Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ayolah Tere Liye, Jadi Penulis Jangan Cengeng!

7 September 2017   19:50 Diperbarui: 13 September 2017   10:12 26329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah grup komunitas para penulis, salah seorang anggota mempertanyakan perihal keputusan Tere Liye, yang tidak akan mencetak tulisan-tulisannya ke dalam media buku lagi.

Berikut opini pribadi saya ketika menjawabnya. Dan sebelum beropini, saya telah cek informasi tersebut di beberapa portal media. Inilah catatan opininya.

Hal yang menimpa Tere Liye adalah urusan pribadi terkait dengan pajak-pajaknya. Bukan urusan kita, bukan urusan sebagian penulis lainnya, apalagi saya.

Saya yakin, masih banyak penulis-penulis yang tidak peduli karyanya akan dipotong pajak berapa banyak. Karena dengan mampu tetap berkarya saja, mereka sudah cukup bahagia. Tapi perlu dimaklumi juga sih, sekelas Tere, nominal pajaknya pasti cukup membuatnya terpana. Maka dari itu dia bersuara.

Saya melihat, Tere sedang memberikan edukasi melalui postingannya. Tentang bagaimana profesi penulis dan hitungan pajak. Tentu berdasar pengalaman dirinya, dan (mungkin) berdasar pengalaman beberapa rekan sekelasnya, yang selevel dengannya. 

Karena saya menganggap dia sedang memberi edukasi, ya sudah, kita anggap postingannya tentang hitungan pajak bagi profesi penulis itu, sebagai bentuk informasi saja. Tidak lebih. Sehingga tidak perlu terlalu dalam ikut menyelami ke dalam situasinya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Mungkin Tere benar, perhitungan pajaknya terlalu tinggi. Tapi bisa jadi, pemerintah juga punya alasan yang belum kita ketahui dengan pasti. Tabayyun, cek ricek informasi, tetap perlu dilakukan sebagai penggerak literasi. Jangan terburu-buru terbawa arus, untuk ikut berbagai informasi yang belum sempurna kita ketahui.

Iya benar. Tere memposting tulisan tentang rencana dirinya menghentikan cetakan bukunya. Dengan alasan, pajak yang mungkin dirasa besar dan tidak adil baginya. Tapi realitasnya, kita sama-sama tidak tahu alasannya sebenarnya. Apa hanya karena itu saja, atau karena ada hal lainnya. Tere sendiri yang tahu pasti akan hal itu. Juga mungkin pena-nya.

Iya benar. Pajak yang ditetapkan pemerintah ke Tere mungkin baginya cukup tinggi. Tapi, kita juga tidak tahu pasti. Karena mungkin bisa saja, petugas pajak punya alasan tersendiri ke penulis yang satu ini. Tere Liye.

Di beberapa media, Menkeu telah memerintahkan jajarannya untuk menemui Tere Liye. Saya yakin, mereka ngobrol sambil asik ngopi dan haha hihi. Kiasannya. So, buat apa kita meributkannya. Bagi saya pribadi, diam adalah cara bijak yang patut diambil. Dan mereka, manusia-manusia yang ngopi sambil haha hihi itu, adalah orang-orang hebat dalam mencari solusi. So, enggak usah khawatir. Percayalah.

Ada diksi pada postingan Tere Liye yang menyebut pihak tertentu, dalam hal ini maksudnya adalah pemerintah. Dan saya melihatnya, hal ini dapat menjadi celah. Maksudnya, ada ruang yang menjadikan niat edukasinya jadi terkontaminasi dan berkembang tidak murni lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun