Urang Minang atau orang minang secara umum dinobatkan kepada mereka yang berasal dari Provinsi Sumatra Barat. Terkenal dengan makanannya yang kaya akan rasa, kesenian yang mempesona, adat dan budaya yang selalu dijaga menjadikan daerah ini salah satu tujuan wisata pilihan. Lebih dari itu, kini ranah minang pun memiliki beberapa Desa Wisata (DeWi) yang sudah masuk sebagai penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia. Di antaranya ada Nagari Pariangan (Kab. Tanah Datar), Nagari Sumpu (Kab. Tanah Datar), Nagari Silokek (Kab. Sijunjung), Green Talao Park Ulakan (Kab. Padang Pariaman), Desa Wisata Apar (Kota Pariaman).
Nagari (desa) Pariangan memiliki keindahan alam yang terbentang, jajaran gunung-gunung yang terlihat dari atas perbukitan membuat mata terpesona seolah tidak mau berpindah. Tidak hanya traveler pecinta touring menggunakan sepeda motor pun akan betah berkendara di daerah dataran tinggi tersebut. Meski lebar jalannya hanya pas untuk dua mobil, namun aspal yang mulus dan hamparan sawah yang luas menjadi kenikmatan tersendiri saat berkendara.Â
Tidak hanya tentang alam dan keindahan arsitektur bangunan yang masih terjaga, bahasan sejarah pun menjadi obrolan edukatif dan menarik saat kami berbincang dengan Wilma, salah satu anggota Pokdarwis Nagari Pariangan. Dari sekian banyaknya penjelasan yang ia sampaikan, hal yang paling menarik adalah tentang asal usul Ranah Minang Kabau dan siapa yang membuka peradaban di daerah tersebut untuk pertama kalinya.Â
Mengambil referensi dari tambo (tradisi lisan), perempuan yang bekerja di museum ini memaparkan bahwa Luhak Tanah Datar adalah lokasi pertama Ranah Minang Kabau terbentuk. Seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yang tinggi akhirnya sebagian dari mereka ada yang merantau ke daerah di balik Gunung Merapi, misalnya Agam dan Bukitinggi. TIdak hanya itu, ada pula yang merantau ke Payakumbuh atau Lima Puluh Kota.Â
Dari dataran tinggi kemudian kami berpindah ke Nagari Sumpu, lokasinya dekat dengan Danau Singkarak. Ketika pertama menginjakkan kaki di daerah ini mungkin akan berpikir tidak ada apa-apa kecuali beberapa rumah gadang berdiri kokoh berwibarwa, salah satunya ada yang berusia lebih dari 112 tahun. Tapi setelah berbincang dengan Ketua Pokdarwis Nagari Sumpu, Zuherman kami kian tahu bahwa di DeWi tersebut kita akan dikenalkan dengan aktivitas keseharian penduduk daerah setempat.Â
Ada satu hal yang disayangkan ketika berada di Nagari Sumpu, yakni kami yang berkunjung pada hari, Senin (7/11) tidak dapat mengikuti kegiatan Pesona Sumpu yang akan diselenggarakan pada tanggal 12, 13, dan 14 November 2022 nanti. Meski demikian kami beserta rombongan cukup puas dan bangga karena disambut dengan makan siang dengan adat Makan Bajambah.Â
"Adat Makan Bajambah ini kami warisi secara turun menurun. Secara sederhana prosesi ini adalah upaya tamu meminta izin untuk menikmati hidangan kepada tuan rumah atau yang bisa disebut sebagai betatah betitih. Satu bajambah awalnya dipersiapkan untuk empat orang. Setiap daerah di ranah minang memiliki keunikan sendiri terkait adat ini, salah satunya adalah di Nagari Sumpu kami menambahkannya dengan Sawo Sumpu." ungkap Zuherman.
Cara Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Memberikan Kenyamanan dan KeamananÂ