Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mesin Keruk Uang di Wana Wisata Coban Rais

2 Januari 2019   05:55 Diperbarui: 3 Januari 2019   17:42 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mending ke tempat wisata mahal lain misalnya museum angkut. Sekali bayar di muka sudah bisa menjelajahi semua obyek wisata. Maka sayapun merayu anak untuk putar balik, tidak usah masuk ke area spot foto. Meskipun sulit akhirnya berhasil juga.

Seorang teman yang bekerja sebagai pemandu wisata, Ernie, mengatakan wana wisata Coban Rais dengan destinasi yang ada sangatlah mahal. Dia merasa menyesal ketika mengajak tamunya dari Jakarta ke Coban Rais dan tamunya kaget dengan tarif masuk di tiap spot foto. Tapi untungnya rombongan tamu dari Jakarta itu bisa berbesar hati, "gak apa-apa mahal, penting sudah tidak penasaran lagi".

Seorang teman lain juga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan. Sudah di depan tempat pembelian karcis. Hujan turun. Menjadi peraturan wana wisata jika hujan turun area spot foto akan ditutup dan uang tidak bisa diambil lagi. Untungnya teman saya tadi belum membeli tiket.

Ketika saya menulis artikel ini baru pulang dari mengajak anak istri pulang dari berenang di tempat wisata baru di Malang timur yang bernama Embung Cempaka. Hanya Rp. 2000 untuk masuk tempat wisata itu dengan kepuasan yang berlebih. Begitu seharusnya tempat wisata, memberi rasa puas pada pengunjung. 

Tempat wisata jika ingin pemasukan lebih bisa menjual merchandise, kuliner atau arena wisata yang membutuhkan penanganan khusus, misal: naik kuda, permainan air softgun dan lainnya.

Esensi dibangunnya tempat wisata sebenarnya untuk menyegarkan fisik dan psikis dari pengunjung, setelah penat menghadapi pekerjaan dan permasalahan kehidupan. Obyek wisata juga berfungsi sebagai waktu berkualitas untuk keluarga (quality time). Setelah keluar dari tempat wisata pengunjung akan segar kembali dan produktivitas menjadi tinggi.

Paradigma prinsip ekonomi, dengan menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dengan bermodal kecil haruslah diubah. Pemerintah harus membuat peraturan yang mengatur tarif dan standar pariwisata. Sependapat jika pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi, tapi haruslah tidak meninggalkan prinsip utama pariwisata sebagai arena refreshing warga Negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun