Mohon tunggu...
Kang Rendra Agusta
Kang Rendra Agusta Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti Naskah Kuno

sedang belajar Filologi dan Epigrafi || Sraddha Institute Surakarta ||

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi 2013 (2) Luwuk-Banggai

12 Maret 2013   03:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:57 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13630599911634210179

foto : koleksi Alfian (mapen), Sub Korwil Luwuk-Banggai

20 Februari 2013

Upacara

Upacara itu tentang ibadah, tentang isi dari lahirnya sebuah kemerdekaan. Sujud syukur manusia akan sebuah makna.

Upacara itu tentang pesta Komunal manusia menuju puncak penghargaan. Penghormatan bukan kepada benda, lebih dari itu penghormatan kepada tanah darah dan air mata. Tanah air Indonesia.

Penghormatan dan penghargaan itu dimulai dengan perjuangan. Ekspedisi dimulai.

21 Februari 2013

Masalah

Tubuh adalah komponen terbaik yang di selaraskan secara seimbang antara pikir dan jiwa. Manusia yang merasa dirinya “paling” adalah manusia manusia yang akan terkubur pertama oleh dirinya sendiri. Berbagai tubuh dengan citra rasa special. Makhluk yang special.

“ kalau sudah menginjakkan kaki dan minum dari tempat pendidikan Komando, tentunya yang ada di sini mempunyai semangat dan daya tahan Komando” Agus. S

Kabut juga belum mau pergi dari negeri ini. Kalau tak bisa menjadi hutan, Jadilah embun yang menyegarkan tanah ini, tanah ibuku, tanah pertiwi.

27 Februari 2013, pukul 22 : 53

Coretan seminggu lalu rasanya cukup memenuhi angan. Hujan yang terus menghantam tiang pancang, angin yang terus mendekap pohon. Matahari rupanya agak canggung terlihat. Manusia yang digelar saat subuh lalu digulung saat seperempat malam, sehabis Isya.

Entah kurang angan atau memang tak sempat menuang kopi di atas kertas. Minggu-minggu padat dimulai. Anak bersemangat muda berlarian mengejar kabut sampai pintu angin. Berlari dan saling kejar. Beberapa kali berkas jingga menutup siang kami, berebut menutup pintu dengan sang Kabut.

Situ yang menyimpan ribuan cerita, kisah orang-orang besar yang melakukan sesuci brata. Kisah Membrano, Everest atau tentang seorang dokter sparatis yang patrotis. Daya tahan.

Susah bercerita tentang materi, karena alam Lembang begitu saja menutup berat materi.

Penghayatan

Mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Setenang Situ Lembang dalam bersikap, sedingin hening kabut dalam berpikir. Setegas Pinus berhadap dengan angin. Seriuh gelak tawa di arena, lintas tawa tertawa.

Kerendahan hati yang selalu tunduk kepada Tuhan.

Rembulan datang dari balik Kawah Putih, seperti pemilik hati putih yang baik hati. Rembulan yang mengajarkan tentang terang atas gelap.

“ Jangan mengaku manusia, kalau tidak bisa menerangi hati sesamamu di kala gelap”

Ekspedisi !!!!!

1 Maret 2013

Seperti biasa subuh menjelang. Langit masih terang, jernih mentari malam masih tergantung. Belum selesai bulan menerangi, mentari pagi datang memberi semangat. Begitu besar kasih manusia itu, kepada kita. Bagaimana tidak bersyukur, semua yang datang dari Tuhan membawa kedamaian dan nikmat.

Hari ini seorang pengembara mengajari kami tentang indahnya perbedaan. Manusia akan mati bosan jika hidup dalam kesamaan. Perbedaan dalam kebersamaan, tidak harus sama.

Suatu hari ada seorang Uskup, kala mudanya yang berkata “ aku akan mengubah dunia”, ketika keadaan memaksanya menjadi tua ternyata hal itu tidak terwujud. Lalu ia memutuskan “ aku akan mengubah negaraku” namun negara semakin kacau. Akhirnya ia kecewa dan memutuskan untuk mengbah dirinya sendiri.

Berkarya sekecil apapun rasanya lebih berharga daripada tidak. Kalau tak bisa menjadi yang terbaik, jadilah beda dan berlaku tidak normal. Kaya akan isi, berisi dan saling mengisi.

Tebing-tebing yang curam “golden ways” yang mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Tetap kokoh dan tegak. Manusia itu kecil, Alam itu kecil. Besar hanya milik Tuhan.

3 Maret 2013

Matahari dibuka dengan warna saga, warna-warni kemanusiaan yang terselip dicelah genangan air yang basah. Kabut-kabut yang merayap ke bawah, meninggalkan langit sampai ke permukaaan air.

Telaga yang tenang dan dalam, mengajarkan kemampuan manusia yang berpikir. Pandai menelaah masalah, mengurainya pelan lalu mencairkan.

4 Maret 2013 22:58

Hujan

Tetesan air yang terus saja datang tanpa henti. Dari langit menuju bumi, bersama hima yang lepas. Melesat seperti anah panah dari Gandewa Rama. Hidup manusia seperti halnya kepekatan kabut, seperti pekatnya rimba.

Ikrar

Lirih terdengar ucap Syukur “ Syukur aku sembahkan kehadiratmu Tuhan”.

Gerimis membentuk garis diagonal di atas kerumunan manusia. Badai adalah sahabat. Tatanan yang melingkar membentuk setengah donat. Api Unggun menyala-nyala, mengobarkan janji dan mengibarkan janji bakti pada Bumi Pertiwi. Indonesia.

Senandung, hanya sebuah senandung yang menegakkan bulu kuduk. Senandung yang menegakkan tiang bendera. Senandung yang meneguhkan rasa syukur kepada Tuhan.

Berkelanalah para pengabdi

Abdi negara yang belajar berkarya, sedikit tentang sesuatu yang disebut pengabdian. Bagian kecil dari benang merah dan putih, Indonesia.

Menembus rimba, menepi ke pantai, singgah di desa-desa. Dharma Bakti.

Jasamu Abadi

5 Maret 2013

Penutupan Pra Ekspedisi

“ belajarlah saling mengenal maka dari situ akan lahir rasa sayang. Kenalilah Sulawesi , maka engkau akan menyayangi semua yang ada di dalamnya “ Pramono Edhi Wibowo

Angin berlarian tanpa henti, hujan deras semalam masih meninggalkan jejak di setiap tanah basah. Rumpat yang sama, masih menyambut sisa-sisa pagi. Tersibak langit, cerah ketika masa pendadaran telah usai. Persiapan yang baik untuk menghadapi semua kemungkinan.

Sebuah pesan yang tegas “ berangkatlah, kibarkan bendera Merah Putih di seluruh penjuru Sulawesi. Kibarkan di puncak-puncak gunung, ke dalam palung samudranya. Berkibar di setiap hati manusianya “

Tidak ada lagi baret merah, jingga, ungu. Tidak ada berwarna-warni jas almamater, semua sama ekspedisi.

Tempat ini adalah tempat yang melahirkan banyak pejuang besar. Minimal semua yang pernah tenggelam di Situ ini, hidupnya penuh bakti penuh isi.

Bagimu negeri , jiwa dan raga kami. Begitulah kira-kira syair yang sering kita dengarkan dari seremonial sejak dini. Berkaryalah, tak perlu berlebihan. Hiduplah penuh arti dan berarti kepada orang-orang sekitarmu.

“ mengalamkan alam, memanusiakan manusia” jangan merubah budaya setempat. Komunikasi yang baik, tentunya akan memberikan pengertian yang baik.

Perbedaan itu keindahan yang seharusnya indah, ajarkanlah dan kenalkanlah. Ini negeri Indah, Indonesia.

5 Maret 2013 9 : 45

Sebuah usai dan awal ke perjalanan. Angin hangat membawa kami tempat yang lebih rendah, panas dan riuh. Sepanjang jalan flamboyan merona bak pohon kesukaan para istri.

Tarikan nafas panjang, rasanya membuat lega. Hai tempat yang teduh, sejenak kami undur darimu. Menuju tempat rehat di Batujajar.

Jalan-jalan memang jauh dari lengang ketika lepas adzan tiga per empat siang. Wajah –wajah kemanusiaan yang memang benar-benar manusiawi. Walaupun kadang jauh dari standart kehidupan “manusia”.

Kesederhanaan itu pilihan manusia. Keteraturan juga pilihan manusia. Tegas atau lembut adalah jalan masing-masing.

Dari Candradimuka menuju Sokalima, sama-sama tempat berlatih. Ekspedisi

7 Maret 2013

Kabut membekas memberi berkas seperti tiupan mungil di kaca jendela. Senja kemaren menutup kirbatnya dengan cahaya jingga. Ksatriyan Raider, petak-petak yang sama teraturnya. Tawa keceriaan yang membahana, ini tentang kehidupan.

Cerita tentang keluarga masing-masing personal. Cerita tentang orang-orang spesial mereka. Memanusiakan manusia, ya tentara juga manusia. Manusia.

Keramaian kota merupakan perpaduan dari berbagai tempat sepi. Riuh Sibuk adalah perpaduan dari subjek-subjek yang lengang.

Sama rasa sama rata, keadilan. Perbedaaan strata pangkat yang akan menjadi satui Sekseping mata uang, kata orang punya dua sisi tetapi lebih tepatnya 3 sisi, dengan sisi samping. Awan kelam menyibak sore ini, mengubah langit menjadi gelap lebih awal.

Kebersamaan langit, nyanyian langit bak dentuman meriam. Menggelegar mengoyak sepi. Dalam penantian menuju pesawat Anak Zeus. Ekspedisi !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun