*******
Sepenggal cerita dari liku-liku perjalanan Tim Evakuasi WNI di Yaman (April 2015)
*******
Berapakah harga senapan laras panjang AK-47?
Di Yaman, kami mendapatkan AK-47 hanya dengan sebungkus rokok.
Begini ceritanya, setelah menempuh perjalanan darat dari Oman menuju Yaman lebih dari 20 jam, Â menjelang waktu shubuh kami berempat sampai di Tarim, desa pertama di Yaman bagian timur. Di ujung desa itu kami berhadapan dengan tentara Yaman yang bertugas memeriksa orang yang akan masuk ke Yaman.
Di bawah remang cahaya bulan, sambil mengunyah daun ghad (semacam sirih), tentara itu memeriksa paspor kami dengan raut muka yang judes. Barangkali dia bertanya dalam hati, pagi-pagi buta sudah ada orang asing datang memasuki wilayah yang sedang berkonflik.
Setelah melihat paspor diplomatik dengan visa multiple entry dan telah mendapatkan stempel izin masuk dari Imigrasi Yaman di perbatasan, tentu tak cukup  alasan bagi tentara penjaga itu untuk menolak kami memasuki Yaman. Namun mukanya masih saja judes.
Di tengah suasana yang kaku itu, ketua Tim kami mengeluarkan sebungkus rokok dan diberikan kepada tentara itu. Tentara itu merasa senang, cairlah suasana.Â
Dinginnya embun di waktu subuh yang ditemani indahnya bulan dan bendera Yaman yang sudah robek, sungguh merupakan momentum yang sempurna untuk diabadikan. Sayang sekali jika terlewat begitu saja. Dan, kamera yang memang dipersiapkan oleh Tim untuk mengabadikan kisah perjalanan kami, pagi itu diminta untuk melaksanakan tugasnya. Setelah minta izin kepada tentara penjaga itu, kamipun mulai mengabadikan momentum indah itu.
Rupaya, tentara yang tadinya judes itu punya cita rasa seni yang tinggi. Dia merasa bahwa momentum indah itu akan menjadi lebih bernilai jika ditambah dengan senjata laras panjang yang dipegangnya. Dan, wow! tentara itu meminjamkan senjata laras panjangnya untuk kami gunakan berfoto. Luar biasa, mana mungkin ada ceritanya senjata dipinjamkan kepada orang asing yang baru saja dikenalnya. Ini Yaman bung! semua bisa terjadi.
Inilah salah satu keunikan yang kami jumpai di sela-sela petualangan kami menyusuri jalan untuk melakukan evakuasi WNI di sekitar Hadramaut 4-15 April 2015 yang lalu.
Sebungkus rokok, jika dihargai dengan rupiah, tentu hanya bernilai 15-20 ribu saja. Namun pagi itu, sebungkus rokok kami tak ternilai harganya. Ternyata, sebungkus rokok yang disajikan dengan cara dan strategi yang ciamik, bisa mendapatkan nilai lebih.
Sebenarnya, tak ada satupun dari kami berempat yang perokok. Rokok tersebut sengaja kami beli di toko duty free bandara Soekarno-Hatta di sela-sela langkah kami menuju ruang tunggu pesawat. Rencana membeli satu slop rokok sebenarnya sudah dibicarakan beberapa hari sebelum keberangkatan, namun baru teringat pada saat kami sampai ke Bandara Soetta.
Dalam benak kami, rokok akan menjadi pencair suasana di saat-saat yang dibutuhkan. Dan pagi itu, sebungkus rokok telah melancarkan satu titik dari jalan panjang berliku yang kami tempuh dalam menjalankan tugas evakuasi WNI di Yaman.
![Dok.pri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/01/16/ak-47-milik-tentara-yaman-587bf941e022bd660c2f8966.jpg?t=o&v=770)
Mohammad Nur Salim
Diplomat RI pernah di bertugas di KBRI Teheran Iran (2007/2008) dan KBRI Kairo Mesir (Juli 2011- Juni 2014)
Menjadi Tim Utama Evakuasi di Yaman pada April 2015
 Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kangsalim79/sarung-diplomacy_5875b4587297738a06b1fda8
www.kompasiana.com/kangsalim79/sarung-dan-diplomasi_58748ba7f29273da1139818d
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI