Saat itu perjalanan dimulai pukul 00.30 dari kediaman di sisi selatan kabupaten Karawang. Sempat bingung mau lewat jalur mana, karena letak tempat tinggal tidak terlalu jauh dengan perbatasan Kabupaten Karawang dengan Kaputen Bogor. Kelebihannya bisa lewat perbatasan dua kabupaten tersebut atau memilih ambil jalur utama, yaitu lewat Karawang Kota.
Dengan pertimbangan keamanan, kenyamanan dan keselamatan akhirnya diputuskan untuk melalui jalan depan, yaitu masuk tol Karawang Barat, kemudian masuk tol Cikunir dan keluar dari GTO Pasar Minggu arah ke Depok, karena emang tujuan akhirnya di Depok.
Melihat ke google maps ia menyarankan untuk keluar dari tol Bekasi Timur, benar saja saat mendekati GTO Bekasi Timur bercampur baur kendaraan kecil dan besar berhenti, untungnya sudah mengambil jalur paling kiri, jadi tidak terpengaruh atas kondisi tersebut. Sempat galau juga saat liat di jembatan tol karena terlihat perjalanan ramai lancer, tapi ya sudahlah inilah sebuah pilihan.Â
Akhirnya sebelum masuk GTO Bekasi Barat dari arah Rawa Panjang om Google mengarahkan untuk melewati Pekayon, kemudian masuk lagi dari GTO Jati Asih. Artinya sudah tidak perlu lagi masuk jalan tol Jakarta Cikampek.
Kira-kira di tengah perjalanan lajur Pekayon terlihat sebaris bus yang terkena macet, kayaknya ini bus parawisata biasa, tapi setelah menyalip datu bus, Budiman tujuan Jakarta Tasik ternyata di depannya ada juga bus-bus komersial lainnya seperti Sinar Jaya, tapi tetap yang berada di paling depan adalah bus carteran alias bus wisata dengan merek Berdikari. Sempet penasaran juga, apakah mereka semua janjian atau hanya sekedar kebetulan. Karena semua bus-bus tersebut kembali masuk tol melalui pintu yang sama dengan saya.
Dan akhirnya setelah berada di jalan tol lingkar timur benar saja, kendaraan bisa digeber dengan kecepatan rata-rata 90 km/jam, tidak berani lagi karena yang digunakan adalah LCGC. Mungkin kalau sekelar Minicooper atau BMW berani dengan kecepatan di atas 90 km/ jam, bahkan bisa 120.Â
Tapi dipikir-pikir lagi jika ngebut seperti itu kurang menikmati pemandangan dan lingkungan sosial. Tapi masih ada sih pembelaan untuk menjalankan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, yaitu sekedar untuk mendapatkan sensasi kepuasan atas derunya mesin dalam putaran tinggi, hehehe. Tapi serius, ini tidak direkomendasikan kecuali dengan kendaraan yang spesifikasinya mumpuni dalam hal mesin dan keselamatan, terlebih hal seperti ini baiknya dilakukan di sirkuit.
Karena telah merasakan rekomendasi dari google yang dirasa menguntungkan, maka pas sudah di ruas tol TMII biasanya memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Tol Jagorawi, kemudian masuk lagi Tol Cijago. Namun kini, karena melihat perbedaan waktu Cuma satu menit akhirnya melanjutkan di tol lingkar luar sampai keluar di daerah Antam.
Kesimpulannya, jika kebetulan melakukan perjalanan tengah malam dan koneksi internet dijamin bagus tidak ada salahnya untuk mengikuti yang namanya google maps. Kemudian wawasan tentang daerah yang direkomendasikan juga diperlukan, bukan hanya untuk factor keamanan tetapi kualitas jalan yang baik sehingga niat untuk mencari jalan pintas tidak menjadi malapekata karena harus menemui jalan yang terjal dan berliku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H