Mohon tunggu...
Buhori
Buhori Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Pendidikan

Saya seorang yang sangat menyukai acara-acara humor bahkan sering menongkrongi konten-konten humor sampai berjam-jam, sehingga konten-konten ini sangat mempengaruhi saya untuk menjadi orang yang humoris, tertawa bersama bahkan sampai mentertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

In Memoriam: Selamat Jalan Guruku; Kiyai Sahir Mannani

11 Januari 2024   21:48 Diperbarui: 11 Januari 2024   21:59 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Selasa yang lalu (2/1/24), saya mendengar kabar melalui grup keluarga, bahwa beliau dirujuk ke Rumah Sakit, karena ada gejala kelainan jantung. Selang dua hari setelahnya (4/1/24), kembali mendapat informasi, beliau terpaksa dimasukkan ke ruang ICU, disebabkan kondisi kesehatannya yang memburuk, dan perlu perawatan yang intensif.

Disebabkan jarak yang jauh, yang tak memungkinkan untuk menjenguk secara langsung, selama itu saya hanya memantau perkembangan kesehatan beliau dari informasi temen-temen dan keluarga yang mempostingnya di media sosial. Hingga akhirnya,dini hari tadi (6/1/24) memperoleh kabar duka; beliau telah dipanggil oleh Penciptanya, meninggalkan kehidupan yang fana.

Secara pribadi, saya cukup mengenal beliau secara dekat, disamping memang masih ada hubungan keluarga (saudara sepupu dua kali /second cousin), beliau juga merupakan guru saya, sewaktu di MI dan MTs. Hidayatus Shibyan.

Sebagai seorang guru, beliau terkenal multitalenta, tidak hanya mendalami ilmu agama sebagai seorang ustadz, namun juga mahir dalam bidang eksakta bahkan piawai dalam seni tarik suara. Tercatat, sejak saya sekolah dulu, beliaulah yang menciptakan lagu Hymne Hidayatus Shibyan, yang dinyanyikan setiap acara wisuda, dan belakangan setelah beliau aktif kembali mengajar, kembali beliau menggubah bait-bait Mars Hidayatus Shibyan. Sebuah legacy yang akan selalu dikenang.

Karya kedua beliau ini bisa dilihat di sini:


Sebagai santri dari salah satu pendiri NU, KH.As'ad Syamsul Arifin Situbondo,sejak "boyong" dari pesantren, beliau begitu istiqamah mengikuti jejak gurunya, aktif sebagai tokoh agama yang menggerakkan amaliyah dan Harakah NU, secara kultural maupun struktural. Secara struktural, hingga akhir hayatnya ini, beliau tercatat sebagai Katib Syuriyah PCNU Kubu Raya, bersama Habib Toha Al-Jufri sebagai Rais nya, KH Abdussalam Syam sebagai Ketua Tanfidziyah dan Gus Edi Jenggot Ambawang Raya sebagai sekretaris nya.

Dedikasi beliau dalam menyebarkan dan mengawal paham Ahlussunah wal Jamaah di bumi Borneo sudah tak perlu diragukan lagi. Banyak kalangan yang "angkat topi" melihat kegigihan dan ketulusan beliau saat berkhidmat pada NU, dan agama.

Maka tak heran, di detik-detik akhir kehidupannya, beliau masih nampak mengenakan kaos NU, bukti kecintaannya yang di bawa hingga wafat. Bahkan, tak lama sebelum beliau menghembuskan nafas yang terakhir, beliau sempat bilang sama anggota keluarganya yang setia menjaganya; "saya barusan sudah selesai mengaji pada guruku; KH.As'ad Samsul Arifin, dan saya akan pergi jauh bersama beliau".

Duh...begitu mulianya akhir hidupmu, hingga engkau dijemput langsung oleh guru agungmu 

Beliau mengalami masalah kesehatan sudah sejak beberapa tahun yang lalu. Penyakit diabetes yang dideritanya, telah banyak menghambat aktifitasnya. Namun saat berhubungan dengan kegiatan NU, apalagi penanaman paham ASWAJA, maka semua rasa sakitnya akan beliau kesampingkan, tubuhnya kembali bugar, tanpa beban, seakan tidak ada sedikitpun penyakit yang beliau rasakan.

Pernah suatu ketika, saat saya menjadi pemateri kaderisasi Pac Ansor Ambawang , yang kala itu digawangi oleh Ansor Sungai Malaya dan dihelat di kantor Desa Sungai Malaya , beliau datang mengendarai sepeda motor, dan ternyata beliau menjadi pemateri berikutnya. Menyadari kehadiran beliau, saya segera menyelesaikan materi, sekalipun belum sampai waktunya, dengan maksud memberikan kelonggaran waktu kepada beliau, dan beliau tidak sampai larut malam, agar bisa segera beristirahat.

Namun apa dinyana, pasca penyampaian materi, beliau masih bergabung bersama kami dan panitia, asyik membincangkan soal kaderisasi, Aswaja, dan hal hal lain terkait NU, hingga dini hari, beliau baru pamit undur diri. Kala itu, tak ada tanda-tanda sama sekali kalau beliau kurang fit. Semua keluhan tak pernah beliau rasakan saat berbicara NU. Besok harinya, baru dapat kabar dari keluarga, bahwa beliau ngedrop lagi, dan harus kembali istirahat lebih lama.

Seingat saya, kala itu beliau juga bercerita, bahwa sedang merampungkan penyusunan buku Aswaja untuk tingkat Madrasah. Beliau berharap, jika nanti sudah ada kebijakan memasukkan ASWAJA sebagai salah satu muatan lokal di madrasah-madrasah yang ada di Kubu Raya, maka buku tersebut sudah siap dipergunakan sebagai bahan ajar.

Terakhir, dengan penuh kesedihan, kami mengucapkan bela sungkawa yang mendalam atas berpulangnya Guru Kami tercinta, Ustadz Sahir Mannani . seorang tokoh yang begitu gigih dalam menyebarkan dan mengawal paham Aswaja. Kehilangan beliau merupakan duka yang mendalam bagi kami semua.

Selamat jalan guruku, sosok yang begitu tulus dalam mendedikasikan dirinya untuk memperjuangkan ajaran agama secara kaffah, serta mengawal keberlangsungan paham Aswaja untuk generasi-generasi mendatang.

,

Selamat jalan Pejuang, baktimu telah usai dengan gemilang, semoga tenang dan senang di sisi Allh Sang Maha Penyayang

Malang, 6 Januari 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun