Metaverse sudah bergaung sebagai model teknologi terkini yang akan hadir di tengah-tengah kita. Berbagai teknologi pendukung sudah mulai dipersiapkan untuk membidani lahirnya teknologi ini di tengah masyarakat. Pertanyaannya, sejak kapan metaverse ini harus diperkenalkan pada anak? pentingkah ?
Pendidikan Teknologi pada Anak
Berdasarkan hubungannya dengan teknologi, para ilmuwan telah membagi generasi perkembangan umat manusia pada beberapa jenis. Beberapa diantaranya adalahÂ
- Generasi Baby Boomers, yaitu mereka yang lahir tahun 1946-1964.
- Generasi x, Â yaitu mereka yang lahir 1965-1980.
- Generasi y atau millenial, yaitu mereka yang lahir 1980-1996.
- Generasi z, yaitu mereka yang lahir 1997-2012
- dan generasi Alpha.
Anak-anak kita pada hari ini adalah generasi Alpha, yaitu anak-anak yang lahir dari tahun 2010-2011 sampai sekarang. Salah satu indikator dari generasi Alpha ini adalah bahwa mereka sejak kecil, bahkan dari lahir, telah ditemani oleh komputer. Maka komputer bagi anak-anak ini bukanlah benda asing.
Penggunaan komputer bagi mereka bukan lagi sebuah masalah, balita saja sudah bisa mengoperasikan youtube dengan baik. Menariknya, masalah justru di hadapi oleh orang tua yang diantaranya mungkin sebagian besar di generasi x,y dan z, atau mungkin sebagian kecil di generasi baby boomers.
Pemahaman dan pendidikan terhadap generasi alpha harus kita kawal khususnya sebagai orang tua. Dan, yang harus kita tekankan adalah pendidikan anak-anak kita tidaklah sama dengan pendidikan yang kita rasakan saat dulu. Kita harus memahami juga, bahwa tuntutan masa depan terhadap anak-anak kita pun jauh berbeda.
Contoh sederhana misalnya, kita sebagai generasi y atau millenial, mungkin mengenal dan menggunakan media sosial itu di usia 18 tahun atau di masa-masa SMP dan SMA. Generasi z mengenal media sosial mungkin sejak usia SD-SMP, sedangkan generasi Alpha ada diantara mereka sudah mengenal media sosial bahkan sejak lahir.
Padahal, atmosfer media sosial sangatlah tidak sehat bagi mereka yang belum memiliki kedewasaan. Media sosial adalah platform yang harus dihadapi dengan bijak, dan penuh dengan kesadaran penggunanya.
Hukum Alam : Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sejak lahir sebagai individu, dan sebagai sebuah komunitas telah menyadari bahwa satu sama lain saling  membutuhkan dan saling melengkapi. Ini adalah langkah awal umat manusia dalam mencetak peradaban.Â
Ini adalah hukum alam dimana manusia sebagai makhluk sosial akan terus mencari cara agar bisa saling terkoneksi satu sama lain dengan tujuan agar bisa meraih keuntungan.  Kita akan menemukan fakta yang lebih luas dampak dari makhluk sosial ini diantaranya adalah persoalan hukum, politik, bisnis, dan  sebagainya.
Menariknya, manusia meskipun dalam wujud digital pun ternyata tetap menjalankan fitrahnya tersebut. Manusia-manusia dengan kecenderungan dan instingnya mencari-cari cara agar bisa saling terhubung di dunia digital. Dan kita merasakan bagaimana besarnya "keuntungan" yang bisa kita rasakan saat saling terkoneksi di ruang virtual.
Media sosial adalah sebuah wadah yang tepat untuk mengakomodasi kebutuhan manusia tersebut.Â
Manusia-manusia yang merasakan keuntungan-keuntungan yang di peroleh dari hubungan ini kemudian menuntut sebuah koneksi yang lebih baik. Maka itu menjadi dorongan bagi para perusahaan teknologi untuk menciptakan berbagai inovasi. Dan salah satunya adalah metaverse.
Maka kehadiran metaverse sebagai ruang baru dalam dunia digital yang mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk saling terhubung adalah sebuah langkah besar dalam peradaban umat manusia. Tinggal kita memahami dan mendampingi kehadiran teknologi ini agar tetap digunakan secara bijak dan dewasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H