Doc. Pribadi
1. Sesama Mu'min Jangan Saling Bermusuhan
Dalam salah satu risalahnya yang bertajuk "Al-Mawa'iz" yang artinya Petuah Nasihat, Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari  berpesan:
"Sesungguhnya telah sampai suatu berita kepadaku bahwa di antara kalian semua telah berkobar api fitnah dan perselisihan sampai sekarang ini. Saya pun memikirkan faktor penyebab semua itu. Ternyata, penyebab semua itu adalah generasi-generasi zaman ini seenaknya saja mengganti dan merubah (pemahaman yang ada pada) kitab Allah dan sunnah rasul-Nya saw."
Disini Sang Kyai menemukan pokok permasalahan yang membuat perselisihan dan permusuhan di kalangan umat Islam berkepanjangan diantaranya adalah perbedaan cara pandang memahami teks-teks Al-Qur'an dan As-Sunnah. Perbedaan akan selalu ada, karena diantara mereka mempunyai disiplin ilmu dan pengetahuan yang berbeda. Namun seyogyanya perbedaan ini jangan sampai menyebabkan munculnya permusuhan. Inilah harapan Sang Kyai. Kelanjutan petuahnya beliau menyitir ayat Al-Qur'an surat Al-Hujarat ayat 10:
Maknanya: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu berdamailah (perbaikilah hubungan) kalian semua sesama saudaramu".
2. Jangan Bertengkar Karena Perbedaan Madzhab
Sang Kyai berpesan:
"Wahai para ulama yang fanatik pada sebagian madzhab atau pendapat, tinggalkan kefanatikan kalian semua dalam urusan parsial (furu') yang para ulama mempunyai dua pendapat tentangnya; ada yang mengatakan, "setiap mujtahid itu benar" dan ada yang mengatakan, "yang benar hanya satu, sedang yang salah masih diberi pahala". Tinggalkanlah fanatisme dan jurang yang sudah rusak ini. Bersungguh-sunguhlah kalian dalam membela agama Islam. Bersungguh-sungguhlah kalian dalam memerangi orang yang mencela Al-Qur'an, sifat-sifat Allah yang maha Rahman, orang-orang yang mengaku mempunyai ilmu batil dan akidah yang sudah rusak. Jihad dalam semua itu hukumnya wajib, maka hendaklah menyibukkan diri dengan masalah tersebut."
Sang Kyai tidak menginginkan kita memperuncing perdebatan pendapat madzhab. Karena perbedaannya masih dalam wilayah furu'iyah. Yang pasti diantara ulama' sangat memungkinkan adanya perbedaan. Dan perbedaan seperti ini wajar-wajar saja. Sang Kyai mengingatkan kita agar tidak mengahabiskan energi untuk permasalahan seperti ini.Â