Mohon tunggu...
Kang Rendra Agusta
Kang Rendra Agusta Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti Naskah Kuno

sedang belajar Filologi dan Epigrafi || Sraddha Institute Surakarta ||

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Alam dan Lingkungan Gunung Merapi Melalui Foklor

10 November 2012   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:40 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kepercayaan masyarakat sekitar Merapi, dipercaya ada 9 pilar penguasa Merapi dibalik itu semua ada sebuah nilai - nilai tertentu yang digunakan untuk menjaga alam dan lingkungan Merapi sekaligus membawa manusia untuk mengucap syukur kepada Sang Maha Gusti. Secara singkat 9 pilar itu adalah : 1.Eyang Merapi Menurut mbah Maridjan, Eyang Merapi adalah seorang raja sekaligus tokoh utama yang menjadi pimpinan seluruh lelembut penghuni Merapi. analogi : Raja pengusa alam semesta adalah Tuhan, dan manusia wajib menjaga ciptaan-Nya kalau alam tidak dijaga, ya Tuhan tentunya yang akan bertindak sendiri untuk menjaga alam dengan cara-Nya. 2. Eyang Sapu Jagad Penunggu kawah Merapi inilah yang memegang kunci meledak atau tidaknya gunung tersebut. Makanya, demi menjaga kemarahannya, setiap tahun sekali Kraton Jogjakarta menyelenggarakan ritual labuhan yang dipersembahkan kepadanya, termasuk kedua stafnya yakni Kyai Grinjing Wesi dan Kyai Grinjing Kawat. analogi : makna labuhan sebenarnya adalah simbol ucapan syukur kepada Tuhan karena kita diberikan kelimpahan dan kesuburan tanah, kalau kita tidak bersyukur dan melakukan ekploitasi SDA besar-besaran maka kita akan kehilangan kesuburan tanah. Lalu Tuhan yang bertindak menyuburkan tanah, melaui Abu Vulkanik yang membersihankan bumi sekitarnya (restorasi). Semoga hati kita juga selalu dibersihkan dari hal buruk. 3.Eyang Megantara ( mega + dirgantara) Pemuka dedemit yang berdiam diri di puncak Merapi ini memiliki kewenangan mengendalikan cuaca dan mengawasi sekitar kawasan Merapi. Tidak banyak penjelasan tentang tokoh ketiga dari Penunggu Gunung Merapi ini. analogi : mega artinya mendung, dirgantara artinya langit, jadi kesimpulannya kita juga harus bersyukur atas hujan, cuaca dan iklim yang diberikan kepada kita. 4.Nyi Gadung Melati Pemimpin dedemit wanita dengan ratusan pasukannya yang rata-rata berwajah manis serta berseragam busana warna hijau pupus pisang. Tugas pokoknya adalah menjaga kesuburan tanaman gunung. analogi : Nyai gadung Mlati bertugas seperti halnya Dewi Sri ( dewi kesuburan ), hal ini berbicara tentang usaha mencapai kemakmuran rakyat melalui segmen pertanian. 5.Eyang Antaboga Makhluk dari bangsa jin ini mendapat tugas cukup berat karena harus selalu menjaga keseimbangan gunung agar tidak melorot tenggelam ke dasar bumi. analogi : Indonesia merupakan bagian dari Ring of Fire, dimana lemang bagian bawah bersifat fluktuatif dan labil. Jadi pergeseran lempeng bumi bawah, bisa mengakibatkan gempa tektonik dll. Teori Fisika berbicara tentang adanya hukum keseimbangan energi, temasuk juga pergerakan tanah oleh tenaga endogen, sebenarnya lengkung setengah lingakaran pada gunung dan bukit-bukit disekitarnya adalah penyeimbang getaran gempa. Setelah lengkungan itu terkena arus globalisasi, banyak lahan dan perkebunan , villa hotel dll. itulah penyebab ketidakseimbangan, alhasil kini banyak tanah longsor.  Harusnya itu menjadi bahan pertimbangan manusia, untuk menjaga keseimbangan alam. 6.Kyai Petruk Pemuka jin ini bertugas memberi wangsit mengenai waktu meletusnya Merapi, termasuk juga memberi kiat-kiat tertentu kepada penduduk agar terhindar dari ancaman bahaya lahar panas Merapi. Dipundak jin inilah keselamatan penduduk tergantung. analogi : dahulu sebelum ada teknologi yang canggih masyarakat Jawa selalu menggunakan ilmu "titen" ( ilmu kebiasaan / pangamatan alam sekitar ) dalam memprediksi sesuatu. Tokoh Petruk dalam pewayangan mempunyai tangan yang selalu mengacungkan jari telunjuk, hal ini berbicara tentang petunjuk. Jaman modernisasi yang disebut kyai petruk, bisa saja dijadikan sebutan bagi Seismograf dan beberapa alat teknologi kegunungapian lainnya. 7.Kyai Sapu Angin Tokoh ketujuh ini merupakan pemimpin roh halus yang khusus mengatur arah angin adalah Kyai Sapu Angin. analogi : hal ini juga berbicara tentang keteraturan alam semesta tentang arah angin tyang membawa penyebaran abu vulkanik untuk menjaga kesuburan tanah. 8.Kyai Wola-Wali pemuka jin kedelapan yang tugasnya menjaga sembari mengatur teras keraton Merapi. analogi : teras terdepan merapi adalah perbatasan hutan-hutan , ladang dan penduduk. Tentunya masyarakat daerah hutan juga harus mengetahui pengetahuan tentang hal ilmu keseimbangan alam. Perlu adanya kesatuan yang bagus antara kaum intelektual di bidangnya dengan masyarakat. Secara lebih luas mengacu pada simbolisme tentang manunggaling kawula Gusti.  jika tejadi korelasi yang baik antara rakyat dan pemerintah maka akan tercipta sebuah ketenteraman dan keharmonisan hidup. 9.Kartadimejo komandan pasukan makhluk halus sekaligus menjaga ternak serta satwa gunung, termasuk memberi kepastian kepada penduduk tentang kapan tepatnya Merapi meletus. Jin terakhir ini kerap mendatangi penduduk sehingga namanya cukup terkenal di kalangan penduduk Merapi. analogi : selain flora ,di Merapi juga terdapat satwa yang harus dilindungi. Keberadaan satwa selalu berkaitan dengan rantai makanan dan jaring-jaring makanan agar selalu stabil dan seimbang. Ketika hewan2 sudah diburu maka akan terjadi sebuah kerusakan sistem, yang terjadi adalah mutasi hewan dan lebih mengganggu kehidupan masyarakat. Maka dari itu, jangan berburu ya. Ketika Pohon terakhir di tebang, ketika hewan tekakhir diburu, ketika air terakhir di teguk maka manusia baru sadar bahwa uang tidak bisa dimakan. demikianlah analogi yang digunakan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan Merapi ( kraton inggil / atas ), Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ( Kraton Punjer / pusat ) dan Laut selatan ( kraton andhap/ bawah). Tuhan, Pemerintah , masyarakat dan Alam itu sendiri. (foto koleksi penulis, diambil di Selo, Boyolali. November 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun