Mohon tunggu...
Kang Rozaq
Kang Rozaq Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendakwah, Aktivis Sosial dan Keagamaan, Laskar Pelayan Jama'ah (LPJ)

Aktivis Gerakan Aksi Sosial dan Keagamaan (GASA) dan Penggiat/Laskar Pelayan Jamaah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Makna Tahun Baru di Era Modern: Menjemput Berkah Tahun Baru Islam

2 Juli 2024   11:11 Diperbarui: 2 Juli 2024   11:13 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar koleksi pribadi

 

Tahun Baru Islam bukan hanya momen pergantian tahun dalam kalender Hijriah, tetapi juga momentum untuk merefleksikan makna hijrah dalam konteks modern. Hijrah, yang berarti berpindah tempat, bukan hanya merujuk pada perpindahan fisik Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, tetapi juga mengandung makna yang lebih luas dan mendalam.

Hijrah Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa perubahan tidak hanya terjadi secara spontan, tetapi juga memerlukan kesadaran dan keputusan yang matang. Peristiwa hijrah ini juga menunjukkan bahwa perubahan tidak hanya berarti meninggalkan hal-hal yang kurang baik, tetapi juga berarti menuju hal-hal yang lebih baik.

Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: "Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia berkata: Aku bai'at (berjanji setia) dengan Anda akan ikut hijrah dan jihad, karena aku mengingini pahala dari Allah. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Jawab orang itu; 'Bahkan keduanya masih hidup.' Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi: 'Apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?' Jawabnya; 'Ya!' Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; 'Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu, lalu berbaktilah kepada keduanya dengan sebaik-baiknya'." (HR. Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya berhijrah untuk mendapatkan pahala dan mengharapkan rahmat Allah.

Di era modern, hijrah dapat diartikan sebagai perpindahan dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang lebih baik, dari kemungkaran menuju kebaikan, dan dari kegelapan menuju cahaya. Kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah ini dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Surah --Baqarah ayat 2018, Allah SWT. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat ini menunjukkan bahwa hijrah termasuk dalam perbuatan yang diberkahi dan dihargai oleh Allah. Orang-orang yang berhijrah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan agama-Nya, mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.

Bagaimana kita dapat merefleksikan makna hijrah di era modern?. Dalam era modern, umat Islam dapat mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah dan menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa makna hijrah dalam era modern, antara lain:

Hijrah dari individualisme menuju kolektifisme:

Di era modern, banyak orang terjebak dalam individualisme, mementingkan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain. Lebih-lebih dalam perkembangan teknologi saat ini, keberadaan teknologi artificial intelligence (AI) menjadi teman setia hampir sebagian besar manusia, misalnya sebagai teman berdiskusi, mencari informasi solusi atas permasalahan dirinya, dan hampir banyak hal meminta bantuan AI. Kondisi ini, semakin menguatkan rasa individualisme.

Hijrah mengajak kita untuk beralih ke semangat kolektifisme, saling membantu dan mendukung satu sama lain, karena pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat ayat 13, yaitu: "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa dia antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal".

Dari ayat tersebut, maka semakin baik kita mengenal satu sama lain, semakin besar kemungkinan untuk saling membantu dan saling memberi manfaat. Demikianlah, ayat tersebut menyoroti pentingnya saling mengenal. Ada kebutuhan untuk saling berkenalan agar dapat memperoleh pelajaran dan pengalaman dari pihak lain, dengan tujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Hijrah dari konsumerisme menuju kesederhanaan:

Era modern diwarnai dengan budaya konsumerisme, di mana orang-orang terobsesi dengan membeli barang-barang yang tidak selalu mereka butuhkan. Lebih-lebih saat ini, dengan perkembangan teknologi, berbagai platform yang secara tidak langsung menggiring konsumerisme manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun