Mohon tunggu...
ABDF
ABDF Mohon Tunggu... Jurnalis - ABDF

Bercerita dengan kata untuk edukasi kita bersama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meninggalkan Anak untuk Bekerja Tanpa Melepas Peran Sebagai Orang Tua

16 Agustus 2018   15:14 Diperbarui: 16 Agustus 2018   15:20 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim

Bekerja sudah menjadi bagian terbesar dalam kehidupan di perkotaan, tanpa kecuali untuk pasangan yang sama-sama harus pergi pagi dan pulang sore dari Senin sampai Jum'at, terkadang ada beberapa sampai Sabtu. Semua rutinitas ini seolah tidak dapat ditinggalkan, sehingga buah hati yang selalu dinantikan harus rela terpisah dengan kita diwaktu-waktu produktif tersebut. 

Beruntunglah mereka yang masih dekat atau tinggal bersama keluarga, khususnya orang tua yang kegirangan saat cucunya dititipkan bersama mereka selama kita bekerja. Tapi saranya jangan sampai hal ini menjadi kebiasaan sehingga membuat diri terlena sehingga tumbuh kembang anak lebih condong mengikuti pola dari nenek atau kakeknya, bukan tidak boleh. Melainkan itu adalah tanggung jawab ayah selaku pempimpin keluarga, tanggung jawab bunda selaku pemimpin rumah tangga. 

Namun ketika berbicara tentang kasih sayang nenek atau kakek terhadap cucunya izinkan saya untuk mengajak pembaca yang budiman untuk mengenang Rasulullah saw yang begitu mencintai kedua cucunya, Hasan dan Husain. Diriwayatkan dari Buraidah radhiyallahu 'anha ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berkhutbah, kedua cucunya datang dengn berlari. Sebelum sampai di hadapan Sang Rasul, dua anak yang lucu itu terjatuh. 

Apa yang dilakukan beliau ketika melihat kejadian itu? 

Khutbah yang tengah berjalan langsung dihentikan, kemdian mendatangi lalu menggendongnya, lantas kedua cucunya tersebut diletakkan di samping beliau yang kemudian khutbahnya dilanjutkan. 

Nah sekarang bagaimana jika kondisinya ayah dan bunda, atau calon ayah dan bunda yang memutuskan untuk hidup dengan kemandirian sebuah keluarga dengan jarakyang tidak dekat? Salah satu jawaban yang dapat saya sampaikan adalah Daycare, sebuah lembaga penitipan anak yang "setidaknya" menjadi perantara orangtua dalam masa tumbuh kembang anak selama mereka bekerja. 

Sebelum jauh bercerita tentang daycare beserta pengalamannya, kita mesti membuat tekad bahwa masa untuk anak berada di lembaga itu tidak lama apalagi sampai membuat ayah dan bunda berketergantungan. Setidaknya setahun atau dua tahun saja sudah lebih dari cukup. Jangan takut untuk tidak bisa hidup karena tidak bekerja dikantoran atau sejenisnya, bismillah saja dan terus berusaha. 

Daycare Bukan Hanya Tempat Menitipkan

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Usahakan setiap berangkat dan pulang dari daycare kita menjadi orang yang menemaninya, menyerahkan buah hati kepada petugas disana dan menerimanya ketika sore tiba untuk menyambut kedatangannya dia kedalam pengawasan kita. 

Pastikan ada interaksi antara kita dengan pengasuh disana, menanyakan perkembangan buah hati, yang ia lakukan selama seharian atau ketika menyerahkan dia di pagi hari kita bisa membisikkan kepada mereka kalimat positif yang membuat pengasuh tidak canggung dalam menjaganya selama jam kerja. 

Hal positif yang dirasakan ketika buah hati dengan usia di atas satu tahun sudah bersosialisasi di daycare adalah terpupuknya kemampuan berinteraksi dengan sesama, meningkatnya kemampuan fisik anak, dan tentunya berkembangnya kemandirian buah hati. Tapi jangan dibayangkan semua ke dalam versi orang dewasa ya. Karena penyampaian ini disesuaikan dengan tumbuh kembang anak-anak seusianya. 

Akhir Pekan Adalah Pengganti Waktu Kita Yang Diambil Daycare 

Ketika hari jumat tiba ini adalah gerbang kebahagiaan, karena pada sabtu dan ahad yang akan datang setelah matahari terbenam adalah garis terdepan kita meraih waktu untuk lebih dekat dan memahami mereka. Dua hari yang ada di akhir pekan ini seyogyanya dapat dimaksimalkan untuk berinteraksi, berproses, bermain, berkegiatan di alam terbuka, serta aktivitas belanja pengalaman lain yang tidak memberatkan kondisi dan kemampuan. 

Di waktu ini juga dapat menjadi agenda rutin untuk berkeliling silaturahim kepada sanak dan family sehingga selain barokah yang didapat si anak juga akan dapat dikenal oleh anggota keluarga lainnya, bercengkrama, bercanda dan melakukan kegiatan bersama-sama. Tapi tetap walaupun masih dalam satu ikatan keluarga kita harus memperhatikan pergaulan mereka, hehe, ini maksudnya jika di keluarga yang menjadi tujuan kunjungan ada anak-anak dan anak kita bermain bersama ya.  

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sebagai penutup, setiap senin sampai dengan jumat kita hanya punya waktu sejak anak terbangun sampai diantar ke daycare dan saat anak diambil dari daycare sampai anak kembali tertidur untuk memulihkan otot-otot dan organ tubuh lainnya istirahat. 

Tapi tidak ada kata 'istirahat' dalam kita menemani tumbuh kembang anak. Pagi hari dan sore hari disela-sela perjalanan sebenarnya bisa juga dijadikan ajang untuk meningkatkan kemistri antara kita dan buah hati. Bangun komunikasi, kenalkan dia pada hal-hal yang ditemukan selama perjalanan dan beri wawasan baru. 

Semoga bermanfaat, apabila ada yang kurang mohon untuk ditambahkan, apabila ada kesalahan memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Silahkan sampaikan semua itu dalam kolom komentar agar kebaikan selalu berada diantara kita, dan keberkahan selalu menjadi kawan sejati dalam kita berkeihdupan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun