[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="ilustrasi sumber gambar militerindonesiamy.blogspot.com "][/caption]
Saya tidak ingin ikut-ikutan latah beropini dan membuat analisa terkait kasus Cebongan. Bagi saya sudah cukup pada catatan sebelumnya yang berjudul Mari Kita Jujur Soal Tragedi Cebongan sudah menjadi suara hati sebelum terungkapnya kasus ini secara terang benerang.
Bangsa ini memang bangsa yang mudah lupa, amnesia atau hilang ingatan. Saat kasus ini belum terungkap banyak opini-opini yang menyesatkan. seorang pengamat mengatakan pelakunya adalah teroris, ada lagi pengamat lainnya yang mengaitkan dengan kasus narkoba dan lain-lain. Seolah ingin melindungi atau menutup-nutupi bahkan mengalihkan isu. Eh giliran kasus ini sudah terungkap dan menemukan fakta bahwa pelakunya adalah oknum dari kesatuan elit Kopassus, ikut-ikutan deh mengevaluasi kopassus. Ada lagi yang diawal mengatakan pelakunya teroris, kemudian setelah terungkap institusi pelakunya enggak ada klarifikasi dan cabut pernyataan. Bayangkan saja jika ternyata pelaku adalah aktivis masjid atau berjenggot, pasti tuduhan terorisme akan tersemat pada pelaku. Yang semula orang yang menggelari pembunuh tahanan ini adalah pahlawan pasti akan berbalik dan berganti mencaci.
Kopassus tetaplah Kopassus, pasukan elit yang kita banggakan yang setiap saat akan menjadi andalan kita untuk melindungi negri ini. Terungkapnya kasus ini seyogyanya tidak perlu menjadikan institusi ini kemudian menjadi ramai-ramai dibully, terutama di media sosial. Biarkan saja penegak hukum dalam hal ini mahkamah militer yang berwenang untuk melaksanakan tugas seadil-adilnya. Jangan sampai kemudian opini-opini yang berkembang liar ini memecah konsentrasi publik dan akhirnya menjadikan satuan Kopassus sebagai olok-olok. Situasi seperti ini akan tidak menguntungkan dan membuat musuh akan kegirangan. Hukum harus ditegakkan dengan setegak-tegaknya, pemerintah harus segera mengevaluasi diri terkait penegakan hukum. Sudah terlalu banyak peristiwa akhir-akhir ini yang membuat publik prihatin, sehingga ketidakpuasan itu akan berbuntut pada aksi main hakim sendiri. Negeri ini jangan terus dibiarkan autopylot
Akhir kata sebagai persembahan buat satuan kopassus saya persembahkan sebuah lagu. Karya siapa? ntar cari sendiri yah:
menapaki langkah-langkah berduri menyusuri rawa, lembah dan hutan berjalan diantara tebing jurang smua dilalui demi perjuangan letih tubuh di dalam perjalanan saat hujan dan badai merasuki badan namun jiwa harus terus bertahan karna perjalanan masih panjang kami adalah tentara Allah, siap melangkah menuju ke medan juang walau tertatih kaki ini berjalan jiwa perindu syahid tak akan tergoyahkan wahai tentara Allah bertahanlah,, jangan menangis walau jasadmu terluka sebelum engkau bergelar syuhada tetaplah bertahan dan bersiap siagalah * The Poems gunung tinggi menjulang samudra luas membentang adalah lahan peneguhan hutan rimba padang gersang jadi ajang pembuktian hujan badai terik panas kerontang pasti kan hiasi perjalanan saat langkah tlah diayunkan pantang surut ke belakang hingga sampai ke tujuan bertahanlah dan bersiap siagalah
- End
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H