Mohon tunggu...
Tama Yudhistira
Tama Yudhistira Mohon Tunggu... Guru - Guru

Keep smiling and pretend you know what's going on .... Hatake Kakashi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mempertanyakan Leadership Kepala Sekolah

5 Januari 2024   08:25 Diperbarui: 5 Januari 2024   08:36 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini ada diskusi menarik antara saya dengan guru muda yang mengomentari karateristik dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Disclaimer dulu, ini bukan konteks ngrasani kepala sekolah ya, cuma sekedar diskusi sederhana duduk - duduk di ruang guru. Walaupun kepemimpinan siapapun dan dimanapun akan jadi perbincangan anak buahnya.

Di instansi apapun, instansi kedinasan, perusahaan bahkan negara sekalipun. Jadi ya wajar saja, untuk lingkup organisasi yang kecil semacam sekolah juga akan muncul perbincangan seperti ini.

Sebagai guru muda tentu penasaran terkait sistem manajerial yang dibangun di sekolah. Saya tanya dulu kepada guru tersebut, "sebelumnya paham ndak definisi secara ringan antara manajer dan leader?"
"Bukannya sama pak.", kata guru muda tersebut.

Nah, disinilah letak masalah pemahaman makna keduanya. Walaupun dalam aturan perundangan, jabatan kepala sekolah adalah sebuah manajer. Tentu tidak akan lepas dengan sikap leadership. Apa yang ditunjukkan oleh kepala sekolah, nanti dapat  dianalisis secara mandiri, apakah kuat secara manajerial atau leadership nya?

Dalam diskusi dunia manajerial dan leadership, seorang good manajerial belum tentu mempunyai good leadership. Begitu pula dengan jabatan kepala sekolah, tidak semua kepala sekolah yang punya tata kelola sekolah yang baik adalah seorang leader yang baik. Mengapa demikian?

Manajer

Manajer adalah orang yang berperan sebagai perencana, pengelola, pengawas dan pengevaluasi sebuah sistem yang dijalankan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Manajer cenderung mengelola sumber daya dengan kepemimpinan transaksional. Transaksional berarti ada sistem reward dan punishment. Ada sistem penghargaan bagi yang berprestasi, ada teguran jika kurang dari target yang ditetapkan.

Dalam hal pengambilan keputusan, seorang manajer cenderung mengelola sebuah resiko kegagalan bahkan cenderung menghindari. Oleh karena itu, manajer mengontrol proses berjalan sebuah sistem untuk menghindari dan meminimalisir resiko-resiko yang muncul dari sebuah sistem.

Dengan konsep pengelola resiko tersebut, manajer cenderung nyaman berada pada zona aman. Tidak terlalu tertantang dengan perubahan. Yang penting proses yang sudah dibangun berjalan sesuai dengan prosedur dan target waktu yang direncanakan.

Leader
Leader tidak melulu harus berada pada top position. Seseorang yang mampu menggerakkan sumber daya pada tiap level tertentu dalam struktur organisasi maka bisa disebut leader.

Artinya apa? Leader cenderung memimpin karena punya visi, membimbing karena mempunyai cara menjelaskan visi, memotivasi untuk tetap percaya pada visi yang sudah tergambar jelas pada alur pemikirannya.

Arti lainnya seorang leader adalah seorang pembaharu. Kekuatan visinya menunjukkan bagaimana leader mempunyai sudut pandang yang jauh ke depan. Leader mempunyai gambaran visi yang kuat atas dasar kepahaman seorang leader terkait apa yang dijalaninya saat ini untuk dicapai di masa mendatang.

Leader mempunyai karakter kepemimpinan yang transformasional. Fokusnya adalah membangun motivasi dan inspirasi kepada tim dalam berproses secara positif untuk mencapai sebuah visi. Oleh karena itu, leader orang yang aktif membersamai proses berjalan sebuah sistem. Sehingga bawahan merasa dihargai dan diinspirasi oleh perilaku seorang leader.

Dalam mengambil keputusan, seorang leader berani mengambil sebuah resiko. Mereka tidak takut dengan kegagalan dan tidak takut meninggalkan zona aman. Karena leader selalu tertantang untuk mencoba hal yang baru.

Dengan pemahaman yang saya sampaikan, kira-kira bisa menilai ndak, gimana kepala sekolah menjalankan sistem yang ada disekolah?

Apakah visi besar sekolah hanya sebatas tulisan yang terpasang di dinding sekolah? Apakah visi hanya terucap dalam kata-kata pidato depan anak-anak dan guru ketika apel dan upacara pagi?

Apakah kepala sekolah memotivasi stakeholder sekolah untuk menuju arah perbaikan, atau malah sibuk dengan tata kelola yang tidak prioritas?

Apakah ada unsur subjektivitas dalam penilaian sebuah kinerja guru dan tenaga pendidik? Apakah penilaian kinerja mempunyai rencana tindak lanjut bagi pengembangan keprofesian guru? Atau sekedar peringatan teguran sehingga guru harus merubah sudut pandang maupun perilaku? Tanpa ada motivasi dan inspirasi perubahan yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Nah, kemudian saya lemparkan pertanyaan kepada guru muda tersebut, Apakah sudah bisa menilai, bagaimana sistem disekolah berjalan dengan seorang manajer atau seorang leader?

Dan, dia hanya menganggukkan kepalanya sembari memikirkan jawabannya.
Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun