Boleh jadi, biografi Chrisye hanyalah sekelumit cerita. Sosoknya yang unik, pencapaiannya yang melegenda di bidang musik, dedikasinya yang mengagumkan, sikap rendah hatinya yang konsisten adalah lukisan di kanvas besar yang membutuhkan banyak ruang untuk mengisahkannya.
Dari sejumlah sumber saya membaca, sebagai musisi, Chrisye tergugah nada sejak usia dini. Di usia remaja, ia mengenal dan dekat dengan Nasution bersaudara seperti Keenan dan Gauri Nasution. Makin lama, persentuhan dengan musik kian menguat. Chrisye adalah pembetot bas berbakat yang ketika tengah menyelesaikan kuliahnya di jurusan arsitektur Universitas Kristen Indonesia, justru tenggelam bersama Gipsy Band. Orangtuanya, sempat keberatan dengan keputusan ini.
Dilema menyelesaikan kuliah dan total bermain musik, berakhir pada tahun 1973. Satu jalan harus diambil dan Chrisye mengikuti kata hatinya. Satu ketika, ia manggung di New York bersama Gipsy. Itu makin menguatkan tekad untuk mengarungi musik hingga ke relung terdalam. Pulang dari New York, interaksi dengan Guruh Soekarnoputra/ sosok brilian lainnya dalam mengolah musik yang tidak mainstream/ makin intensif. Guruh Gypsi lahir membawa nuansa baru di pentas musik tanah air.
Nama chrisye baru mulai dikenal ketika booming lagu lilin kecil tahun 1977. Sejak itulah, kariernya meroket sebagai penyanyi solo, bukan lagi pembetot bas. Badai Pasti Berlalu, Aku Cinta Dia, Hip-hip Hura-hura, Nona Lisa dan Pergilah Kasih, merasuk ke tengah penikmat musik. Berderet penghargaan diraihnya. Sebutan legenda datang begitu saja tanpa diminta.
Zaman tak melekangkan Chrisye. Album-albumnya baik yang original maupun daur ulang terus mengalir dan menuai sukses. Di era 2000-an, ketika penyanyi sezamannya sudah jauh meredup, Chrisye tetap menggugah lewat kolaborasi dengan penyanyi, musisi dan pencipta-pencipta lagu muda. Ia asyik menyanyi dengan Project Pop, Ungu, Seriues Band, Ariel Peterpan (Noah, sekarang) dan sederet anak muda lainnya tahun 2004. Atau dengan Sophia Latjuba pada era 90-an.
Tampaknya, bagi Chrisye, musik sepenuhnya jiwa. Ia menekuninya sepanjang hayat yang relatif singkat, dan tidak bidang lainnya. Uang adalah bagian dari akibat belaka. Itulah sebabnya, sebagai pribadi, ia tetap membumi, meski sebagai penyanyi ia layak diberi banyak angka.
Kenyataan bahwa Chrisye akhirnya harus menyerah pada Jumat pagi itu/ begitulah Tuhan menentukan kuasaNya. Ia meninggalkan empat orang anak dari Damayanti Noor, istri yang tabah mendampingi hingga akhir usia. Biografi Chrisye, adalah kenangan terakhir dalam bentuk catatan yang sangat berharga. Si penulis biografi yang dikenal sangat produktif itu, pasti melewati ’jalan’ penggalian yang tak mudah. Jika Chrisye tak berkomitmen untuk menyelesaikan itu, jika ia tak percaya bahwa tulisan kisah hidupnya akan sangat berguna bagi generasi yang tak sempat melihatnya di panggung, mungkin, biografi itu hanya kenangan. (***)
*Ciledug, Desember 2015—ketika ingin mengenang seseorang. Saat ’gregetan’ nonton sidang MKD atas kasus ’Papa Minta Saham’.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI