Mohon tunggu...
MUHAMMAD ZULMI WIJIYANTO
MUHAMMAD ZULMI WIJIYANTO Mohon Tunggu... Programmer - Tamu sang Khaliq yang mecari kebenaran

Hi Everyone, aku adalah user berijiwa tenang, rivalku adalah diri sendiri. Mari kita taklukan dunia maya hingga berdampak ke dunia nyata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politic Of Fear : Membangun Culture Organisasi Kampus Dengan Ketakutan

5 Juni 2023   01:07 Diperbarui: 5 Juni 2023   01:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita sebagai Mahasiswa tentu sangat senang dengan perubahan nama dari siswa ke mahasiswa yang artinya di atas kata siswa tersebut yah bisa dibilang dengan paling besar dan perannya pun sudah sangat berbeda tentunya sudah mulai kritis terhadap suatu narasi, sudah bisa menjadi agent of changes, melakukan kontrol kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai keadilan masyarakat.

Namun ketika di lapangannya sangat berbeda terkadang masih ada mahasiswa yang apatis terhadap suatu keadaan di lingkungan kampus, belum berani kritis terhadap narasi-narasi yang dikeluarkan oleh lingkungan kampus dari sistem peraturan organisasi mahasiswa maupun sistem pelayanan yang berada di kampus.

Saya di kampus suka berkumpul dengan teman-teman dari beda jurusan hingga beda angkatan, obrolan anak kampus tidak terlepas dari mata kuliah, evaluasi cara belajar dosen pas di dalam kelas yang lebih ringannya ngebahas skin event apa sekarang yang ada di Mobile Legends dan obrolan berisinya kalau lagi kumpul sama mahasiswa aktivis yah ngebahas organisasi dan sistem di kampus.

Berbicara organisasi mahasiswa di kampus dari internal hingga external cukup menarik perhatian saya untuk ikut gabung dalam lingkaran obrolan. Ini True story ketika diskusi dengan adik tingkat dimana momentnya ketika open recruitment, mahasiswa baru yang ingin masuk organisasi diwajibkan untuk ikut pelatihannya namun yang disoroti bukan dari pelatihannya namun dari sistemnya yang begitu tidak masuk akal dalam ranah perkaderan yang seharusnya untuk menumbuh kembangkan bakat kritis kader, menerapkan jiwa kepemimpinan maupun terbentuk minat bakatnya.

Jadi sistem organisasinya itu menerapkan metode dengan cara politics of fear kalau saya amati dan dengarkan dari point cerita adik tingkat saya ini. Mahasiswa di takut-takuti jika tidak ikut pelatihan tidak dapat Pakaian Dinas Harian (PDH) yang katanya itu menjadi syarat ikut praktikum ketika ada mata kuliah praktiknya.

Tanpa Harus Ikut Pelatihan, Kalau Mau Praktikum ya Tetap Bisa Ikut Praktikum

Seharusnya pelatihan atau perkaderan organisasi mahasiswa menjadi ajang untuk membentuk jiwa kepemimpinan serta menumbuh kembangkan akan kesadaran dalam kritis malah mengubah niat dari mahasiswa itu hanya karena ingin dapat PDH biar bisa ikut praktikum dan hasil setelah perkaderan atau pelatihan bisa dipastikan akan tidak loyalitas terhadap organisasi tersebut berawal jarang hadir rapat, tidak ada niat dalam masuk struktural kedepannya. Tapi yang disayangkan terhadap mahasiswa yang katanya melebihi siswa kenapa ikut termanipulasi dengan ketakutan narasi yang di bangun tersebut, saya paham maksud dari tujuan itu semua agar banyak mahasiswa untuk mengikuti kegiatan tersebut namun saran sudahlah tidak perlu pakai narasi ketakutan akademik yang menjadi jalan satu-satunya masih banyak cara kreatif dan membangun lainnya dan tepat sasaran yang diharapkan untuk kemajuan dalam organisasi.

Dan ada yang lebih parahnya jika tidak ikut masuk struktural dalam organisasi bisa di asingkan dari circle atau lingkaran pertemanannya sungguh ironi sekali di era zaman sekarang yang sudah mengedepankan inklusifitas dan kolaborasi masih ada menggunakan metode konservatif seperti itu.

Dampak Politics Of Fear Untuk Keberlangsungan Kehidupan

Jadi sudah terlihat maka akan menjadi generasi apa pemuda lima atau sepuluh tahun kedepannya jika dalam dunia pendidikan atau kampus di dalamnya sudah menerapkan cara politic of fear atau orang-orang menyebutnya dengan politik genderuwo yaitu politik dengan cara menakut-nakuti. Tanpa kita sadari secara tidak langsung di kehidupan masyarakat apalagi sekarang sedang momentum euforia politik 2024 banyak narasi-narasi yang bertebaran yang menakutkan atau ancaman-ancaman seperti contohnya, jika kamu pilih si A maka sistem pemerintahan akan berantakan, jika pilih B perekonomian negara akan membengkak hutangnya, jika pilih si C ada masyarakat-masyarakat yang tidak diperdulikan dan jika pilih, D,E,F dan seterusnya akan ini, akan itu belum apa-apa sudah diawali dengan ancaman dan ketakutan. Karena itu semua dimulai dari habits atau kebiasaan metode yang kita dapatkan selama ini. Seperti kita ketika duduk di bangku perkuliahan yang tidak diberikan kesempatan untuk kritis dan merdeka dari keberanian kita.

Maka dari itu kepada kalian yang merasa mahasiswa tolong jangan asal manut dan mengikuti suatu sistem peraturan jika itu tidak masuk akal atau tidak ada korelasinya dengan ranah tersebut kalian adalah mahasiswa agent of changes yang membawa perubahan tugas kalian bukan hanya duduk, mendengarkan dan mendapat nilai bagus untuk bisa di tulis di curriculum vitae tapi lebih dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun