Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Hari Guru, Untuk Diriku yang Bukan Guru

26 November 2015   00:17 Diperbarui: 26 November 2015   00:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mohon diampunkan, jika tidak turut memberikan ucapan bagi mereka jiwa-jiwa pelita kegelapan, Guru.

Dalam hemat pemikiran saya, tanpa turut memberikan ucapan, toh mereka tetaplah pahlawan.

Meskipun penggunaan kata "pahlawan" tidaklah semudah itu melekat pada setiap jiwa dengan sandangan status guru di titelnya.

"PAHLAWAN" tidak pernah turun ke jalan untuk aksi demo-demoan. "PAHLAWAN" terus berbagi meski tidak ada yang peduli. Makan tidak makan, "PAHLAWAN" akan terus siap mengangkat senjata. Gaji tidak digaji, "PAHLAWAN" akan tetap menggetarkan pena-nya.

Ya...seorang "PAHLAWAN" sejati tidak pernah mau peduli pada kenikmatan diri. Segala yang ada pada dirinya, ia sadari hanya perlintasan diri.

Hingga dia merasa akan sangat malu terus berkoar tentang imbalan, atas ilmu dalam dirinya yang dititipkan Tuhan. "PAHLAWAN" sejati akan terus berbagi.

Ada tiadanya ucapan, ia akan terus menjadi penerang jalan. Bagi jiwa-jiwa yang diaelimuti kegelapan.

Walaupun ia tidak pernah menyadari, apa yang dilakukannya itu, membuatnya layak mendapat gelar pahlawan. Dia tak pernah tau, dan tidak mau tau.

Kemudian, akan saya berikan ucapan selamat hari guru ini, bagi diri sendiri saja. Meskipun diri ini bukanlah guru, dan tak pantas sedikitpun menyandang sebutan seorang guru.

"SELAMAT HARI GURU, UNTUK DIRIKU YANG BUKAN GURU...!"

Ya....
Diriku yang bukan guru, tapi merasa selalu mampu bicara dengan congkak seolah telah menguasai segala ilmu.

Diriku yang bukan guru, tapi tak henti berdebat dalam keilmuan sangar seolah diri ini paling benar.

Diriku yang bukan guru, namun membabat habis pandangan lain dengan lantang, bahkah dengan senjata ditangan siap perang.

Diriku yang bukan guru, namun tak berhenti bicara hanya demi pihak lain yang berbeda tak mengeluarkan suara.

Diriku yang bukan guru, namun mengkafirkan lainnya dengan suara menggelegar, seolah diri inilah yang paling pintar.

Dan...
Dirikulah yang bukan guru, sejatinya tak berilmu, namun kesombongan diri membuat hati merasa lebih tinggi dari Sang Penguasa Ilmu.!

Biarlah ucapan selamat itu tetap saya sampaikan pada diri pribadi saja, yang bukan guru, tapi malas berkaca!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun