Pandemi Covid-19 dan Belanja Online Pola konsumsi masyarakat yang awalnya secara tradisional berubah menjadi digital melalui aplikasi e-commerce yang mempermudah kegiatan jual beli semakin meningkat.Â
Peningkatan ini didukung oleh Pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun ini. Hal tersebut disebabkan banyaknya toko yang tutup dan menghambat jual beli secara langsung dengan tujuan untuk mengurangi interaksi dalam rangka mencegah penularan virus.
Setelah dua tahun mengalami pandemi dan situasi mulai membaik, kegiatan jual beli pun berangsur seperti sedia kala. Hal tersebut, bukan berarti menyebabkan kegiatan jual beli secara online menurun, tetapi meningkat karena masyarakat merasa puas dan nyaman.Â
Hal ini ditandai dengan persentase yang meningkat, pada tahun 2020 dari seluruh penjualan adalah 17.9%, meningkat menjadi 19.0%, dan akan bertambah menjadi 20.3% pada tahun 2022. Berikut adalah data peningkatan kunjungan masyarakat pada beberapa ecommerce di Indonesia menurut iprice:
Penelitian dari Bank DBS Indonesia pada tahun 2021 juga menyebutkan, bahwa perubahan perilaku belanja masyarakat secara online tetap meningkat setelah dua tahun mengalami pandemi sebesar 60% dan diikuti dengan penurunan belanja langsung di pusat perbelanjaan sebesar 24%.
Timbulan Sampah Plastik Akibat Belanja Online
Kegiatan belanja online yang meningkat akibat pandemi Covid-19 menimbulkan permasalahan baik terhadap lingkungan maupun kesehatan. Permasalah ditimbulkan karena meningkatnya sampah plastik yang berasal dari pembungkus plastik, selotip, dan bubble wrap.
Kemasan plastik dan bubble wrap digunakan agar produk yang dikirim dari penjual ke pembeli aman, tidak mengalami kerusakan, serta plastik adalah bahan yang harganya murah,mudah didapat, dan tahan lama.Â
Penggunaan plastik sebagai bahan pembungkus terbilang cukup tinggi dengan persentase 49% jika dibandingkan dengan kardus 29% dan kertas 14%. Hasil tersebut menunjukkan apabila terjadi peningkatan kegiatan belanja online maka jumlah sampah plastik yang dihasilkan pun akan meningkat.
Dampak Sampah Plastik Pada LingkunganÂ
Plastik dalam proses penguraiannya menjadi partikel plastik atau biasa disebut mikroplastik, dapat memasuki lapisan tanah. Dalam tanah, mikroplastik bisa menghalangi pergerakan hewan penyubur, seperti cacing. Akibatnya, kesuburan tanah menjadi turun.Â
Selain itu, timbunan limbah plastik mengakibatkan peningkatan beban tempat pembuangan sampah yang tersedia, sehingga banyak limbah plastik akhirnya terbuang begitu saja ke lautan.Â
Maka, kehidupan dan tatanan ekosistem di laut jadi terancam, karena plastik bisa dimakan secara tidak sengaja oleh hewan-hewan laut. Misalnya, penyu menyalah artikan plastik sebagai hewan ubur-ubur serta ikan kecil kesulitan membedakan antara plankton dan
mikroplastik.
Dampak Sampah Plastik Pada Kesehatan
Mikroplastik dapat terhimpun pada ikan dan tumbuh-tumbuhan yang apabila dikonsumsi oleh manusia, maka sistem kekebalan tubuh dan sistem pencernaan akan menjadi terganggu.Â
Diketahui bahwa mikroplastik yang berukuran lebih kecil dari 20 mikrometer bisa memasuki organ tubuh manusia. Manusia memang mempunyai batas toleransi terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh, namun jika terlalu banyak dan terakumulasi secara terus-menerus akan tetap berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Upaya Untuk Mengurangi Sampah Plastik
Beberapa upaya atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaannplastik sebagai bahan pembungkus belanja online adalah membeli barang dalam kemasan besar, memanfaatkan kembali pembungkus plastik setelah dibersihkan, memilah sampah, menggunakan kembali bubble wrap, menggunakan bahan pembungkus yang ramah lingkungan bagi penjual, serta perlunya peraturan dan program untuk meminimalisir sampah yang ada seperti daur ulang. (Nurcholiza Hayati dan Nurul Diyanna, FKM UI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H