Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pasar Sapi dan Hilangnya Tradisi Boro

6 Mei 2018   20:38 Diperbarui: 6 Mei 2018   23:20 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Posisi Pasar Sapi Pagak berada di bagian selatan, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Kepanjen, Kabupaten Malang. Melewati bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sengguruh, memutari Gunung Geger dan kawasan hutan sumuran milik Perhutani. Jika di teruskan berjalan lebih ke selatan, akan melewati Pusat Pelatihan Marinir Purbaya dan Pantai Balaikambang.

Penulis pertama kali ke pasar ini sekitar kelas 3 SD atau 28 tahun yang lalu. Dulu, pasar ini masih berupa lapangan yang di bagian tengahnya terdapat bambu disusun berjajar, jarak antar bambu sekitar 3 meter. 

Bagian ujung dan bawah bambu ditancapkan bambu lainnya dengan ukuran lebih besar. tinggi bambu yang ditancapkan sekitar 1 meter. Bambu panjang ini berfungsi mengaitkan sapi dan kerbau, sekaligus sebagai tempat pajang. Pembeli hewan akan bebas memilih satu persatu sapi yang di pajang, tawar menawar juga terjadi di sini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat ini, Pasar Sapi Pagak berbeda dengan ingatan masa kecil penulis. Jika dulu seluruh lapangan penuh dengan sapi, sekarang sebagian difungsikan untuk pasar umum. Di pasar umum ini, semua kebutuhan dijual, mulai sembako, pakaian, ikan, sabit, hingga minyak wangi.

Tradisi Boro yang Hilang

Boro berasal dari Bahasa Jawa yang berarti pergi. Tradisi boro adalah kegiatan menggiring hewan piaraan untuk dijual ke daerah lain. Penulis masih teringat sekitar tahun 1990-an, sering mendapati beberapa orang menggiring sapi menyusuri jalan raya. Satu orang bisa memegang 5-7 ekor sapi. Mereka berjalan terus, berhenti hanya di beberapa titik yaitu tempat pasar hewan berada. Ketika pasar hewan sudah selesai, mereka akan terus berjalan ke pasar hewan lain.

Ketika berangkat boro, mereka sudah berpamitan pada keluarganya untuk beberapa minggu, bahkan bulan, sampai sapinya habis terjual. Mereka yang berangkat boro akan membawa pakaian ganti, senjata tajam untuk berjaga-jaga, dan yang khas mereka akan membawa oncor. Oncor adalah bambu berukuran kecil yang di potong setengah meter, di dalamnya diberi minyak tanah dan ujungnya terdapat sumbu untuk menyalakan api.

Menurut seorang pedagang di Pasar Pagak bernama Pak Solikin, pasar pagak sekarang berbeda dengan pasar pagak dahulu. Jika dulu aktivitas pasar dimulai jam 6.00 sampai jam 15.00 (setelah waktu ibadah Salat Asar), sekarang ketika pukul 10.00, pasar sudah sepi. Salah satu penyebabnya karena tradisi boro yang sudah hilang. Para pedagang sapi sekarang menggunakan pickup dan truck untuk mengangkut hewan yang akan di jual.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dengan memakai kendaraan, para pedagang merasa tidak perlu terlalu lama di pasar. Beda ketika tradisi boro masih ada, para pedagang akan memanfaatkan waktu di pasar dengan maksimal, merasa rugi jika hanya sebentar di pasar, karena jarak yang jauh. Saat ini jumlah sapi yang di jual di Pasar Pagak pun tidak sebanyak dulu. Dulu pada musim pasar sapi, 200 ekor sapi laku terjual, sekarang hanya 80-100 ekor.

Menurunnya jumlah sapi dan pedagang sapi menurut seorang pedagang sapi bernama Pak Khoirul, selain sudah tidak ada lagi orang boro, juga karena pedagang sapi seringkali mengalami kerugian. Banyak pembeli menurutnya yang tidak segera membayar sapi. Bahkan, Pak Khoirul menuturkan pernah sampai menyita sepeda motor pembeli karena menunggak hingga 6 bulan. 

Seringkali penawaran dari pembeli terlalu rendah, jika sapi dijual rugi dan jika tidak dijual ke pembeli juga rugi. Pedagang sapi seringkali mengalami 2 pilihan yang sama-sama sulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun