Dina selalu merasa ada yang aneh dengan bayangannya. Bukan hanya karena bentuknya yang selalu mengikutinya kemanapun, tetapi juga karena bayangannya itu selalu tersenyum tipis, seolah mengetahui rahasia yang tidak diketahui Dina.
Pada suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, Dina melihat bayangannya melepaskan diri dari dirinya. Bayangan itu perlahan-lahan bergerak menjauh, menari-nari di bawah sinar bulan. Dina terkejut dan mengikuti bayangannya.
Bayangan itu berhenti di depan cermin besar. Dengan perlahan, bayangan itu mulai berubah bentuk, menjadi sosok yang persis seperti Dina, namun dengan mata yang bersinar terang. Sosok bayangan itu pun berbicara, "Aku adalah bagian darimu yang paling jujur, Dina.
 Aku tahu semua keinginan dan ketakutanmu."
Dina tercengang. Ia tidak menyangka bayangannya bisa berbicara. "Apa maksudmu?" tanyanya.
"Aku tahu kau ingin bebas, ingin menjelajahi dunia tanpa batas," jawab bayangan itu. "Tapi kau selalu takut akan kegagalan dan penolakan."
Dina terdiam. Bayangannya memang benar. Ia selalu memendam keinginan untuk melakukan banyak hal, namun rasa takut selalu menghalanginya.
"Aku akan membantumu," lanjut bayangan itu. "Kita bisa menjelajahi dunia bersama."
Dengan ragu-ragu, Dina mengulurkan tangannya. Bayangan itu menyambutnya, dan bersama-sama mereka melangkah keluar rumah, memulai petualangan yang tak terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H