah Majsid "Al-Ihsan" namanya. Masjid yang indah, nuansa catnya berwarna kuning dan keemasan, karpet yang empuk, lingkungan yang bersih, udaranya juga sejuk ditambah parkir yang sangat luas. Pokoknya representatif untuk beriktikaf lama-lama di masjid itu.

Saya turun kendaraan, anak-anak dan isteri menunggu di parkir. Saya wudhu dan segera memasuki masjid. Setelah shalat tahiyat yang sekaligus saya gabung dengan qabliyah Jum'at dua rakaat saya duduk, sembari niat I'tikaf tentunya. Selang kemudian khutbah jum'at dimulai. Khatib yang waktu itu suaranya bagus, nyaring dan fasih sekaligus di dukung oleh sound sistem yang mahal, sehingga apa yang disampaikan khatib terdengar jelas di telinga saya tanpa terdistrect apapun. Sang khatib biasa membuka khutbahnya dengan memuji kepada Allah, bersalawat kepada nabi dan menyampaikan wasiat taqwa kepada Allah Swt.

Setelah melengkapi rukun-rukun khutbah, sang khatib menyampaikan materi khutbahnya dengan sederhana dan relativ singkat tidak terlalu lama dan pendek. Memang khutbah jum'at harusnya seperti itu. Nampaknya sang khatib adalah orang yang alim yang mengerti apa yang seharusnya dilakukan oleh khatib jum'at yaitu jangan terlalu lama, karena akan mengganggu konsentrasi jamaahnya.

Ada dua hal seingat saya yang bisa saya tangkap dari penjelasan khutbahnya. Dan dua hal inilah yang oleh khatib di ulang-ulang sebagai kunci masuk surga. Pertama shalat. Khatib menegaskan bahwa kunci masuk surga adalah shalat. Semakin alim dan makrifat seseorang harus semakin rajin shalat. Khatib dengan nada keras mengatakan: "jika ada orang ngaku ma'rifat tetapi tidak shalat, ia adalah orang yang salah besar". "Jangan ikut-ikutan ngaji tasawuf yang ajarannya tidak mewajibkan shalat lagi jika sudah ma'rifat", lanjutnya. Rupanya sang khatib ingin mengajak jama'ah jangan sampai memisahkan antara syari'at dan hakikat, karena keduanya adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Kata Al-Qusyairi:

"Syari'at itu perintah yang seseorang sanggup menjadi hamba, sedangkan hakikat itu menyaksikan ketuhanan, setiap syariat yang tidak dikuatkan dengan hakikat maka tidak diterima, begitu juga hakikat yang tidak diikat dengan syariat juga tidak akan berhasil." (lihat: Risalah Qusyairiyah, hal. 82)

Mendengar penjelasan sang khatib, saya teringat kisah  Abu Yazid Al-Bustami. Suatu hari beliau keluar rumah bepergian ingin berkunjung dan melihat seorang laki-laki yang konon terkenal dengan kewalian dan kezuhudannya. Sesampainya di kediamannya, Abu Yazid Al-Bustami melihat lelaki itu keluar rumah dan memasuki masjid, di dalam masjid lelaki itu meludah ke arah kiblat. 

Melihat kelakuan laki-laki itu Abu Yazid Al-Bustama langsung pulang (tidak jadi menemuinya) dan berkata: "lelaki itu tidak bisa dipercaya katanya adabnya mengkuti adab Rasulullah Saw, bagaimana bisa dipercaya kelakuannya saja seperti itu." (lihat: Risalah Qusyairiyah, hal. 396).

Dari Kisah Abu Yazid Al-Bustami ini, penulis berpandangan orang yang tidak bisa dipercaya dalam urusan syari'at maka bisa dipastikan tidak bisa dipercaya dalam urusan hakikat. Dalam hal yang sepele saja tidak bisa menjaga akhlak apalagi dalam hal yang lebih besar. Jadi ingin menjadi ma'rifat tetap harus shalat, begitulah kira-kira kesimpulan sang khatib.

Kedua, sang Khatib menyampaikan bahwa kunci surga kedua adalah beramal shalih. "contoh amal shalih" kata Sang Khatib yaitu "menyenangkan orang lain dan tidak menyakiti orang lain." Diantaranya berbuat baik dengan tetangga, kerabat dan orang-orang disekitar kita. Khatib melanjutkan: "jangan sedikit-sedikit mengatakan taghut, menuduh orang lain kafir, kemudian menghalalkan segala cara dengan meledakkan bom". Kemudian beliau membacakan ayat Q.S. Al-Kahfi/18: 107-108

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun