informatika sebagai mata pelajaran wajib. Salah satu materi yang menjadi tantangan untuk diajarkan adalah materi Computational Thinking. Apa itu computational thinking dan bagaimana cara mengajarkannya pada anak ?
Kurikulum merdeka sudah menjadikan mata pelajaranPendahuluan Materi
Seperti biasa, saya menyampaikan tujuan dan arah pembelajaran sebelum masuk ke konten materi. Dan sekali lagi, ini adalah sebuah tantangan tersendiri bagi saya.Â
Saya menyampaikan bahwa computational thinking adalah keterampilan berfikir. Tapi tidak berhenti disana, saya seringkali menyelipkan sebuah pernyataan pemancing. Sehingga, kalimatnya menjadi "keterampilan berfikir yang akan menjadikan manusia lebih cerdas dari komputer"
dan respon anak-anak adalah, "haahh?? emang bisa ?"
Memang pernyataan diatas tidak sepenuhnya benar, akan tetapi cukup untuk memancing daya tarik anak agar lebih bersemangat dalam belajar tentang Computational Thinking.Â
Saya pribadi, sejujurnya menyetujui pernyataan tersebut. Ya, komputer kan dibuat oleh manusia, seharusnya manusia memang memiliki kecerdasan yang lebih baik dibandingkan komputer. Kita tidak berbicara soal kecerdasan intelektual semata, manusia tetap memiliki keunggulan jauh diatas berbagai robot dan mesin apapun ketika berbicara kecerdasan emosional, sosial, dan bahkan spiritual.
Kalimat pertanyaan pemancing berikutnya adalah pertanyaan, "cara memasukan gajah kedalam kulkas," dan disusul dengan pertanyaan "Cara memasukan jerapah kedalam kulkas."
Dari rangkaian pertanyaan tersebut saya mengantarkan anak-anak pada konsep algoritma, dekomposisi dan pengenalan pola.
Sejauh ini, para siswa sudah menaruh perhatian terhadap materi computational thinking.
Melatih Keterampilan
Ini yang seringkali menjebak saya dalam mempersiapkan materi pengajaran, Computational Thinking ini adalah materi keterampilan,bukan pengetahuan yang harus dihafal oleh anak. Maka keterampilan ini diperoleh dengan cara pembiasaan dan pengasahan.
Banyak soal-soal computational thinking yang bisa kita coba, mulai dari soal-soal bebras atau soal penyelesaian kasus di dunia nyata. Akan tetapi, karena ini pertemuan pertama, tentu saya tidak langsung memberikan soal-soal tersebut.
Sekali lagi, saya membuat sebuah sistem yang bisa memancing mereka untuk "mau berfikir lebih keras".
Para siswa membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, kemudian setiap kelompok berdiskusi tentang "100 cara menyebrang jurang"
Para siswa ditugaskan hanya untuk menyebutkan saja, dalam waktu 15 menit mereka harus berfikir keras mencari 100 cara menyebrang jurang. Para siswa dipersilahkan untuk menyebutkan berbagai cara, baik yang masuk akal ataupun tidak, apa pun yang ada di kepala mereka.
Pembelajaran berjalan seru dan aktif dengan sesekali mereka bercerita antusias tentang ide-idenya yang bagi kita mungkin akan dianggap gila. Tapi tak apa, biarkan mereka berimajinasi dengan bebas dan tanpa terkekang apapun, jangan memberikan respon yang mematikan potensi mereka.
Menutup pertemuan perdana computational thinking ini, saya menceritakan kisah Nadiem Makarim dalam upaya mendirikan perusahaan Gojek. Dan sekali lagi, anak-anak pun menyadari bahwa dari berbagai imajinasi yang mereka tulis, bisa jadi diantaranya akan hadir di masa depan dalam wujud teknologi baru yang sangat canggih. Dan sebuah kebahagiaan bagi kita sebagai guru, tatkala menyaksikan anak-anak kita mewujudkan imajinasi mereka yang dulu pernah diceritakan dengan lucunya pada kita pada hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H