Peningkatan aktivitas manusia dan infrastruktur yang dibangun untuk resort dapat menyebabkan peningkatan polusi, penggundulan hutan, dan gangguan terhadap ekosistem.
Dalam kasus isu pembangunan beach club Raffi Ahmad di Kawasan kaya Karst Gunung Kidul Yogyakarta, Para aktivis lingkungan dan sebagian masyarakat lokal turut menolak proyek ini karena potensi dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup, terutama terhadap ekosistem pantai yang rapuh.
Dari kasus ini dapat ditarik benang merah permasalah bahwa para  stakeholder yang "bermain" dalam tatanan kebijakan  seakan mengabaikan konsep pariwisata berkelanjutan secara paripurna. Saya tidak tahu apakah memang mereka  tahu atau pura-pura tidak tahu?
Konsep  Pariwisata Berkelanjutan
Untuk menciptakan destinasi pariwisata yang berkelanjutan, konsep Sustainable Tourism atau pariwisata berkelanjutan dapat menjadi pedoman.
Pariwisata berkelanjutan, atau sustainable tourism, merujuk pada pendekatan pariwisata yang memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi untuk memastikan bahwa kegiatan pariwisata dapat bertahan dalam jangka panjang tanpa merusak sumber daya alam, budaya lokal, atau kesenjangan sosial.
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), pariwisata berkelanjutan berfokus pada lima area utama: pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, perlindungan warisan budaya dan nilai lokal, distribusi manfaat ekonomi yang adil, partisipasi masyarakat lokal, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal
Di sisi lain, kita tidak menampik  bahawa pembangunan resort juga memiliki potensi untuk memberdayakan ekonomi masyarakat lokal. Dengan adanya resort, masyarakat sekitar dapat memiliki peluang untuk bekerja sebagai karyawan resort, menyediakan barang dan jasa, atau bahkan menjadi mitra bisnis. Namun, pemberdayaan ekonomi masyarakat harus dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam hal ini kiranya semua stakeholder wajib memahami konsep pembangunan pariwisata secara komporehensif dalam lima aspek tadi.Dua  Isu sentral dalam konteks pembangunan Beach Club di Gunung Kidul ini adalah bagaimana menerapkan konsep  keseimbangan ekosistem di tengah manfaat perbedayaan ekonomi lokal ke depan. Konsep pembangunan destinasi pariwisata berkelanjutan (sustainable  tourism) harus memperhatikan keseimbangan antara pengembangan pariwisata, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Landasan Perundang-Undangan