Mohon tunggu...
Abdullah Alhadad
Abdullah Alhadad Mohon Tunggu... Guru - Semuanya bercerita tentang cara bertahan hidup, dan menjadi pribadi yang bermanfaat adalah cara hidup dalam keabadian

Seorang Guru Informatika di Jenjang SMP, Penulis, Blogger, dan Praktisi IT

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suporter Klub Sepak Bola, Fanatik Wajarkah?

2 Januari 2023   07:55 Diperbarui: 2 Januari 2023   07:58 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepak Bola (Sumber : Pixabay.com)

Mungkin sudah hampir 10 tahun silam saya sudah tidak mengikuti lagi informasi perkembangan sepak bola dalam negeri. Terlebih tragedi kanjuruhan yang telah memakan ratusan korban jiwa tersebut. Awalnya, pengecualian untuk Tim nasional, akan tetapi akhir ini rasa-rasanya sudah kian malas untuk  menyaksikan pertandingan olah  bola satu ini. Salah satu penyebabnya adalah sikap para suporter yang saya rasa berlebihan.

Menjadi Suporter Sepakbola

Jangan salah, saya adalah memilih kata sebagai penikmat sepak bola, alih-alih pencinta sepak bola. Sejak piala dunia tahun 2002 di Jepang-Korea Selatan, saya mulai menikmati setiap pertandingan sepak bola. Dan salah satu yang saya lakukan adalah memilih klub idola. 

Berawal dari Tim Nasional Italia, saya menjatuhkan dukungan pada salah satu klub terbaik di negara Pizza tersebut, Juventus. Sayang, hanya beberapa tahun berselang kasus Calciopoli menimpa dan Juventus terpaksa harus turun kasta ke serie B plus pengurangan poin. 

Sebagai penikmat, tentu dengan hilangnya klub kesayangan, saya harus memilih alternatif klub lain untuk di dukung, dan pada saat itu keajaiban Istambul terjadi. Liverpool melawan AC Milan di final Liga Champion, skor 3-3 dan ditutup kemenangan oleh Liverpool melalui adu tendangan pinalti. Saya jatuh hati dengan gaya permainan Liverpool.

Hingga kini, saya pendukung Liverpool dengan catatan tidak menutup kemungkinan untuk berpindah klub lain jika sudah merasa bosan. Begitupun kalau bermain game konsol, biasanya pilihan klub yang saya mainkan adalah klub yang kurang terkenal seperti Celtic, Bordeoux, Al Ahly dan sebagainya. Intinya saya bukan orang yang mendukung sepak bola dengan fanatisme yang berlebihan, bahkan ya se ala kadarnya saja.

Begitupun dengan Tim Sepakbola dalam negeri, sebagai orang sunda yang juga tinggal di Jawa Barat, tentu saya menjatuhkan dukungan ke Persib Bandung. Tapi sekali lagi, terlalu naif jika menjatuhkan dukungan berdasarkan domisili sementara gaya permainannya tidak begitu berkesan di hati. Saya juga pernah mendukung Sriwijaya dan Persipura.

Suporter Fanatik

Saya melihat hampir di setiap liga di seluruh penjuru dunia saya kira, selalu ada persaingan klub. Baik itu karena catatan sejarah , persaingan raihan gelar, atau bahkan persaingan dalam satu wilayah (Derby). Setiap persaingan-persaingan tersebut akan menghasilkan suporter-suporter yang fanatik, dan suporter fanatik ini akan menambah keseruan dalam pertandingan.

Jadi saya menilai, keberadaan suporter fanatik ini wajar-wajar saja, terutama jika klub memiliki kebanggaan terhadap sejarah, wilayah atau prestasi seperti yang tadi sudah saya sebutkan. Justru kehadiran suporter fanatik ini akan menjadi sebuah keseruan tersendiri. Bagaimana dengan suporter liverpool dengan chant You'll Never Walk Alone yang selalu memberikan aura magis tersendiri. Atau koreografi khas dari Borussia Dortmund, dan yang lainnya.

Belum sumbangsih secara materi maupun non-materi yang suporter berikan ketika klub kesayangannya sedang jatuh. Saya adalah contoh suporter yang tidak baik, dengan meninggalkan juventus ketika jatuh-jatuhnya. Tapi bagi suporter fanatik, tidak masalah jika klub dalam posisi yang tidak menguntungkan, dukungan tetap ia berikan. Bahkan, sumbangan secara materi jika dibutuhkan pun tidak masalah.

Solidaritas inilah yang juga menjadi bagian dari pondasi klub sepak bola. Klub pun harus bisa mengelola hubungan baik dengan belahan suporternya. Maka selain wajar, suporter fanatik juga menjadi sebuah aset yang berharga untuk perkembangan sebuah klub.

Tragedi..

Saya sedang berusaha untuk tidak menghubungkan suporter fanatik dengan biang tragedi kecelakaan di sepak bola. Banyak faktor sebetulnya yang tidak berkaitan langsung dengan terjadinya sebuah tragedi di dalam maupun di luar pertandingan sepak bola. Sayangnya, suporter fanatik seringkali menjadi kambing hitam dalam sebuah kejadian ini.

Kita lihat saja tragedi-tragedi semacam kanjuruhan, Hillsborough dan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena faktor lain seperti panitia pelaksana, tim keamanan, rancangan stadion dan sebagainya. Selain memanfaatkan suporter fanatik sebagai aset, manajemen klub juga harusnya bisa memberikan sistem yang memberikan jaminan keamanan bagi para pendukungnya. 

Katakanlah sistem seperti jalur evakuasi, SOP keamanan, standar panitia penyelanggara, sistem transportasi dan sebagainya harus di atur sedemikian rupa agar suporter bisa menikmati pertandingan dengan nyaman. 

Kita tidak bisa menutup mata, bahwa persaingan dan gesekan suporter akan selalu terjadi. Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah bagaimana suporter yang saling bersaing dalam kondisi panas selama dan setelah pertandingan ini, tetap terjaga keselamatannya.

Sayangnya, masih ada saja oknum manajemen klub sepak bola yang tidak paham dan malah ikut-ikutan memanas-manasi situasi. Suporter fanatik yang dalam kondisi panas ini pun seperti dikompori oleh manajemen klub. 

Di sisi lain, saya pun berharap kepada suporter fanatik agar tidak terlalu fanatik sampai melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Pelemparan terhadap bus tim nasional Thailand di gelaran AFF kemarin adalah hal yang tidak pantas dilakukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun