Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Phubbing = Etika yang Perlu Diluruskan

8 Desember 2022   17:00 Diperbarui: 8 Desember 2022   17:04 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PHUBBING= ETIKA YANG PERLU DILURUSKAN

Diera digital seperti sekarang ini, siapa sih yang tidak punya handphone? Hampir semua orang mempunyai handphone. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bahkan tua. Mulai dari tukang sayur sampai gubernur. Mulai dari penjual tomat sampai camat. Mulai dari penjual ikan teri sampai Menteri. Mulai dari penjual sandal sampai jenderal. Semuanya pasti mempunyai handphone. Hal ini memang wajar, karena perkembangan zaman memang menuntut demikian. Yang membedakan kelas mereka mungkin merk handphonenya dan isi pulsa serta paket datannya. Kemanfaatan handphone di tangan merekapun beda-beda. Ada yang memang handphone dimanfaatkan untuk sarana komunikasi. Ada yang pegang handphone hanya untuk hiburan seperti main game, mendengarkan musik, dan nonton film. Ada yang menggunakan handphone untuk sara nabelajar. Ada pula yang pegang handphone hanya untuk bergaya. Dari segi jumlah juga berfariasi, ada yang satu orang handphonenya tiga, satu untuk bisnis, satu untuk berkomunikasi dan yang satu untuk hiburan. Terserahlah mau punya berapa, karena itu juga sah-sah saja.

Terlepas dari itu semua, yang jelas kemanfaatan handphone sekarang menunjang kemudahan bagi kelangsungan hidup manusia. Namun, disisi lain ada perubahan sosial yang sangat sighnifikan, akibat kesibukan manusia dengan handphonenya. Ketika handphone sudah di tangan, seseorang akan terlihat sibuk. Jari jemarinya tidak henti-hentinnya mengetuk dan menyentuh. Kesibukan inilah yang kemudian seseorang menjadi acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Ia enak sibuk sendiri sementara di sampingnya ada orang lain yang mungkin perlu disapa atau diajak bicara. Kalaun diajak bicara ia tidak fokus dengan lawan bicaranya, karena pandangannya tertuju pada handphonenya. Fenomena inilah yang sekarang diistilahkan dengan phubbing.

Para pemerhati sosial menjelaskan bahwa phubbing adalah mengabaikan seseorang yang berinteraksi dengan kita karena perhatiannya lebih tertuju pada phonsel. Jadi ketika ia diajak bicara, ia hanya asik sendiri dengan phonselnya. Anehnya perilaku menyebalkan seperti ini sekarang menjadi umum dan tidak aneh lagi. Sekan-akan sudah menjadi hal yang lumrah. Apakah kita termasuk orang yang melakukan phubbing? Bisa jadi ia, karena kita selalu melirik Hp ketika di acara-acara sosial, ketika makan bersama kita sering pencet-pencet Hp, khawatir ada panggilan telp atau kelewatan update status orang lain. Lebih parah lagi kalau kita diajak ngobrol orang lain, kita malah sibuk balas chat orang lain. Seakan sepele hal semacam ini. Padahal dampaknya luar biasa.

Lalu, bagaimana norma agama memandang fenomena phubbing ini? Tentu phubbing ini sangat jauh dari norma-norma yang diajarkan oleh agama. Agama mengajarkan memanusiakan manusia. Artinya ketika kita diajak bicara atau orang lain mengajak bicara dengan kita, seyogyanya kita fokus dengan orang itu. Kita balas senyum sapanya, kita respon pertayaannya, kita respek keberadaanya dan menganggap dia ada dihadapan kita. Sehingga orang lain merasa dimanusiakan, tidak merasa dipatungkan.

Agama sangat menekankan etika pergaulan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Baginda Rasulullah Saw selalu perhatian kepada lawan bicaranya. Bila ia tertawa maka Rasul ikut tertawa. Jika ia takjub terhadap apa yang sedang dibicarakan maka Rasul juga ikut takjub.

Artinya:

"Dan Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan orang lain." (Hadist Riwayat Tirmidzi).

Lebih parah lagi, saat penulis menyaksikan sendiri fenomena yang tak lazim, bahwa ketika shalat Jumat banyak pemuda bermain aplikasi mediasosial sepanjang khutbah. Ini namanya bukan lagi phubbing kepada orang lain, tetapi juga "phubbing" kepada Allah. Sejatinya sejak langkah pertama kita masuk ke baitullah (masjid) maka kita sudah berhadapan kepada Allah. Sungguh mengherankan kalau ada orang yang pergi melaksanakan shalat Jumat kemudian ia justru bermain gawai saat ibadah di masjid. Beitulah...sekarang....

Kemudian langkah apa yang perlu kita lakukan sekarang? Mungkin untuk diri pribadi penulis agar membiasakan diri ketika berkumpul di khalayak ramai untuk mengurangi bermain Hp, dan terus memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memperkuat pendidikan agama dan moral serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun