Mohon tunggu...
Hasanudin Abdurakhman
Hasanudin Abdurakhman Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bukan siapa-siapa. Hanya seorang penulis. Blog saya yang lain: http://berbual.com http://budayajepang.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kecanduan Fakta Palsu

2 November 2015   08:28 Diperbarui: 2 November 2015   08:39 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sekelompok orang yang gemar memproduksi fakta palsu, kemudian bergembira dengan fakta itu. Menurut saya ini semacam kecanduan.

Setiap kali ada yang membuat fakta palsu, selalu ada bantahannya. Tapi sejumlah orang terus memproduksinya, lalu ada puluhan ribu orang di media sosial yang bergembira karena itu. Melihat sebuah "fakta" tentang sesuatu yang sesuai dengan angan, mendatangkan kebahagiaan bagi mereka. Bahwa kemudian dibuktikan bahwa fakta itu palsu, tak masalah. Mereka hanya butuh kebahagiaan saat melihatnya pertama kali.

Menurut para ilmuwan, pada otak semua jenis kegembiraan "didaftarkan" pada tempat yang sama, tak peduli apapun penyebabnya. Obat psikoaktif (baca: narkotika), imbalan uang, kepuasan seksual atau kenikmatan makan, semua berujung pada satu hal, yaitu dikeluarkannya neurotransmitter dopamine, di daerah nucleus accumbens di dalam otak. Daerah ini oleh para ahli disebut dengan pusat kenikmatan.

Dopamine kemudian "menguasai" otak. Dopamine berinteraksi dengan neurotransmitter lain, yaitu glutamate, membuat nucleus accumbens berkomunikasi dengan prefrontal cortex. Prefrontal cortex adalah daerah otak yang berfungsi melakukan perencanaan dan eksekusi. Jadi, nucleus accumbens terus mengirim signal bahwa ia membutuhkan sesuatu yang bisa menyebabkan dopamine diproduksi, kemudian prefrontal cortex mengeksusinya menjadi tindakan. Komunikasi ini membuat orang mengabaikan hal-hal logis, seperti pertimbangan bahwa penggunaan narkotika bisa merusak kesehatan atau berisiko terjerat hukum. Mekanisme inilah yang membuat orang-orang itu mengabaikan bantahan terhadap fakta palsu yang mereka lihat. Ringkasnya, kecanduan ini secara sistematis merusak proses logika mereka.

Jadi, orang-orang itu menjadikan fakta-fakta palsu sebagai sumber kebahagiaan. Otak mereka telah dikuasai oleh dopamine yang diproduksi dengan cara melihat fakta-fakta palsu tadi. Tak heran bila Anda perhatikan, wall mereka dipenuhi oleh berita atau posting yang berhubungan dengan fakta-fakta palsu tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun