Di zaman pasca millennial seperti saat ini, dunia bergerak sangat cepat, merupakan zaman revolusioner yang adanya tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dulu yang berjihad adalah dengan mengangkat pedang, berperang melawan orang kafir yang memang menyerang kaum muslimin. Sekarang di era yang serba digital ini, perang dilakukan dengan memanfaatkan perantara internet atau kerennya disebut cyber war.
Pun juga bagi para santri, yang notabene belajar dan bermukim di pondok pesantren yang diidentikkan dengan Islam tradisional dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya anggapan seperti itu, ISNU Jatim mendirikan DINUN (Da'I Intelektual Nusantara Network) yang merupakan wadah bagi para pejuang Islam terutama kaum santri melalui dunia digital.Merespon maraknya kelompok atau aliran tertentu yang selalu menyudutkan tradisi, amalan kaum Nahdliyyin, bahkan berani menyesatkan para kiai-kiai, memotivasi DINUN untuk menyelenggarakan Pelatihan.
 Pembuatan Konten Islam Moderat dan Videografis untuk Santri di Jawa Timur. Pelatihan videografis ini dilaksanakan dua kali, yang pertama dilaksanakan di PP. Bayt Al Hikmah, Kota Pasuruan, dan yang terakhir diselenggarakan di PP. Al-Hikam Kota Malang, ahad 4/8 kemarin. Peserta pelatihan merupakan santri-santri dari pondok Pesantren di Jawa Timur, seperti LIRBOYO, PP. Assuniyah, Madrasatul Qur'an, PP. Kiai Mojo, PP. Sabilurrosyad, dan lain-lain.  Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan sekitar 108 santri yang berasal dari 28 Pondok Pesantren di Jawa Timur. Jumlah ini masih terhitung sedikit mengingat terdapat ratusan pondok pesantren yang tersebar di Jawa Timur. Tetapi ini merupakan langkah awal yang baik, dan diharapkan akan terjalin kekeluargaan dan saling bersinergi dalam mendakwahkan Islam santun melaui media.
Dalam sambutannya Ustadz Achmad Tohe, Direktur eksekutif DINUN mengatakan, "Salah satu visi DINUN adalah merespon perkembangan terakhir terkait dakwah Islam dan praktik keislaman Indonesia khususnya di era digital ini".
Khusus dalam konteks dakwah Islam sudah muncul banyak metode-metode baru dakwah di dunia maya maupun dunia nyata dan kita tidak dapat mengontrolnya. Dari kebanyakan konten yang bersliweran tersebut, seringkali tidak sesuai dengan cara pandang masyarakat Indonesia.
Sehingga diperlukan cara untuk menumbuhkan kesadaran santri agar berpartisipasi aktif dalam perubahan sosial dan teknologi karena disayangkan orang yang waktunya setiap hari dihabiskan untuk mengkaji agama, namun tidak punya ruang untuk menyuarakan ilmunya kepada masyarakat.Â
''Dengan partisipasi aktif kalangan santri di dunia digital kini, diharapkan santri tidak hanya sebagai objek dari kemajuan teknologi saat ini, tetapi mampu tampil sebagai subjek khususnya dalam dunia dakwah'' imbuh Ustadz Tohe yang juga pendiri PCI NU Amerika.
Kiai Muhammad Nafi' Pengasuh PP. Al Hikam sekaligus pembina dari DINUN, sebelum membuka acara pelatihan memberi pesan pada santri yang mengikuti pelatihan videografis, "Bahwa arus informasi datang laksana sunami sehingga memaksa kita untuk mengkaji ulang, khususnya terkait pemahaman ilmu agama, serta pengetahuan yang terstruktur agar kerangka berpikir tidak kacau''.Â
Seperti dalam pembahasan pada kitab-kitab kuning, pembahasan dilakukan berurutan, mulai bab thoharoh, sholat, zakat, puasa, dan haji. Kemudian babul buyu' karena segera cari ma'isyah, belajar hukum pidana dan perdata, bab rumah tangga, baru bab jihad. Beliau juga berharap agar santri-santri yang mengikuti pelatihan ini dapat menjadi suatu jejaring keluarga dalam mendakwahkan Islam yang rohmatan lil alamin sesuai manhaj ahlu sunnah wal jamaah. Dalam pelatihan juga dihadiri ketua PC NU Kota Batu, sekaligus mantan wakil wali Kota Batu.
Pelatihan dilaksanakan dalam 2 sesi, yaitu sesi teori dan praktik. Dalam sesi teori peserta diberikan materi tentang mapping dan grafik mengenai persebaran informasi di Indonesia, algoritma dari setiap sosial media hingga cara membuat konten yang menarik minat netizen. Pemateri-pemateri yang mengisi merupakan pakar dibidangnya, seperti Gus Abdulloh Hamid (Admin Ayo mondok), Mas Rif'an (youtuber dan entrepreneur muda) hingga Mas Khafiz Roziky (konten kreator).
Pada sesi kedua atau praktik, peserta dibagi menjadi 2 kelas, kelas pertama merupakan kelas laptop dimana aplikasi pembuatan konten videografisnya menggunakan perangkat laptop, peserta diajari membuat konten dengan aplikasi videoscribe, dan ink scape.Â