"Kesan menggunakan breathing apparatus awalnya bikin bingung cara memakainya. Setelah mendengarkan tutorial dari expert-nya dan melakukan sendiri baru paham cara dan tahapannya. Jika hanya dijelaskan kurang masuk, setelah menggunakan baru paham. Sebenarnya saat awal penggunaan ada kendala di masker yakni di saluran oksigen tidak menutup kencang, oksigen tidak penuh masuk tapi segera dibantu oleh instruktur," ungkap Raihan.Â
Dengan penuh semangat Raihan menjelaskan meski yang ia masuki itu ruang gelap, didesain untuk simulasi, hanya ada sign, sudah terasa feel menyeramkan tidak terbayang jika itu di lokasi kebakaran sebenarnya yang tidak ada sign-nya. Menutup perbincangan Raihan juga menjelaskan tidak terbayang jika dirinya menjadi pemadam kebakaran yang harus sigap menghadapi kondisi seperti itu.Â
Terkait dengan regulasi pencegahan COVID-19 belum berubah, salah satu instruktur yakni Herman terpaksa hanya memberikan kesempatan mahasiswa mencoba alat peraga "Breathing Apparatus" secara terbatas.Â
Adapun salah satu materi yang dipraktikan adalah pembuatan foam api secara manual. Foam api tersebut pada dasarnya sekarang sudah jarang digunakan, namun sudah menggunakan liquid injection.Mengingat tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman dasar maka hal ini dijadikan salah satu materi praktikum.Â
Sementara itu Direktur Eksekutif Sinar Poseidon Gupita Training Center, Wadhar Suryatmaja menyampaikan alat pemadam kebakaran sendiri prinsipnya ada dua yakni alat pemadam api ringan dan alat pemadam api tetap.Â
Fungsi dari keduanya sama yakni hanya menyalurkan bahan untuk memadamkan. Sifatnya sendiri terbagi kedalam tiga jenis yaitu cair, gas, dan padat (tepung kimia sering digunakan, pasir, tanah).Alat pemadam api tetap bisa air, busa, dan co2, padat, cair, dan gas tinggal pilih mana yang akan digunakan.Â
"Dalam urusan ketangkasan memadamkan api, perlu adanya sebuah latihan. Mengingat hal tersebut butuh familisasi dan keterampilan perlu adanya proses latihan. Semakin sering maka keterampilan semakin terasah. Jika mau cepat dan tepat harus sering latihan. Biarpun pandai kalau tidak terlatih tetap sama, itu praktek bukan teori, praktek ketangkasan fisik!" ungkap Wahdar. ##
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H