Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi bagian dari lokasi favorit untuk berlibur. Adat dan budaya yang masih dipegang serta daya tarik lain yang khas masih kental dengan daerah yang juga disebut kota pendidikan. Di sisi lain data tiga tahun terakhir (sejak 2020) BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan ada 1.131 total kejadian di daerahnya. Universitas Indonesia (UI) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI dalam program Kedaireka Matching Fund menginisiasi agar Desa Wisata (DeWi) di Indonesia dapat berkelas dunia melalui CHSE dan Mitigasi Kebencanaan. Artinya menyelesaikan satu permasalahan dalam kebencanaan dapat memberikan tambahan nilai yakni menjadikan desa wisata di Yogyakarta berkelas dunia. Â
Pada tanggal, 26-28 Oktober 2022 lalu Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D selaku Ketua Tim Pengusul Program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf mengutus stim verifikasi lapangan yang diketuai oleh Sancoyo. Mulai dari DeWi Jatimulyo (Kabupaten Kulonprogo), Rejowinangun (Kota Yogyakarta), Nglanggeran (Kabupaten Gunung Kidul), dan Pentingsari (Kabupaten Sleman) menjadi lokasi tim verifikasi. Dalam melaksanakan tugasnya Sancoyo dibantu oleh dosen, mahasiswa, dan alumni Universitas Indonesia serta didampingi oleh Dr. Dadam Mahdar, S.Sos., M. Hum, Subkoordinator Manajemen Krisis, Biro Komunikasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI beserta tim.Â
"Secara umum kesadaran dari pengelola desa wisata terhadap aspek CHSE dan kebencanaan sudah bagus. Hal tersebut ditunjukkan dengan indikator sudah dimilikinya upaya pengendalian terhadap potensi bahaya HSE dan kebencanaan yang teridentifikasi serta rencana pengendalian tambahan untuk lebih menurunkan risiko aspek HSE di lokasi desa wisata. Sistem manajemen CHSE dan mitigasi kebencanaan sangat penting untuk diterapkan di desa wisata sebagai bagian dari upaya untuk menjaga keselamatan, kenyamanan di lokasi desa wisata. dengan implementasi sistem manajemen ini maka diharapkan pengelolaan risiko dapat dilakukan secara sistematis dan terorganisasi. Kegiatan tersebut diawali dengan identifikasi dan evaluasi bahaya, pengendalian bahaya serta terus melakukan perbaikan pengelolaan risiko secara berkelanjutan." ungkap Sancoyo.
Program ini bukan hanya membawa manfaat bagi insan wisata di tanah air, khususnya di Yogyakarta melainkan ada juga lainnya yakni pemateri Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) disampaikan putra daerah. Selanjutnya adalah tim juga membawa mahasiswa jejang S1 dari Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia sebagai wujud implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pada prinsipnya mahasiswa yang terlibat tidak hanya dari jurusan K3 melainkan yang berhubungan dengan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf RI. Satu contoh adalah untuk verifikasi di Sumatera Barat yang ikut dalam tim adalah mahasiswa jurusan Hukum, Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia.Â
"Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf UI ini kami hadirkan untuk meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan memiliki daya saing, apalagi targetnya harus dapat berstatus world class melalui CHSE dan Mitigasi Kebencanaan. Dalam program ini juga kami melakukan pengembangan materi edukasi daring CHSE dan mitigasi bencana pada platform EDURISK yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia. Yang tidak kalah pentingnya bagi insan pariwisata di tanah air adalah akan hadirnya Sistem Informasi Desa Wisata atau yang disingkat SIDEWITA." ungkap Prof. Fatma Lestari.
Rangkaian kegiatan verifikasi lapangan ini juga diisi dengan pembekalan materi penanganan kedaruratan di desa wisata, kunjungan ke atraksi wisata yang ditawarkan, dan penyerahan donasi perlengkapan P3K seperti tandu liat, P3K kit, mitela dan bidai. Peserta pelatihan sendiri terdiri dari pengelola desa wisata dan mahasiswa yang sedang magang dari kampus sekitar Yogyakarta bahkan Jakarta yakni Universitas Pancasila. Selain itu dalam pelaksanaannya hadir juga perwakilan dari dinas pariwisata Prov. D.I. Yogyakarta, Kab. Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Gunung Kidul. ##
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H