Dua tahun lalu saya pernah mempunyai usaha es krim. Es krim itu saya beri brand Es Dolphin. Setelah hari raya Idul Fitri kemarin, saya dan manajemen Es Dolphin mengangkat bendera putih, menyerah. Usaha es krim tradisional yang kami rintis tepat 2 tahun lalu harus di akhiri. Proses menyerah ini tidak ujug-ujug, tetapi melalui perenungan dan diskusi yang panjang.
Usaha Es Dolphin merupakan usaha baru dari orang yang sama sekali tidak paham usaha es. Memang pada 3 bulan awal, terlihat usaha ini menguntungkan. Setelah itu kendala bertubi-tubi datang. Banyak laporan dari kantin-kantin yang mengatakan es kurang laku, freezer harus diambil. Di beberapa freezer yang saya titipkan bahkan sama sekali tidak balik modal karena es mencair. Ratusan ribu rupiah kerugian  tiap minggu.
Saat ini usaha Es Dolphin sudah menjadi catatan sejarah tentang jatuh bangunnya membangun usaha. 19 freezer masih menjadi saksi kegagalan itu. Hidup harus tetap berjalan, saya kembali focus menekuni usaha makanan ternak yang sudah saya geluti beberapa tahun sebelumnya.
Campina Onloc
Saya melihat pengumuman di kompasiana tentang program Campina Onloc yang di selenggarakan pada akhir Juli (31/7/2018) , tanpa pikir panjang saya mengajukan diri untuk menjadi salah satu pesertanya.Â
Sedikit trauma sebenarnya melihat wujud es krim setelah kejatuhan usaha itu. Butuh waktu 3 hari untuk menjawab admin kompasiana tentang kesediaan hadir. Â Setelah konsultasi dengan istri tentang rencana mengunjungi pabrik Es Campina. Istri memberi dukungan agar saya tidak larut dalam kegagalan. Dengan ijin istri yakinlah saya untuk berangkat.
Hari itu ternyata tidak hanya blogger Kompasiana yang di undang manajemen Campina, tetapi juga para Vlogger. Ketika masuk areal perusahaan yang berada di kawasan industri Rungkut. Pabrik Campina sudah memberikan kesan mendalam.Â
Semua pengunjung baik karyawan maupun masyarakat umum ketika berkunjung harus berada dalam area garis kuning yang membujur mulai pintu masuk komplek pabrik sampai pintu kantor pabrik. Jadi karyawan yang masuk pabrik seperti berbaris rapi. Tidak ada yang melewati garis kuning tersebut. Ternyata ini bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang di terapkan Pabrik Campina.
Setelah melewati bagian dalam garis putih tersebut. Semua pengunjung yang berkunjung harus membasahi tangan dengan cairan anti kuman. Penulis menyadari karena Campina perusahaan makanan, kebersihan harus benar-benar di jaga.Â
Tidak hanya pintu masuk, toilet pun benar-benar di atur steril dari kotoran. Ada CCTV yang merekam setiap pengunjung yang tidak sesuai dengan aturan penggunaan toilet.
Peraturan yang lain, pengunjung harus memakai sepatu dan memakai alas kaki. ini bertujuan untuk antisipasi kuman yang ada di kaki agar tidak berterbangan di areal pabrik. Untuk karyawan produksi lebih ketat lagi aturannya.Â