Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Medsos Positif] Hakikat Nafsu dan Cinta, ala Kakek Tua

7 Januari 2017   17:10 Diperbarui: 10 Januari 2017   00:07 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Dokumentasi Pribadi

Di sebuah pendopo mungil, seorang guru yang baik bertanya pada saya. "Kenapa sebagian orang yang putus cinta, sering merasakan sakit hati dan bahkan tidak sedikit yang bunuh diri?"

Saya geleng kepala, tidak tau. Sebuah kebiasaan diri yang sering saya lakukan saat sedang menimba ilmu dari orang yang tau. Mengosongkan isi cangkir kita dan menjadi sebodoh-bodohnya manusia di hadapannya.

"Begini,..", tuturnya sambil menyeruput teh hangat dalam cangkir. Lalu ia bercerita banyak tentang hakikat nafsu dan cinta.

Menurutnya, nafsu itu terletak di dua tempat. Yaitu di akal yang mewakili dunia, dan di hati yang mewakili akhirat.

Mereka yang sakit hati bahkan hingga bunuh diri karena cinta, dia nilai sedang tidak menggunakan akalnya, melainkan hati. Padahal menurutnya, percintaan adalah urusan dunia yang seharusnya dipandang dengan mengedepankan kacamata dunia pula, yaitu akal.

Berat katanya, jika percintaan yang merupakan urusan dunia harus dipandang menggunakan kacamata hati yang mewakili urusan ukhrawi.

Kamu enggak akan kuat membebani diri dengan memandang dunia pake kacamata akhirat!”, begitu katanya. Sehingga wajarlah mereka yang sedang putus cinta, seringkali sakit hati hingga bunuh diri saat menyikapi urusan cinta, hanya dengan mengedepankan hati saja.

“Lha kalo pake akal, ngapain sakit hati. Wong yang bahenol masih banyak”, begitu sambungnya.

Begitu pula saat anda merasa kasihan melihat sesuatu. Menurutnya, detik itu diri anda sedang berbicara tentang keakhiratan. Lalu terkadang saat anda ingin membantu, tiba-tiba anda menjadi banyak pertimbangan. Mengapa demikian?

Karena pada saat itu, akal anda sedang berbicara tentang keduniaan yang penuh perhitungan ini dan itu. Logis.

So, seperti itulah hakikat nafsu dan cinta menurutnya. Yang dilihat dari sudut pandang hati (akhirat) dan akal (dunia).

“Ahh,..Kakek, saya jadi malu. Bolehkah ku seruput teh hangat mu itu?!”

**********

Tetap hindari memposting dan membagikan konten negatif di media sosial.
Salam Konten POSITIF!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun