Tadi berbincang sejenak dengan bos. Mobil beliau rusak. Mobil mewah, merk L. Zaman dulu kalau mobil rusak sopir bisa kutak katik membetulkan. Kini kalau mobil rusak, sopir cuma lapor. Lalu akan datang teknisi dari penjual untuk memperbaiki. Memberbaiki? Tidak. Mereka hanya memeriksa, bagian mana yang rusak, kemudian membuat perkiraan, bagian mana yang perlu diganti.
Bagi yang belum sadar bahwa zaman sudah berganti, kenyataan ini tidak menyenangkan. Profesor pembimbing saya di Jepang pernah mengomel panjang lebar pada teknisi bengkel mobil ketika pihak bengkel menyodorkan solusi ganti suku cadang pada mobilnya yang rusak. "Jangan sebut perusahaan kamu bengkel kalau tidak bisa memperbaiki. Kalau cuma ganti suku cadang itu namanya bukan memperbaiki," omelnya.
Bos saya tadi mengingatkan. "Semua sekarang serba elektronik. Bahkan setir mobil itu tidak lagi punya hubungan mekanis dengan ban. Itu cuma jadi remote control sekarang," katanya. Sadarkah kita bahwa setir mobil kita hanya sebuah remote control?
Berbagai peralatan kita saat ini berbasis elektronik. Penyusunnya bukan lagi komponen kasat mata, tapi sudah menjadi sangat abstrak. Sistemnya adalah sistem kotak hitam. Proses yang berlangsung di dalam peralatan tak lagi bisa kita ikuti. Bukan hanya kita, bahkan pembuatnya sendiri tidak bisa.
Zaman dulu kita masih bisa melacak kalau ada resistor yang rusak, atau transistornya. Kini semua bergabung dalam rangkaian terpadu (IC) yang abstrak. Kita hanya bisa mengenali suatu kelompok rangkaian dengan fungsi tertentu. Kalau rusak, ganti.
Peralatan yang memenuhi hajat hidup kita kini menjadi segerombolan kotak hitam penuh misteri. Mahasiswa di kampus tak lagi mengenali alat-alat yang mereka pakai. Semua hanya jadi kotak hitam. Bila kita pencet tombol ini, fungsinya begini. Tapi bagaimana alat itu bekerja, mereka tak tahu. Demikian pula para engineer di pabrik-pabrik. Lama-lama para engineer hanya akan jadi operator kotak hitam.
Selamat datang di masyarakat kotak hitam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H