Mohon tunggu...
KSW Only Widodo
KSW Only Widodo Mohon Tunggu... -

Seorang Pemuda yang mempunyai Idealisme tentang Kehidupan yang Hakiki, menyukai METAFISIKA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

The Ruins of "Taman Siswa" --Opini Usang sebagai Otokritik Menjelang Hari Pendidikan Nasional--

30 April 2011   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Tut Wuri Handayani", demikian sistem among diletakkan sebagai pondasi pendidikan Indonesia, jauh sebelum kita mengenal sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) ataupun Quantun Learning. Guru, sebagai pendidik sekaligus pengajar, mestinya berperan "momong", dengan harkat "guru" yang kharismatik itu. Tetapi kini makna luhur itu tak lebih cuma sekedar "buruh ngajar" yang masih bisa berbangga diri karena berpangkat "jenderal" sekalipun bergaji "kopral" --walau tunjangan sertifikasi ada padanya sekarang--. Dan, rupanya guru memang seorang instruktur yang berpangkat kopral. Lihatlah ketika kedisiplinan diukur dari fisik semata, seperti tepat waktu, seragam lengkap, rambut pendek, tidak gaduh di kelas, atau mengerjakan PR, bukankah itu bentuk-bentuk indoktrinasi militer? Ditambah adanya semacam hukum tak tertulis yang terdiri dari dua aturan (rule). Rule number one, the teacher is always right. Rule number two, if the teacher is wrong, see rule number one. Maka jadilah murid-murid seperti robot yang patuh, tak memiliki keberanian untuk memberontak. Dan hasilnya di negeri ini berapa pun jumlah pegawai, guru, atau apa pun profesinya, semua jadi pengecut di depan atasannya. Jadi yes men, ABS dan penjilat yang membawa Indonesia menjadi sarang KKN. Mestinya, guru adalah Socrates, yang merangsang para pemuda Athena untuk menemukan ide-ide baru. Guru juga Aesop dan Hans Christian Anderson, yang menanamkan nilai-nilai lewat fabel dan dongeng. Guru juga Marva Collins yang berjuang demi hak setiap anak atas pendidikan. Guru adalah Ki Hajar Dewantara dengan taman siswanya. Guru adalah Pejuang, setiap hari bertempur melawan tekanan kolega, sikap negatif, ketakutan, instruksi, kebodohan dan apatis. Guru adalah sekutu bagi kecerdasan, rasa ingin tahu, dukungan orang tua, kreativitas, keyakinan, cinta dan kegembiraan. Guru memiliki masa lalu yang penuh warna dalam kenangan. Memiliki masa kini yang menantang, penuh petualangan dan menggembirakan demi peluang menjalani hari-hari bersama masa depan.John W SchlatterSekolah, yang mestinya menjadi taman siswa untuk mewujudkan sebuah lingkungan yang menyenangkan, A Joyful Life of the Mind dalam diri setiap siswa, dari hari ke hari hanya mendentangkan Lonceng Kematian bagi tunas yang hendak tumbuh. Setiap hari, yang hidup henyalah rutinitas monoton dari suara bel masuk, istirahat dan pulang. Seluruh energi yang ada pada setiap anak terserap pada sebuah lubang kematian akademik, yaitu menanti bel berbunyi. Sekolah hanyalah aktivitas yang kaku dan linier dibalik tembok dan gedung yang membatasi kemerdekaan siswa yang duduk diam selama berjam-jam dalam deretan bangku-bangku yang menghadap ke depan. Sekolah adalah penjara dimana motivasi dipasung, rasa percaya diri ditekan, harga diri di belenggu, dan pintu hati guru ditutup untuk menyampaikan pesan Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.Bobby dePoter dalam  permainan dan kegiatan kelompok yang menarik, dengan sentuhan-sentuhan hangat, dan semua aspek "bebas" seperti taman kanak-kanak. Kapan terwujud sebuah mimpi, ketika murid belajar lebih banyak dalam waktu lebih singkat, menyerap lebih banyak, dan merasa sekolah itu menyenangkan dan mudah? Mengapa sekolah tidak menjadi SuperCamp, dan mengubah susana penjara menjadi suasana rekreasi yang memadukan ketrampilan akademik, keterampilan dalam hidup dan tantangan fisik yang menyenangkan?Bobbi dePoter Tak adakah keberanian untuk mengubah paradigm tentang belajar? Haruskah prasyarat berdirinya sebuah sekolah mewajibkan adanya gedung yang hanya akan menjadi dinding pembatas untuk menciptakan lingkungan belajar yang sempurna? Siswa, lebih banyak menghadapi proses indoktrinasi yang menakutkan dan menjemukan dibalik tembok dalam bentuk rumus, grafik, angka-angka, dan kalimat-kalimat yang kering. Pendidikan kita telah tereduksi dalam pendekatan kuantitatif yang sangat mekanistik. Seorang anak mestinya memerlukan lebih dari sekedar mata pelajaran, bangku dan gedung. Tidak saja mereka belajar bahwa dua ditambah dua sama dengan empat, tetapi mereka juga harus belajar tentang siapa diri mereka. Ketika seorang anak merasa memiliki arti di hadapan seorang guru yang juga menjadi orang tua dan sahabat, maka keajaiban pun terjadi. Yaitu ketika anak menemukan setiap detik dari kehidupannya merupakan moment alam yang baru dan unik yang tak akan pernah terulang kembali. Seorang anak - seorang siswa, adalah sekali lagi, sebuah keajaiban. Dengan kecerdasan intelektual dan emosional mereka, dengan 100 milyard neuron di otaknya, dengan kakinya, tangannya, jari-jarinya yang ajaib, mereka dapat menjadi Einstein, Shakespeare, Beethoven, atau Bill Gates. Mereka memiliki semua keajaiban.Pablo Casals Sebuah makhluk multidimensional yang sejak Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam, QS, 2:31 rahasia langit dan bumi ditundukkan-Nya kepada mereka.QS, 31:20Belajar, adalah belajar bagaimana cara belajar, sebuah proses mencari dan menemukan, sebuah proses mencari dan menemukan. Sebuah proses mamanusiakan manusia muda.Dick Hartoko Sebuah proses kelahiran kembali menjadi manusia purna. Sebuah pengembaraan mencari dan menemukan Asrar-i-Khudi (Rahasia-rahasia Diri).Iqbal Belajar adalah sebuah tahapan dari ketergantungan ke kemandirian menuju interdependensi.Stephen R Covey Belajar bukan untuk menjadikan otak siswa sebuah perpustakaan, melainkan belajar untuk membentuk kepribadian, bukan saja dalam konteks educated human being tetapi juga civiled human being. Oleh sebab itu, warisan terbaik yang bisa diberikan kepada anak adalah mengizinkannya untuk memilih jalannya sendiri, lengkap dengan kakinya sendiri.Isadora Duncan Setiap kali kita mengajarkan sesuatu kepada seorang anak, kita sesungguhnya menghalangi dia menemukannya sendiri.Jean Piaget Sekalipun belajar adalah menemukan apa yang sudah diketahui.Richard Bach suatu kesalahan yang fatal untuk menganggap bahwa kesenangan dalam melihat dan mencari dapat dikembangkan dengan cara paksaan dan keharusan (indoktrinasi) Albert Einstein Apa pun yang ingin Anda lakukan, Mulailah ! Keberanian memiliki kecerdasan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya.Goethe Anda pasti bisa jika Anda pikir bisa.N Vincent PealeLingkungan, di mana kita lahir dan dibesarkan, penuh dengan ucapan - ucapan yang mengecilkan hati, "nama-nama panggilan" yang jelek dan menyakitkan, cemoohan, dan pesan - pesan negative lain yang menjadikan kita tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri, ragu - ragu dan penakut. Sejak kecil, orang tua, teman, guru, bahkan atasan kita, disamping menanamkan benih - benih yang baik dalam diri kita, mereka juga menanamkan ilalang dan semak berduri. Tidak saja mereka memberi semangat, harapan, dorongan, pujian dan penghargaan, mereka juga menanamkan kemarahan, hinaan, tekanan, ancaman, dan hukuman yang menimbulkan ketakutan untuk mencoba hal - hal baru. Ketika masih kanak - kanak dan waktu sekolah, orang tua, teman, dan guru sering meneriakkan kata - kata : "Goblok", "Cengeng", "Pemalas", dan sebagainya. Waktu jadi mahasiswa dan setelah kerja, juga muncul kata - kata : "Cari Muka", "Penjilat", "Sok Alim", dan sebagainya. Antara kelahiran hingga umur 20 tahun rata-rata setiap anak mendengar dari orang tua, guru, saudara kandung dan teman-teman sekitarnya 100.000 pesan negative yang jarang diimbangi dengan pesan-pesan positif.Jo Ann Larsen Lalu, apa yang terjadi jika anak-anak menerima semua pesan positif, pujian dan penghargaan? Sebuah Keajaiban !. ---Mokh Arif, KS Widodo---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun