Kebetulan saya baru saja menyelesaikan buku "Groetjes Uit Endhoven" karya Hafizatul Ismi. Alangkah baiknya jika saya berbagi isi buku karya penulis yang menghabiskan dua tahun membersamai suami dan kedua anaknya selama di Belanda. Mari kita tengok apa saja yang bisa kita ambil pelajarannya.
Jika perkara kewajiban membaca maka orang-orang akan seolah terbebani. Tapi jika sudah masuk ke ranah perhatian dan kecintaan maka orang-orang akan sepenuh hati dalam membaca. Perhatian yang penuh terhadap buku sudah dilakoni pemerintah Belanda sejak warganya masih berumur 0 -- 2 tahun. Serius?
Penulis kelahiran Padang tersebut menuturkan ketika pertama kali berkunjung ke "posyandu" dekat rumahnya, ada sepaket hadiah yang diberikan kepada anak keduanya itu. Sebuah paket buku gratis dibagikan kepada bayi mungil untuk dibacakan oleh orang tuanya.
Ini menjadi perkenalan pertama si anak dengan buku.
Selanjutnya, ketika anak sulungnya ke perpustakaan maka akan ditemui anak-anak sebayanya yang sangat antusias untuk meminjam buku. Kegiatan meminjam dan mengembalikan buku sendiri rasanya sudah menjadi kebahagiaan bagi anak-anak. Pungkas Hafizatul Ismi dalam bukunya.
Kadang ada sesi "Telling Story"Â dari petugas perpustakaan yang disambut gemuruh anak-anak di perpustakan. Matanya memandang fokus. Para orang tua pun serius mendampingi anak-anaknya. Tampak rasa kedekatan anak dan orang tua yang patut kita contoh.
Selain kecintaan terhadap perpustakaan yang dipupuk sejak dini, ada lagi kegiatan yang menjadi kebiasaan anak-anak usia 4-6 tahun. Sekolah SD di Belanda sudah mengimbau kepada orangtua agar meluangkan waktu lima belas menit saja per hari untuk membacakan buku kepada anak-anak. Meski hanya lima belas menit tapi sangat berdampak kepada anak-anak ketika memasuki usia-usia remaja.
Jika diperhatikan, menurut Hafizatul Ismi, banyak sekali orang-orang di Belanda memanfaatkan waktunya di transportasi umum dengan membaca. Berbanding terbalik dengan kita yang masih belum bisa melepaskan gawai di tangan.
Ketiga, Hasil Minat Baca yang tergolong sedang
Kembali lagi ke Indonesia. Kajian Indeks Kegemaran Membaca yang dilakukan Perpusnas pada 2020 memberikan hasil minat baca Indonesia ke dalam kategori sedang dengan skor 55,74.
Kepala Perpusnas mengatakan bahwa hasil minat baca ini harus menjadi perhatian agar sisi hulu terkait peningkatan membaca harus segera digalakkan. Pasalnya, beliau menambahkan, persoalan literasi akan berdampak ke berbagai aspek, yaitu daya saing yang rendah, Indek Pembangunan Manusia (IPM), inovasi, pendapatan per kapita, sampai kepada indeks kebahagiaan masyarakat.