Mohon tunggu...
Raditya Riefananda
Raditya Riefananda Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penjual Buku Eceran | Founder Aksarapedia.id "Hanya manusia biasa yang gemar menulis. Menulis yang saya bicarakan, berbicara apa yang saya tuliskan. Menulis apa yang saya lakukan, melakukan apa yang saya tuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Konten Positif = Energi Positif = Kebaikan Positif

14 Oktober 2015   20:05 Diperbarui: 14 Oktober 2015   20:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Konten Positif = Energi Positif = Kebaikan Positif"][/caption]

Perhatikan teori Hukum Kekekalan Energi (HKE) berikut ini :

"Energi di dunia ini bersifat tetap, tidak akan diciptakan lagi dan tidak akan pernah hilang. Yang ada hanyalah berubah bentuk"

Tuhan menciptakan alam dengan sempurna, tidak mungkin tambal sulam, tidak mungkin kelebihan sehingga harus dikurangi, atau juga tidak mungkin kekurangan hingga harus dilebihi. Semuanya disiapkan dengan lengkap termasuk energi di dalamnya.

Walau jumlahnya tetap, namun energi dapat berubah bentuk.

Lihatlah proses alam, air berubah menjadi uap, kayu berubah menjadi bara api, uranium menjadi bom, listrik menjadi tenaga gerak dan lain sebagainya.

Begitu pula perubahan energi dalam diri manusia yang tidak lepas dari HKE.

Gerakan tangan menjadi tulisan, berolahraga menjadi sehat, menuntut ilmu menjadi bertambah wawasan, senyuman menjadi rasa cinta,kunjungan silaturahim menjadi kekaraban dan lain sebagainya.

Yang pasti, apapun perubahannya, energi yang keluar dan kembali jumlahnya selalu tetap dan sama. Tidak dikurangkan, atau ditambahkan, namun dapat berubah wujudnya.

Mari berbicara tentang diri kita.

Karena sebuah kesempurnaan dan keseimbangan, sejatinya ada dua macam energi yang juga terdapat dalam diri kita, yaitu energi positif serta energi negatif.Dan itupun, masing-masing tidak akan pernah berkurang atau berlebih. 

Saat kita mengeluarkan energi positif, maka dipastikan yang kembali pada diri kita adalah energi positif, begitu juga sebaliknya. Sekali lagi saya katakan, hal ini dikarenakan jumlah energi harus selalu tetap, begitu pula yang ada dalam diri kita, jumlahnya harus tetap. saat ada yang dikeluarkan, pasti akan dikembalikan, dalam jumlah yang sama.

Misalkan, dalam diri kita ada energi positif dan energi negatif dengan jumlah masing-masing adalah sepuluh, maka total energi dalam diri kita adalah dua puluh.

Suatu hari, kita mengeluarkan energi positif sebanyak tiga buah,maka energi positif kita tinggal bersisa tujuh buah.

Karena HKE menyatakan bahwa energi berjumlah tetap, maka dapat dipastikan bahwa energi positif yang kita keluarkan sebanyak tiga buah tadi akan kembali lagi ke dalam diri kita dengan jumlah tiga buah pula. Sehingga total energi positif dalam diri kita kembali menjadi sepuluh.

Selain itu, karena HKE juga menyatakan bahwa energi dapat berubah wujud, maka jumlah energi tiga buah yang kita keluarkan tadi pun dapat berbentuk saat dia kembali ke diri kita, tidak selalu sama dengan saat kita mengeluarkannya. 

Sehingga melihat penjelesan di atas, janganlah heran jika hari ini kita menolong orang yang terlilit hutang, kemudian suatu hari kita ditolong oleh orang lain dengan bentuk pertolongan yang sama, menerima bantuan hutang. Atau mungkin bentuk pertolongan yang berbeda, tiba-tiba seseorang menggunakan jasa kita dan membayarnya dengan sejumlah uang yang nilainya cukup untuk membayarkan hutang kita.

Contoh lain yang lebih nyata dan saya yakini sebagai efek energi positif yang pernah saya keluarkan dan kembali pada diri saya, adalah pengalaman dalam satu bulan ini.

Dimana saya terus berbagi kebaikan melalui catatan positif di media sosial, kemudian ada pihak - pihak yang mengajak untuk menulis dimajalah, menerbitkan buku dan bahkan menawari untuk mengisi berbagai acara seminar yang bertema mengenai batik, media sosial positif serta wirausaha bagi pelajar. Ketiga tema itu adalah tiga judul yang pernah saya bagikan dalam sebuah catatan kebaikan.

Semua itu sangat saya yakini, semata-mata bentuk energi positif yang kembali pada diri saya, yang pernah saya keluarkan sebelumnya. Saya mensyukuri semua itu. Dan makin bersemangat berbagi kebaikan positif.   

Mungkin sebagian dari kita menyebutnya rezeki, karunia atau apapun itu dari Tuhan, ya memang benar. Namun secara ilmiah berdasar hukum sebab-akibat dapat dikatakan, bahwa sesungguhnya hal itu adalah bentuk energi yang pernah kita keluarkan sebelumnya, kemudian kembali pada diri kita lagi.

Lalu contoh sebaliknya , misalkan kita mengeluarkan energi negatif dalam bentuk keburukan sebanyak enam buah, artinya energi negatif kita bersisa empat buah.

Berdasar HKE, dapat dipastikan bahwa energi negatif yang kita keluarkan itu pun akan kembali pada diri kita dalam jumlah yang sama, bentuk yang sama namun bisa juga berbeda.

Sehingga akhirnya jangan heran pula, jika hari ini kita dibohongi, pasti sebelumnya kita pernah membohongi. Atau berubah bentuk energinya.

Jika hari ini kita merasa sakit hati karena dibohongi, namun kita merasa tidak pernah membohongi orang lain dimasa lampau, coba koreksi lagi, jangan-jangan kita pernah menyakiti hati orang lain dalam bentuk yang berbeda, bukan berbentuk kebohongan, melainkan menyakiti hati nya dalam bentuk cacian, fitnah dan lain sebagainya.

Media sosial, adalah salah satu wadah yang dapat kita jadikan alat untuk mengeluarkan energi.

Kita hanya tinggal menentukan saja, energi apa yang ingin kita keluarkan, positif atau positif? (saya tidak akan menawarkan untuk mengeluarkan energi negatif!). Dan ini sangat menyenangkan.

Akhirnya saya berharap, semoga catatan ini dapat menyemangati kita untuk menghindari memposting dan membagikan konten negatif di media sosial. Mulai detik ini, setalah membaca catatan ini.

Sudahlah, bagikan, posting, komentar yang baik-baik saja, yang santun-santun saja. Karena, itu juga merupakan bentuk sederhana mengeluarkan energi positif kita.

"Lalu bagaimana dengan group-group tetangga sebelah yang menggunakan media sosial untuk saling mencaci, mengatas namakan keadilan, kemakmuran, bela Si-A dan Si-B dan tetek bengek itu..?"

Ahh,..sudahlah, mereka hanya belum membaca catatan ini.

Tetap hindari memposting dan membagikan konten negatif di media sosial.

Salam Konten POSITIF!

Kang Mas Radit

Note :
Di bagian Ke-2, akan saya bahas, apa itu sebenarnya rasa syukur, mengapa kita harus tertawa dan benar -benar bersyukur saat tertimpa musibah.

DITUNGGU!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun