Tentu istri tersinggung dan sedikit marah, karena fokus saya tidak di rumah. Walaupun terkadang saya pegang gadget karena berbalas chat terkait pekerjaaan. Namun, tetap saja alasan itu tidak dibenarkan. Karena sudah menjadi aturan bersama dengan istri masalah pekerjaan tidak boleh dibawa ke rumah.
2. Menunda bahkan mengabaikan pekerjaan
Untuk kasus di rumah, sudah menjadi kesepakatan bahwa saya selalu siap membantu pekerjaan rumah. Saya tak akan menolak, ini prinsip. Karena rumah tangga dibangun bersama, sehingga pekerjaan rumah tangga juga harus dikerjakan bersama walaupun konsepnya pembagian tugas.
Namun, terkadang saya masih lalai mungkin lebih kepada menunda pekerjaan karena scrolling media sosial. Sehingga aktivitas pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab saya pun tidak terjadwal dengan baik. Molor, istilahnya.
Dalam kasus pekerjaan profesi selama ini belum menemukan masalah berarti karena media sosial. Alhamdulillah. Saya tetap konsekuen, selama saya bekerja saya menjauhkan HP dari jangkauan laptop dan tangan saya. Sehingga semua bisa terkontrol dengan baik, walaupun godaan juga lumayan kuat.
3. Merasa Cemas atau Kesepian Tak Membuka Media Sosial
Rasa ini lebih berasa ada yang kurang ketika tak buka media sosial. Terasa ada yang ketinggalan, terasa tidak ada hiburan, ataupun terasa ada hal yang membuat penasaran.
Walaupun terasa aneh, ternyata memang ini terjadi. Mungkin inilah yang dinamakan kecanduan media sosial. Kadar Dopamin meningkat saat terasa kecanduan media sosial. Mirip-mirip dengan kecanduan alkohol maupun narkoba.
4. Merefresh Ulang Semangat untuk pengembangan diri.
Gangguan yang terjadi seperti tiga hal di atas membuat saya berpikir dan merenung. Ada yang salah dengan hidup saya.
Apa yang harus diperbaiki lebih dulu? Apa yang mesti dirubah? Apa yang aku targetkan untuk beberapa waktu ke depan?
Pertanyaan demi pertanyaan muncul di dalam alam bawah sadar. Bahwa semua ini kacau, harus dirubah, harus berubah. Oleh karena itu, off Media sosial untuk menemukan kembali semangat mengembangkan diri lebih baik dan produktif lagi.
5. Fokus dengan tujuan
Ada yang terbengkalai dengan rencana hidup di masa lalu. Sehingga cerita masa depan juga ikut tertunda kabar bahagianya.
Tujuan yang sudah dibuat menjadi berantakan target waktunya. Bahkan malah keteteran dengan tenggat waktu yang sudah direncanakan.