Mohon tunggu...
ABDF
ABDF Mohon Tunggu... Jurnalis - ABDF

Bercerita dengan kata untuk edukasi kita bersama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Status Buruh Tidak Menghentikan Seorang Ayah Miliki Aset Dunia dan Akhirat

1 Mei 2023   17:50 Diperbarui: 1 Mei 2023   17:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh kerja konstruksi sedang menggotong material (Doc. Kangmox)

Setiap tanggal 1 Mei di Indonesia serikat buruh memperingati hari Buruh Internasional. Suka atau tidak, mau atau tidak para buruh akan dihadapkan pada acara tahunan ini. Meski demikian, bagi para Ayah yang sekaligus buruh kita memiliki aset yang melebihi dunia dan segala isinya.

Hari Buruh Internasional alias May Day pertama kali diperingati pada tahun 1886. May Day lahir dari gagasan federasi internasional, sebuah kelompok sosialis dan serikat. Tanggal 1 Mei ditetapkan sebagai hari buruh untuk mendukung para pekerja dalam memperingati kerusuhan Haymarket di Chicago pada tahun 1886. 

Tiga tahun setelahnya dalam sebuah konferensi internasional di Paris diadakan peringatan perjuangan para pekerja dan untuk memperjuangkan hak-hak pekerja. 

Kemudian pada abad ke-20, 1 Mei mendapatkan pengesahan resmi dari Uni Soviet dan juga dirayakan sebagai Hari Solidaritas Buruh Internasional, terutama di beberapa negara komunis. 

Di Indonesia sendiri Hari Buruh Internasional dirayakan pertama pada 1 Mei 1920. Saat itu negeri kita berada di bawah kekuasaan Belanda. Pekerja di sektor perkebunan dan industri sangatlah buruk.

Sebagai buruh sekaligus ayah jangan hanya terlena oleh sibuknya mencari nafkah. Ada peran-peran penting yang juga harus menjadi perhatian. Setidaknya dapat menjadi orang tua yang baik dan berpikir bagaimana mencetak generasi rabbani sebagai aset dunia dan akhirat.

Seorang ayah, biker, anak dan guru yang menyebarkan dan mencontohkan ajaran Islam, Ustadz Subhan Bawazier hadifzahullah menyampaikan nasihat ringan namun memiliki makna yang dalam. 

Beliau menyampaikan bahwa sebagai seorang ayah perlu mendidik anak-anaknya menjadi anak yang soleh. Yaitu anak yang berdiri di atas syariat Isam. Serta berpenampilan rapi sesuai apa yang dicontohkan dan disyariatkan dalam agama. Yang terpenting tidak keluar dari karakter keislaman.

Anak yang soleh tumbuh dengan cara-cara yang soleh. Soleh itu benar yakni tertulis syariatnya dalam Al-Quran. Karena kita minta pada Allah hanya satu modal, doa yang nabi ajarkan kepada para sahabat. 

"Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh." (QS. ASh Shaffaat:100)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun