Mohon tunggu...
Kangmas Hejis
Kangmas Hejis Mohon Tunggu... lainnya -

Pembelajar saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perilaku Kekanak-kanakan Para Tokoh

16 Januari 2014   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:47 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_316139" align="alignnone" width="570" caption="Foto Selfie Obama (Foto: People.com)"][/caption]

Setiap orang memiliki sifat kekanak-kanakan sekalipun sudah memasuki usia dewasa. Sifat ini terkadang muncul dalam bentuk perilaku yakni ekspresi muka, ucapan, tulisan, atau gerakan anggota badan. Siapa saja dapat mengungkapkan sifat ini tanpa memandang umur, tidak memandang orang biasa atau tokoh masyarakat.

Presiden Obama, misalnya, juga tak luput mengekspresikan sifat kekanak-kanakan. Pada saat orang-orang yang menghadiri upacara pemakaman Nelson Mandela dengan khusuk ia asyik berfoto-ria sambil bercanda bersama Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Schmid.

Di lingkungan kita juga banyak tokoh masyarakat yang terlihat bersifat kekanak-kanakan. Berikut ini contoh-contoh perilaku kekanak-kanakan para tokoh:

1.Ruhut Sitompul yang menyalahkan Jokowi atas terjadinya banjir Jakarta. Ruhut menyebut blusukan yang sering dilakukan Jokowi tidak ada manfaatnya karena banjir masih melanda Ibukota.

2.Ibu Ani juga dapat dikategorikan ke dalamnya sewaktu menanggapi komen di akun media sosial dengan melibatkan orang lain dengan mengatakan “Lho Ibu Jokowi dan Ibu Ahok kemana ya? Koq saya yang dimarahi?” ketika menjawab komen seorang follower yang mengatakan, “Di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran, ibu negara malah sibuk dengan akun instagramnya :))”

3.Salah seorang dari kerumunan yang merubung Anas saat Anas dibawa ke ruang tahanan di kantor KPK melempar telur ke arah Anas karena marah kepada Anas.

4.Para loyalis Anas mengatakan bahwa Abraham Samad pernah menyembah-nyembah Anas untuk minta dukungan Anas agar Abraham terpilih menjadi Ketua KPK.

5.Bupati Ngada, NTT, memblokir bandara karena mau naik pesawat terbang tidak kebagian tiket.

6.Polisi di Kabupaten Ngada berlama-lama memeriksa Bupati Ngada yang memblokir bandara, padahal beberapa hari setelah pemblokiran Polisi sudah langsung menetapkan tersangka kepada anggota Satpol PP yang terlibat pemblokiran.

7.Tokoh partai politik yang tidak percaya pada hasil survei karena namanya tidak banyak dipilih oleh responden. Katanya semua survei bisa dibeli tetapi beberapa hari setelahnya partainya merilis hasil survei yang melambungkan namanya.

8.Para pendukung salah satu pihak dalam sengketa pilkada mengamuk di ruang sidang MK akibat MK tidak memutuskan perkara sesuai kehendaknya.

9.RP menyalahkan Jokowi sewaktu terjadi penyadapan Australia terhadap pejabat-pejabat Indonesia karena Jokowi memberikan izin renovasi gedung kedutaaan besar Australia di Jakarta.

10.Contoh-contoh lain yang bisa Anda isi sendiri yang panjangnya akan berular-ular saking banyaknya.

Perilaku kekanak-kanakan adalah perilaku orang dewasa yang mirip dilakukan oleh anak-anak. Ciri-cirinya adalah spontan tanpa dipikir panjang, lugu, emosional, menyalahkan orang lain, tidak mengenal rasa malu, tidak mengenal waktu dan tempat, tidak peduli penilaian orang terhadapnya, dan bila menginginkan sesuatu harus segera terwujud saat itu juga.

Perilaku kekanak-kanakan ini dilandasi oleh timbulnya perasaan-perasaan pokok manusia seperti marah, kecewa, sedih, senang, iri, dan takut, dan perasaan-perasaan yang muncul berikutnya akibat perasaan-perasaan pokok tersebut. Sehingga, perilaku kekanak-kanakan memang manusiawi. Saya dan Anda tentu pernah mengungkapkan perilaku kekanak-kanakan.

Sejauh perilaku kekanak-kanakan itu tidak melampaui batas, perilaku itu asyik-asyik saja. Malahan kita sering terhibur melihat orang dewasa berperilaku kekanak-kanakan. Misalnya, akibat rasa senang orang berjoget-joget dengan gerakan lucu mirip anak-anak. Atau Anda bersalto kegirangan walaupun sarung yang Anda kenakan menyingkap ketika mendengar Anda lulus tes penyaringan CPNS.

Kita juga sering terhibur melihat seorang nenek atau kakek yang bermain kejar-kejaran dengan cucunya. Apalagi sampai mereka jatuh terjengkang sambil tertawa lebar… agegegeg ^_^

Masalah timbul ketika perilaku kekanak-kanakan berakibat merusak hubungan sosial, membuat marah orang lain, membuat sakit hati orang lain, melanggar aturan sosial dan hukum. Orang yang mengungkapkan perilaku kekanak-kanakan seperti ini mengidap gangguan personal. Mereka dapat diasingkan dari pergaulan sosial, kendatipun mungkin baru sekali mereka lakukan.

Semakin tua usia seseorang diharapkan semakin kuat untuk menghilangkan sifat dan perilaku kekanak-kanakan. Orang-orang yang mampu menghilangkan atau menahan sifat dan perilaku kekanak-kanakan kita sebut sebagai orang yang dewasa, yang sudah matang perilakunya. Tetapi, bukan berarti orang yang sudah dewasa dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku dewasa sama sekali tidak mempunyai sifat dan perilaku kekanak-kanakan. Hanya saja mereka dapat mengendalikan diri hasrat berperilaku kekanak-kanakan.

Oleh sebab itu di dalam kehidupan masyarakat disepakati agar anak-anak bertumbuh-kembang menjadi orang dewasa. Di sinilah hakikat tujuan pendidikan, yakni mendewasakan manusia.*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun