Lagipula sudah bukan rahasia lagi jika media-media di Semarang mudah menyembunyikan berita. Entah adakah uang yang bicara, tidak tahu juga. Tapi pragmatisme media dan para wartawan yang mudah diarahkan untuk kepentingan pihak tertentu, adalah fenomena jamak. Pada konteks berita dana aspirasi ini, sepertinya yang bermain lebih mungkin di taraf pimpinan media. Sebab terbukti wartawan-wartawan itu hadir di sidang dan juga menulis beritanya karena sebagian berita muncul di versi online.
Silahkan berkata apa saja. Kebohongan media, pembohongan publik, kejahatan jurnalistik dan sebagainya. Tapi sepertinya tidak ada gunanya. Karena Pemimpin Redaksi yang dekat dengan politisi dan memiliki sahwat politik sudah banyak. Pimpinan media yang kongkalikong dengan koruptor juga jamak. Ketika mereka sudah tak malu-malu melacurkan diri demi kesenangan dan kekayaan pribadi, kita bisa apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H