Mohon tunggu...
Adrin Ma'ruf
Adrin Ma'ruf Mohon Tunggu... Dokter Hewan -

Dokter Hewan yg cinta menulis, dan berkarya.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendidik "Pemuda", Pahlawan Masa Depan Indonesia

11 November 2015   00:09 Diperbarui: 11 November 2015   00:13 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Inilah sejatinya yang menjadi alasan pokok, membaca jagat budaya pemuda hari ini kita seperti sedang diajak menuju lorong jahiliah, menuju situasi gelap segelap-gelapnya. Yang tersisa dari peradaban muda kali ini hanya kekerasan, ketidakjujuran yang membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat, hilangnya kebanggaan menggunakan bahasa negeri sendiri, kaburnya pedoman moral, melemahnya nilai idealisme dan patriotisme, dan meningkatnya penggunaan narkoba serta sikap pragmatis, dan hedonisme.

            Sejatinya masyarakat Indonesia adalah bentuk kehidupan masyarakat yang sudah berlangsung di pulau-pulau nusantara sejak berabad-abad lalu yang memiliki seperangkat nilai mental yang berifat homogen, struktural, dan kolektif. Sikap inilah yang kemudian menjadi sumber utama dari semangat kebersamaan dan kolektivisme yang hidup dalam hati sanubari setiap anggota masyrakat indonesia, termasuk pula pemuda. Selanjutnya ini mewujud dalam sikap saling tolong-menolong di antara sesama anggota masyarakat desa dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari seperti mengerjakan sawah, membuat rumah, atau mengurus orang meninggal. Sartono Kartodirdjo menyebut peristiwa ini dengan “Solidaritas khas masyarakat agraris tradisional”, yang kemudian pelan-pelan berevolusi menjadi karakter bangsa dan dijunjung tinggi oleh gerakan kepemudaan di masa lampau (penjajahan) untuk melawan kaum imperialisme dan kolonial, serta membangun negeri ini.

            Tentu saja pada masa jahiliah seperti ini, jangan harapkan muncul pertemanan lengkap dengan etos hospitalitas dan etika imperatifnya, seperti kejujuran, kesetiakawanan, empatik, dan akhlakul karimah. Malah nyaris yang sering terdengar adalah upaya mengabadikan relasi permusuhan, bikin pagelaran aksi anarkis. Sungguh, sepanjang mata memandang, yang kita saksikan adalah wajah penerus bangsa yang buruk rupa. Hari ini yang berlaku bukan hanya keharusan membangun negeri melainkan juga kewajiban untuk mendidik pemuda Indonesia.

Selamat Hari Pahlawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun