Mohon tunggu...
kang muji
kang muji Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi naik gunung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Metode Number Head Together Kelas XI

6 Oktober 2022   19:15 Diperbarui: 6 Oktober 2022   19:16 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGGUNAAN METODE NUMBER HEAD TOGETHER KELAS XI SMAN 1 GROBOGAN

Siti Zainab, S.S

SMA N 1 GROBOGAN

2022

Abstrak

Artikel ini dilatar belakangi oleh rendahnya keterampilan membaca peserta didik dalam membedakan dan
menangkap makna dari beberapa teks analytical expostion secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan di SMAN 1 Grobogan. Masalah ini tentunya banyak guru yang mengalami hal
yang sama apalagi kita berbicara tentang bahasa Inggris yang cenderung sebagai bahasa ketiga di Indonesia
yaitu pertama bahasa Ibu, kedua bahasa Indonesia dan ketiga bahasa Inggris. Sebagai seorang pendidik
yang mengampu bahasa asing atau bahasa Inggris, saya mempunyai tanggung jawab bagaimana
pembelajaran bahasa Inggris ini terutama dalam keterampilan membaca sebuah teks dapat menyenangkan
dan berjalan efektif . Dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran banyak melibatkan keaktifan peserta
didik atau berpusat pada peserta didik (Students centered) maka model pembelajaran yang digunakan
adalah problem based learning dengan metode number head together (NHT) karena dengan PBL
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah secara berkelompok serta dengan
adanya metode NHT dapat mengatasi ketidak aktifan peserta didik di dalam kelompok karena setiap
anggota diberi nomor yang berbeda. Setiap peserta didik diwajibkan untuk menyelesaikan soal yang sesuai
dengan nomor anggota mereka sehingga peserta didik dapat aktif di dalam kelompoknya masing-masing.
Kata Kunci : berpusat pada peserta didik, PBL, Number head together

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada umumnya keterampilan membaca di Indonesia sangatlah rendah dengan di buktikan hasil penelitian
yang dilakukan oleh UNESCO bahwa keterampilan membaca orang Indonesia adalah 0,001% jadi
perbandingannya adalah 1000 : 1, apalagi kita berbicara tentang keterampilan membaca dalam bahasa
Inggris, mungkin lebih memprihatinkan lagi. Rendahnya keterampilan membaca peserta didik dalam
membedakan dan menangkap makna dari beberapa teks analytical expostion secara kontekstual terkait
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan latar Belakang masalahnya adalah rendahnya
keterampilan membaca peserta didik dalam mengidentifikasi gagasan utama dalam teks analytical
exposition. Dengan mengidentifikasi gagasan utama disetiap paragraph maka peserta didik dapat menarik
sebuah kesimpulan sehingga mereka dapat menjelaskan isi teks analytical exposition yang mereka baca.

Akan lebih mudah untuk peserta didik untuk mengevaluasi makna teks, fungsi sosial, struktur teks dan
unsur kebahasaan dari beberapa teks analytical exposition jika mereka memahami dengan baik isi teks yang
mereka baca, Tentunya dalam kegiatan ini, peserta didik harus lebih banyak lagi terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang biasanya hanya berpusat pada guru saja.

PEMBAHASAN
Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi tantangan untuk meningkatkan keterampilan
membaca dalam membedakan dan menangkap makna dari beberapa analytical expostion text secara
kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan berdasarkan kajian literatur,
wawancara pakar dan wawancara teman sejawat adalah:
1. Materi yang akan disampaikan harus diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik
misalkan mengambil contoh teks analytical exposition tentang Smoking dan cheating.
2. Sumber belajar tidak hanya dari buku teks saja akan tetapi dari berbagai sumber misalkan internet
3. Menggunakan model pembelajaran problem based learning dan metode number head together, diskusi
dan tanya jawab. Strategi ini saya gunakan karena dengan model PBL dapat meningkatkan kemampuan
kritis peserta didik dalam memecahkan masalah sehingga kegiatan pembelajaran ini peserta didik lebih
banyak terlibat (students centered). Untuk penggunaan metode NHT, peserta didik dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh dengan adanya kewajiban mengerjakan sesuai nomer soal yang di
dapat.
4. Media yang digunakan adalah aplikasi canva yang di jadikan power point sehingga dapat menarik
perhatian peserta didik sehingga termotivasi untuk belajar.
5. Penggunaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model PBL adalah
1. Orientasi peserta didik pada masalah yaitu Peserta didik membaca teks yang ada di power point
secara mandiri dan Pemberian pertanyaan tentang contoh-contoh teks yang dilihat oleh peserta
didik. Di dalam kegiatan ini, tujuannya agar PD dapat mengidentifikasi gagasan utama disetiap
paragrap pada sebuah teks sehingga PD dapat menjelaskan isi sebuah teks dan pada akhirnya PD
dapat membandingkan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan dari dua teks analytical
exposition dengan benar dan penuh teliti
What is the text about?
What is the main idea of the first paragraph?
What is the main idea of the second paragraph?
Why English is the most important language in the world?
What should you do if you want to know about the world?

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dengan metode Number Head Together (NHT).
Mengorganisasikan peserta didik menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 9 peserta didik. Pendidik
menyampaikan masalah yang akan di pecahkan dengan memberikan teks analytical exposition 2
kelompok yaitu group 1 dan V group 2 tentang " Smoking" begitupun dengan 2 kelompok yang
lain yaitu group 3 dan group 4 tentang " Cheating".
Pendidik dan peserta didik berdiskusi tentang aturan main dalam kegiatan ini yaitu di setiap lembar
kerja, contoh teks analytical dan jumlah pertanyaan sebanyak 9 soal sesuai jumlah anggota
kelompok yang harus dijawab oleh setiap peserta didik sesuai dengan urut di kelompoknya.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Peserta didik dalam kelompoknya
berdiskusi mengolah hasil pengamatan. Pendidik membimbing peserta didik dengan mengamati
setiap kelompok dalam melakukan pengumpulan data/informasi.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik mempersentasikan hasil diskusi kelompok dengan menullis hasil diskusi di papan
tulis
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Peserta didik berdiskusi untuk
menyimpulkan. Setelah semua kelompok presentasi maka peserta didik mereview, merevisi,
menganalisis, mengevaluasi dan merefleksi dari pemecahan masalah yang ditawarkan beserta
alasannya dalam diskusi kelas.
Tantangan untuk mencapai tujuan meningkatkan keterampilan membaca dalam membedakan dan
menangkap makna dari beberapa analytical expostion text secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur
teks, dan unsur kebahasaan adalah
1. Rendahnya motivasi dan minat baca PD dalam analytical exposition dikarenakan faktor internal dan
eksternal yaitu secara psikologis yang mempengaruhi pelafalan (pronounciation) dan rasa percaya diri
PD serta sarana prasarana.
2. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat, optimal, variatif dan inovatif sehingga
kegiatan pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru saja.
3. Tidak adanya kolaborasi yang baik antara peserta didik dalam kegiatan pembelajaran analytical
exposition text sehingga PD tidak memahami dengan baik apa itu analytical exposition baik secara
fungsi sosial, struktur teks dan struktur bahasanya
4. Rendahnya penguasaan vocabulary sehingga mempengaruhi rendahnya peserta didik dalam memahami
informasi dari analytical exposition text

KESIMPULAN
1. Penggunaan model pembelajaran adalah PBL yaitu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara
berkelompok sehingga model pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan yaitu guru tidak dapat
mendeteksi keaktifan PD. Untuk itu, di gunakan metode NHT agar keaktifan PD dapat berjalan dengan
sungguh-sungguh dengan adanya kewajiban mengerjakan sesuai nomer soal yang di dapat.
2. Penggunaan metode NHT ternyata tidak berjalan dengan baik mengingat metode ini tidak dapat
diterapkan dalam jumlah PD yang banyak apalagi dalam satu kelompok ada 9 orang sehingga durasi
diskusi menjadi kurang efektif, alokasi 1X pertemuan tidak dapat menyajikan presentasi 2 kelompok
dan hanya 1 kelompok saja. Padahal tujuan pembelajaran ini adalah untuk membedakan beberapa teks
analytical exposition dari fungsi sosial, struktur teks dan struktur bahasanya.
3. Keberhasilan penggunaan metode NHT akan jauh lebih efektif jika jumlah anggota perkelompok lebih
di perkecil dari 9 orang menjadi 5-6 orang karena jumlah PD dalam satu kelas sebanyak 36 PD. Jika
pertanyaan dalam LKPD sebanyak 10 soal maka setiap anggota mengerjakan 2 soal sehingga durasi
dalam diskusi akan lebih efektif.
Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut bahwa dalam kegiatan berkelompok akan lebih berhasil jika
dalam satu kelompok hanya terdiri dari 4-5 orang karena pemberian dan penerimaan umpan balik lebih
mudah, kerjasama dalam memecahkan masalah lebih efektif karena jumlah orangnya lebih sedikit serta
pengendalian dalam kelompok lebih mudah terkontrol dikakarenakan dalam kelompok pasti ada pribadi
yang ingin menonjol sehinga pendidik bisa mengantisipasi persaingan yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun