Mohon tunggu...
Pandu Perdana Putra
Pandu Perdana Putra Mohon Tunggu... Guru - Pengajar Bahasa Inggris, Peneliti, dan Pengamat Kebijakan Pendidikan

Saya seorang penulis yang aktif membahas berbagai topik, terutama terkait dengan pedagogi dan isu pendidikan terkini. Dengan latar belakang di manajemen komunitas, saya juga sering berbagi tentang cara mengelola dan mengembangkan komunitas secara efektif. Selain itu, saya sangat tertarik pada penelitian, baik itu melalui survei maupun eksperimen sosial, yang saya anggap sebagai cara penting untuk menggali wawasan baru dan solusi bagi masalah yang ada di masyarakat. Melalui tulisan-tulisan ini, saya berharap dapat memberikan kontribusi positif dalam perkembangan dunia pendidikan dan pengelolaan komunitas di Indonesia. Semoga apa yang saya bagikan dapat bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Untuk berdiskusi lebih lanjut atau terhubung, silakan mampir ke halaman LinkedIn saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Employee Empowerment, Mungkin Kuncinya adalah Pemberdayaan

28 November 2024   11:42 Diperbarui: 28 November 2024   11:45 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu pesan yang sangat berkesan bagi saya datang dari seorang mentor, seorang pensiunan manajer bank BUMN yang telah berpengalaman dalam dunia manajemen. Beliau berbicara tentang konsep yang mungkin terdengar sudah sangat familiar di kalangan kita, namun sering kali diabaikan dalam praktik sehari-hari: employee empowerment atau pemberdayaan karyawan.

Di dunia yang semakin membuka mata terhadap kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, kita sering mendengar istilah women empowerment. Namun, dalam konteks dunia kerja dan manajemen sumber daya manusia, konsep pemberdayaan karyawan ini sudah lama menjadi patokan yang tak bisa dipandang sebelah mata.


Apa Itu Employee Empowerment?

Employee empowerment adalah pendekatan di mana perusahaan memberi kepercayaan lebih kepada karyawan untuk membuat keputusan, bertindak dengan lebih mandiri, dan diberikan ruang untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka. Pemberdayaan ini bukan hanya soal memberi kekuasaan, tetapi lebih kepada menciptakan lingkungan yang mendukung agar setiap individu bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.

Bagi para atasan, hal ini berarti memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dan ikut berkontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Namun, yang sering terjadi adalah kesulitan dalam melihat potensi yang ada pada anak buah, terutama ketika mereka memiliki bakat yang luar biasa.


Pesan Berharga dari Mentor Saya: Mengenal Potensi Bawahan

Mentor saya berkata, "Seorang atasan yang baik harus jeli melihat potensi bawahannya, tidak hanya menilai dari apa yang terlihat di permukaan, tetapi dari apa yang mereka bisa capai jika diberi kesempatan." 

Menurut beliau, banyak karyawan yang sebenarnya memiliki kemampuan yang sangat dibutuhkan perusahaan, tetapi tidak diberikan kesempatan untuk berkembang hanya karena atasan tidak mampu melihat potensi mereka atau bahkan takut tergeser posisinya.

Beliau menambahkan bahwa seringkali atasan merasa terancam dengan bakat-bakat cemerlang yang dimiliki bawahannya. 

Rasa takut akan kehilangan posisi dan pengaruh sering kali menjadi penghalang terbesar dalam memberikan ruang bagi anak buah untuk berkembang. Padahal, dengan mengangkat orang yang berbakat dan memberikan mereka kesempatan, atasan justru akan mendapat keuntungan ganda: reputasi mereka terangkat dan beban kerja mereka berkurang.

Mengapa Employee Empowerment Itu Penting?

Salah satu masalah besar dalam banyak organisasi adalah ketidakmampuan atasan untuk mengenali dan memanfaatkan talenta yang ada di tim mereka. Banyak karyawan yang punya keterampilan luar biasa, tetapi tidak diberi tanggung jawab yang sesuai. Akibatnya, talenta mereka tidak berkembang di dalam perusahaan.

Ada juga fenomena yang lebih memprihatinkan: ketidakadilan dalam memberikan kesempatan. Karyawan berbakat sering kali diabaikan hanya karena mereka tidak memiliki hubungan dekat dengan manajemen atau karena mereka tidak "dititipkan" oleh pihak tertentu. 

Apa yang terjadi kemudian? Banyak dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk mencari peluang di luar perusahaan, membuka usaha sendiri, atau bahkan bergabung dengan perusahaan lain yang lebih menghargai bakat mereka.

Di sini, sering kali timbul pertanyaan: "Mengapa karyawan tersebut tidak loyal?" Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah ketidakmampuan atasan dalam memberdayakan potensi yang ada di dalam tim mereka. Loyalitas bukan hanya soal masa kerja atau jabatan, tetapi tentang bagaimana seorang atasan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berkembang.


Bagaimana Sebaiknya Seorang Atasan Bertindak?

Idealnya, sebagai seorang atasan, kita harus bisa melihat bakat dan potensi dalam tim, tanpa melihat latar belakang atau kedekatan personal. Talenta yang luar biasa perlu dirangkul dan diberikan ruang untuk berkembang. Jangan biarkan mereka merasa teralienasi hanya karena tidak mendapat perhatian yang layak. Sebaliknya, posisikan mereka di tempat yang sesuai dengan keterampilan mereka dan beri tanggung jawab yang bisa mengasah kemampuan mereka.

Saat kita memberi kesempatan kepada bawahan untuk berkembang, kita sesungguhnya juga sedang memperkuat posisi kita sebagai pemimpin yang bijak. Tidak perlu takut posisinya akan tergeser---sebaliknya, justru dengan membantu mereka berkembang, beban kerja kita akan berkurang, dan kita pun akan dikenal sebagai pemimpin yang mampu mengangkat orang lain.


Contoh Nyata Perusahaan yang Sukses Berkat Employee Empowerment

Banyak perusahaan besar yang berhasil berkembang pesat karena budaya pemberdayaan karyawan yang diterapkan dengan baik. Sebut saja perusahaan-perusahaan teknologi yang mengutamakan inovasi dan kreativitas, di mana setiap individu diberi kebebasan untuk mengembangkan ide-ide baru tanpa takut akan kegagalan. Di sinilah peran penting employee empowerment menjadi nyata: memberikan karyawan kebebasan untuk berinovasi, mengambil keputusan, dan berkembang dalam peran mereka.

Begitu juga dengan perusahaan yang fokus pada pengembangan karir karyawan, memberikan pelatihan, mentoring, dan kesempatan untuk mengambil peran kepemimpinan lebih besar. Ketika karyawan merasa diberdayakan, mereka akan merasa lebih terhubung dengan perusahaan, lebih loyal, dan tentunya lebih produktif.


Employee empowerment bukanlah sekadar konsep manajerial; ini adalah kunci untuk menciptakan budaya kerja yang sehat, produktif, dan inovatif. Seorang atasan yang mampu mengenali dan memberdayakan bakat dalam tim mereka akan mengundang kesuksesan bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk perusahaan secara keseluruhan.

Sebagai pemimpin, apakah Anda sudah cukup jeli dalam melihat potensi karyawan Anda? Apakah Anda sudah memberikan mereka kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka? Atau justru Anda masih merasa terancam dengan bakat-bakat luar biasa di sekitar Anda?

Mari berbagi pendapat dan pengalaman Anda di kolom komentar. Apakah Anda pernah mengalami atau menyaksikan pemberdayaan karyawan yang berhasil di tempat kerja? Atau, apakah Anda merasa belum pernah mendapatkan kesempatan yang layak untuk mengembangkan diri di perusahaan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun