Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Makna Tahun Baru di Era Modern: Menjemput Berkah Tahun Baru Islam

2 Juli 2024   11:11 Diperbarui: 2 Juli 2024   11:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar koleksi pribadi

 

Tahun Baru Islam bukan hanya momen pergantian tahun dalam kalender Hijriah, tetapi juga momentum untuk merefleksikan makna hijrah dalam konteks modern. Hijrah, yang berarti berpindah tempat, bukan hanya merujuk pada perpindahan fisik Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, tetapi juga mengandung makna yang lebih luas dan mendalam.

Hijrah Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa perubahan tidak hanya terjadi secara spontan, tetapi juga memerlukan kesadaran dan keputusan yang matang. Peristiwa hijrah ini juga menunjukkan bahwa perubahan tidak hanya berarti meninggalkan hal-hal yang kurang baik, tetapi juga berarti menuju hal-hal yang lebih baik.

Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: "Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia berkata: Aku bai'at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Jawab orang itu; 'Bahkan keduanya masih hidup.' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi: 'Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?' Jawabnya; 'Ya!' Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; 'Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu, lalu berbaktilah kepada keduanya dengan sebaik-baiknya'." (HR. Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya berhijrah untuk mendapatkan pahala dan mengharapkan rahmat Allah.

Di era modern, hijrah dapat diartikan sebagai perpindahan dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang lebih baik, dari kemungkaran menuju kebaikan, dan dari kegelapan menuju cahaya. Kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah ini dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Surah --Baqarah ayat 2018, Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat ini menunjukkan bahwa hijrah termasuk dalam perbuatan yang diberkahi dan dihargai oleh Allah. Orang-orang yang berhijrah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan agama-Nya, mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.

Bagaimana kita dapat merefleksikan makna hijrah di era modern?. Dalam era modern, umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa makna hijrah dalam era modern, antara lain:

Hijrah dari individualisme menuju kolektifisme:

Di era modern, banyak orang terjebak dalam individualisme, mementingkan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain. Lebih-lebih dalam perkembangan teknologi saat ini, keberadaan teknologi artificial intelligence (AI) menjadi teman setia hampir sebagian besar manusia, misalnya sebagai teman berdiskusi, mencari informasi solusi atas permasalahan dirinya, dan hampir banyak hal meminta bantuan AI. Kondisi ini, semakin menguatkan rasa individualisme.

Hijrah mengajak kita untuk beralih ke semangat kolektifisme, saling membantu dan mendukung satu sama lain, karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13, yaitu: "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal".

Dari ayat tersebut, maka semakin baik kita mengenal satu sama lain, semakin besar kemungkinan untuk saling membantu dan saling memberi manfaat. Demikianlah, ayat tersebut menyoroti pentingnya saling mengenal. Ada kebutuhan untuk saling berkenalan agar dapat memperoleh pelajaran dan pengalaman dari pihak lain, dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Hijrah dari konsumerisme menuju kesederhanaan:

Era modern diwarnai dengan budaya konsumerisme, di mana orang-orang terobsesi dengan membeli barang-barang yang tidak selalu mereka butuhkan. Lebih-lebih saat ini, dengan perkembangan teknologi, berbagai platform yang secara tidak langsung menggiring konsumerisme manusia.

Hijrah mengajak kita untuk hidup sederhana, menghargai apa yang kita miliki, dan tidak terjebak dalam materialisme serta bersyukur atas pemberian Allah SWT.

Dalam Islam, seorang muslim diajarkan untuk hidup secara sederhana dan tidak berlebihan. Sebagai gantinya, umat Islam seharusnya mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW untuk hidup dengan sederhana.

Pengertian hidup sederhana atau bersahaja adalah ketika seorang muslim menjalani kehidupannya sesuai dengan apa yang ia butuhkan dan tidak menggunakan hal-hal yang berlebihan. Individu yang memiliki kekayaan mampu mengendalikan hasrat hedonistiknya, sementara mereka yang tidak berkecukupan secara finansial dapat menahan rasa frustasi dan putus asa.

Islam menekankan kepada para pengikutnya untuk hidup secara sederhana dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk sikap dan perbuatan yang dilakukan. Jadi, sikap sederhana adalah salah satu ciri khas umum bagi umat Islam dan menunjukkan keunikan mereka dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Selain bersikap sederhana dalam makan, berpakaian, memilih tempat tinggal, Islam juga menganjurkan umatnya untuk selalu berperilaku sederhana dalam berpenampilan. Hal ini diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Furqan ayat 67 yang berbunyi, artinya: "Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya.

Hijrah dari hedonisme menuju spiritualisme:

Era modern diwarnai dengan budaya hedonisme, di mana orang-orang mencari kesenangan sesaat tanpa memikirkan makna hidup yang lebih dalam. Hijrah mengajak kita untuk beralih ke spiritualisme, mencari kebahagiaan yang hakiki melalui kedekatan dengan Allah SWT.

Sementara makna hijrah dalam konteks kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

  • Perubahan dan Pengorbanan: yang berarti meninggalkan sesuatu yang kurang baik dan berpindah ke sesuatu yang lebih baik. Dalam konteks kehidupan, hijrah dapat berarti meninggalkan kebiasaan buruk, perilaku negatif, dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam untuk menjadi lebih baik dan beriman.

Kebiasaan menggunakan handphone yang berlebihan, yang berakibat kurang maksimalnya ibadah kepada Allah SWT., maka hijrah dalam makna ini, mengurangi dan meninggal kebiasaan dimaksud menuju  kebiasaan baik.

  • Perubahan Keyakinan dan Perilaku: ini bermakna perubahan keyakinan dan perilaku. Dalam Islam, hijrah dapat berarti meninggalkan kekufuran dan berpindah ke keimanan. Orang yang berhijrah harus meninggalkan segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berpindah ke keadaan yang lebih baik dan beriman.

Demikian juga dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari, yang kurang baik menuju perilaku yang baik. Misalnya setiap bangun tidur, pertama kali yang kita cari dan kita lihat adalah handphone, sehingga melupakan do'a bangun tidur. Perilaku ini, seyogyanya perlu hijrah menuju kebiasaan baik saat bangun tidur, yaitu ber'doa terlebih dahulu, kemudian melakukan perbuatan baik lainnya, sebelum kita melihat status dalam handphone.

  • Perjuangan dan Pengorbanan: yaitu hijrah dapat berarti perjuangan dan pengorbanan. Dalam Islam, hijrah berarti meninggalkan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan berpindah ke sesuatu yang lebih baik. Orang yang berhijrah harus siap menghadapi tantangan dan mengorbankan sesuatu yang penting untuk mencapai tujuan yang lebih baik.
  • Perubahan Spiritual: hijrah juga berarti perubahan spiritual. Dalam Islam, hijrah dapat berarti meninggalkan kegelapan dan berpindah ke cahaya ilahi. Orang yang berhijrah harus meninggalkan kebiasaan buruk dan berpindah ke keadaan yang lebih baik.
  • Pengembangan Diri: yaitu hijrah dapat berarti pengembangan diri. Dalam Islam, hijrah berarti meninggalkan kebiasaan buruk dan berpindah ke keadaan yang lebih baik, ini memerlukan pengembangan diri, baik pengetahuan akan keislaman dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun Baru Islam 1446 H memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk memulai lembaran baru yang lebih baik dalam kehidupan mereka. Maka dari itu, bagi setiap muslim, awal tahun baru Islam juga memiliki makna yang sangat penting. Di zaman sekarang, umat Islam bisa mengambil hikmah dari peristiwa hijrah ini dan menerapkan nilai-nilai yang ada di dalamnya ke dalam tindakan sehari-hari.

Tahun Baru Islam 1446 H pula adalah waktu yang tepat bagi umat Muslim untuk bersyukur kepada Allah dan merenungkan segala anugerah-Nya. Di zaman yang serba modern ini, umat Islam bisa mengambil ibrah dari peristiwa hijrah tersebut dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. (ar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun