Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Candi Jago, Peninggalan Peradaban Tinggi Kerajaan Singosari

3 Mei 2018   16:08 Diperbarui: 11 Agustus 2018   15:58 4832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candi Jago terletak di Dusun Jago Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang 22 km sebelah timur dari Kota Malang.  Jago berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Jajaghu yang berarti keagungan. Tidak terlalu jauh dari Candi Jago, yakni disebelah selatan kira-kira 5 km terdapat Candi Kidal. Candi Kidal merupakan candi yang di dharmakan untuk raja Majapahit ke 2 yaitu Anusapati.  

Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton pembangunan Candi Jago atas perintah Kertanegara raja terakhir Singosari pada tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M. Candi ini dibangun sebagai penghormatan bagi raja Singosari ke 4, Ranggawuni atau yang terkenal dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana yang mangkat pada 1268 M. Masa ini kerajaan singosari mengalami kejayaan, karena penduduk kerajaan mengalami ketentraman.

Candi Jago sering juga di sebut Candi Tumpang. Penamaan Tumpang, menurut pak Mulyanto, juru kunci Candi Jago, karena letak dataran tempat Candi Jago memang berada pada ketinggian, jadi Candi menumpang pada ketinggian. Candi Jago terdapat relief Padma (teratai) yang menjulur ke atas dari bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arca. Motif teratai semacam ini sangat popular sebagai ciri khas peninggalan kerajaan singosari.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menurut Pak Imam (juru kunci yang lain) Candi Jago mempunyai panjang 24 m dengan lebar 14 m dan tinggi candi 9,97 m. Dari  candi bagian atas terlihat dengan jelas daerah di sekitarnya. Penulis bisa membayangkan daerah di sekitar candi adalah sebuah tempat yang asri dengan pepohonan hijau. 

Ini karakteristik yang khas sebuah candi di bangun di daerah yang jauh dari pemukiman. Sehingga para elit kerajaan yang berkunjung ke candi bisa menemukan ke khidmatan.

CANDI YANG KAYA CERITA

Candi Jago mempunyai struktur candi berundak, ada 3 teras yang menyusun candi. Pada masing-masing teras terdapat relief yang menggambarkan cerita Kresnayana, Parthayana, Arjuna wiwaha, Kuntjarakharna dan Anglingdharma, Untuk bisa mengikuti alur dari relief tersebut harus di mulai dari depan berputar mengikuti arah jarum jam.  

relief-di-kaki-candi-5aead172f1334467aa152c12.jpg
relief-di-kaki-candi-5aead172f1334467aa152c12.jpg
Disisi depan candi terdapat relief yang menggambarkan cerita fabel, yaitu kura-kura. Ada dua kura-kura yang diterbangkan oleh seekor angsa dengan cara kura-kura itu menggigit setangkai kayu. Ditengah perjalanan kura-kura di tertawakan oleh kawanan serigala. Kura-kura membalas tertawaan serigala, hingga jatuhlah kura-kura itu dan menjadi santapan serigala.

Pada sisi timur laut terdapat relief yang menggambarkan rangkaian cerita Budha yang meriwayatkan raksasa Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi kepada dewa tertinggi yaitu Sang Wairocana untuk memperlajari ajaran Budha. Dengan pertemuannya dengan dewa Wairocana, Kunjarakarna meminta kepada dewa agar di kabulkan menjelma menjadi manusia. Agar bisa mempelajari ajaran Budha dengan sempurna.

Pada teras ketiga terdapat cerita Arjuna Wiwaha, Arjuna menikah dengan Dewi Supraba sebagai hadiah dari Batara Guru karena Arjuna berhasil mengalahkan raksasa Niwatakawaca. Relief-relief pada badan candi tidak sebanyak pada kaki candi. Pada badan candi terdapat relief dengan adegan Kalayawana yaitu peperangan antara raja Kalayawana dengan Krisna.

Candi Jago meskipun peninggalan dari kerajaan Singosari, menurut kitab Pararaton pada 1359 M juga sering di kunjungi Raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk. Bisa di mengerti jika Hayam Wuruk sering berkunjung ke Candi Jago karena candi ini merupakan leluhur dari majapahit, hal ini juga di perkuat dengan adanya prasasti bulak.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Bangunan Candi Jago merupakan bangunan asli, sama dengan ketika di temukan pada 1815 M. Tetapi ada beberapa bagian candi yang tidak berada di komplek candi. Candi Jago sebenarnya memiliki 5 arca, tapi hanya satu yang masih tersisa di sekitar Candi, yaitu arca Amoghapaca, itupun tanpa kepala. Amoghapaca adalah dewa tertinggi yang memiliki delapan tangan.

Saat ini pemerintah mulai memperhatikan situs-situs bersejarah termasuk candi. Keberadaan candi sangat penting di ketahui generasi muda untuk membangkitkan semangat dan daya juang, bahwa leluhurnya adalah orang-orang tangguh dan pantang menyerah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun